Kalau boleh Chan memilih waktu kapan yang dia mau untuk menjaga keponakan-keponakannya dia akan memilih 'selepas mandi sore'. Di waktu-wakyu itu udara sudah sejuk, Chio, Dimi, dan Fyo juga sudah kenyang, sudah wangi, sudah cantik-cantik semua. Mood semuanya akan bagus dan seolah sadar mereka sudah mandi anak-anak kecil itu akan memilih main di dalam rumah saja, tanpa lari, tanpa keringat, sungguh impian.
Seperti sore ini, Chan duduk bersender dengan lega, meskipun di tangan kanannya masih menggenggam botol susu Fyona tapi dia tidak terpengaruh dengan pekerjaan kecil itu untuk tetap duduk dengan tenang.
Beginilah kehidupan mengasuh keponakan yang gue inginkan, batinnya tersenyum-senyum.
Selain senang kedapatan tugas menjaga keponakan di jam sore dia juga tenang karena keadaan rumahnya akan segera membaik.
Dua hari ini rumah mereka dilanda kemuraman yang nyata, sepi senyap, atmosfer udara yang menyesakan dada benar-benar mempengaruhi semua isi yang ada di rumah ini. Tetapi untungnya kesusahan-kesusahan ini akan segera berlalu. Atau mungkin bagi Chan sebetulnya sudah berlalu sejak siang tadi saat Seungcheol mengabarinya bahwa Mingyu dan dia akan segera pulang ke rumah.
Kekhawatiran yang bermuara kepada Mingyu kini perlahan-lahan habis, semua yang ada di rumah ini hanya tinggal duduk manis menunggu dua orang itu sampai. Tetapi 'semua' yang dimaksud Chan belum termasuk Wonwoo.
Seungcheol baru menelepon beberapa jam yang lalu ketika dia mengabari akan segera pulang namun Wonwoo sendiri sudah duduk merenung dan mengurung diri di kamar sejak siang tadi dan hampir tidak ada satupun diantara dia dan Jeonghan yang berani mengusik.
"Itu Fyo muntah, Om Ichan,"
Saking asiknya Chan melamun dia sampai tidak sadar bayi umur 3 bulan yang sedang dia bantu minum sudah mengeluarkan isi muatannya ke tangan dan bajunya.
"Waduhhh,"
Chan bergerak panik, dia mencari benda untuk menyeka cairan putih yang dikeluarkan Fyo dari mulutnya namun hasilnya tidak ada karena sejujurnya mereka duduk di teras rumah.
"Fyo kalau udah kenyang kasih kode dong, jangan langsung gumoh aja," kata Chan seolah menasehati bayi tersebut.
Dimi berperan selayaknya kakak pertama yang sigap, dia berlari ke dalam mencari tissue untuk segera dia berikan kepada Chan.
"Ambilin lap basah, Cil," kata Chan kepada satu lagi keponakannya yang sejak tadi menganggur.
Chio mengangguk paham, dia berlari juga ke dalam rumah mencari dimana letak benda yang Chan pesan tersebut. Tidak lama dia membawa benda itu dari dalam kamar mandi rumahnya.
Chan menerima semua uluran benda itu dengan rasa yang masih panik, dia lumayan kaku menyeka mulut Fyo dengan tisu kering dan beralih mengelap sisanya yang jatuh di lantai. Fyo muntah banyak sekali, beberapa ada yang menempel di baju Chan, tetapi bukan itu masalah utamanyanya, bagi Chan bau susu yang keluar adalah sebuah kesusahan yang benar-benar menyiksanya.
"Maafin Fyona ya, Om Ichan," Dimi memegang pundak Chan pelan dia memberikan rasa yang dalam pada permintaan maaf itu, seolah tahu adiknya belum bisa menyampaikannya maka dia yang harus mewakili.
"Nggak apa, Om gak marah," Chan membalas pelan, dia juga tidak bisa marah jika sudah diberi permintaan maaf setulus itu, dia tersenyum tipis ke arah Dimi, memastikan kepada anak itu bahwa dirinya memang benar-benar tidak marah.
Dimi memandangnya dengan raut bersalah, tetapi balita di sebelah Dimi justru seperti melamun ke arah yang lain.
"Napa lu,Cil?," tanya Chan penasaran saat mendapati Chio tiba-tiba diam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Dumplings
FanfictionLima tahun lalu, Wonwoo memutuskan sebuah keputusan paling penting sepanjang hidupnya. Dia ingin punya anak tanpa menikah. Lima tahun kemudian, Wonwoo dikejutkan oleh sebuah foto seseorang dengan tahi lalat yang familiar di mata Wonwoo. Hampir seti...