13. Dijamin Kaget

9.6K 962 585
                                    

Biasanya Chan menjemput dua gembolan di jam 3 sore, tapi hari ini dia hanya bawa salah satunya. Karena hanya satu maka dia dengan percaya diri membawa motor besarnya saja. Tenang, sudah ijin yang punya. Sudah bawa jaket, sudah bawa helm, sudah bawa gendongan juga takut-takut si bocil tiba-tiba kesurupan jelly tidak mau jalan sendiri. Intinya Chan sudah siap sekali meskipun dia menjemput anak itu bukan dari rumah, melainkan langsung sekalian ketika dia pulang dari kampus.

"Kakak udah sembuh?" Ujaran pertama kali yang Chan dengar saat melihat dumpling duduk rajin menunggunya di lobby.

Tumben gak kabur ke outbound dulu. Batinnya.

Chan menggeleng,"Gak tahu, gue kan dari kampus langsung jemput lo,"

Dimi sakit, pagi tadi saat bangun tidur Jeonghan mendapati seluruh tubuh anak itu hangat dan suaranya serak. Mungkin flu, mengingat musim sekarang memang lagi tidak menentu. Akhirnya hari ini hanya dumpling kecil yang bersekolah. Bakpao, diam di rumah menghangatkan diri sambil menggosok-gosok hidungnya yang gatal.

"Kita beliin jajan untuk Kakak yuk, Om. Biar dia mau makan," Ajak Chio. Dia sudah siap di kursi penumpang, duduk di tempat duduk khusus yang juga sengaja dibaca Chan sekalian ke kampus agar dia tidak bolak-balik untuk menjemput anak ini.

"Jajan apa?" Tanya Chio.

"Kita Beliin dumpling aja,"

Chan berdecak malas,"Yeuu, itu sih mau lo,"

"Beli di tempat biasa kita makan ya, Om,"

"Gue belom bilang 'iya' perasaan," Kata Chan sambil meliriknya jahil.

"Tapi adek mau," Rengek anak itu.

Chan,"... Ya udah iya,"

Akhir-akhir ini sepertinya sulit sekali bagi Chan menolak apapun yang diminta keponakannya. Semua yang anak itu mau selalu dia turuti, kadang mau beli makanan. Kadang mau beli sesuatu yang tidak penting tapi apapun itu Chan iya-iya saja. Ya bagaimana tidak? Tiap Chan laporan ke Mingyu jika dia yang menjemput Chio, notifikasi mobile bankingnya mendadak ramai.

Tiap dia jemput Sachio dan Dominic Saldo rekeningnya bertambah, 'Uang bensin' kalau kata dumpling yang besar, kalau dumpling ingin jajan di mall bunyi notifikasi ponselnya juga berbeda karena sado e-walletnya yang bertambah. Intinya Chan benar seperti tukang ojek setelah Mingyu ada di tengah-tengah mereka. Tiap hari dibayar.

Hari ini Chio mau dumpling, alasan membawa-bawa Dimi itu hanya alibi saja. Semua orang di rumah juga tahu Dimi lebih suka makanan berkuah saat sakit, tapi sekali lagi Chan tidak mungkin menolak, dia senang hati mengantar tuan muda Sachio jauh-jauh ke tempat biasa mereka makan-makanan Chinese tersebut.

Letak restorannya ada di lantai dua sebuah mall yang ada di tengah, sangat dekat dengan kantor walikota dimana Chan sudah sangat akrab dengan tempat itu. Saat memarkir motornya masuk, dia tiba-tiba tersenyum tanpa aba-aba. Hanya dengan melihat papan nama restorannya saja pikiran Chan bisa langsung bernostalgia ke beberapa tahun sebelumnya. Lebih tepatnya 5 tahun lalu.

Saat Chio masih di dalam perut, saat kakaknya masih belum jadi seorang Ayah Chan sudah hafal di luar kepala daftar menu di restoran ini.

Dia ingat hampir setiap hari dia dan Wonwoo pergi makan di sini selama tiga bulan pertama Chio ada di perut. Menunya ada banyak tapi satu-satunya makanan yang bisa Wonwoo makan hanyalah dumpling ayam yang dikukus dan digoreng. Oleh karena itu, Chan yang menemaninya hanya bisa pasrah, dia bukan penggemar dumpling selama tiga bulan dia ada di sana dia memesan macam-macam menu secara bergantian agar dia tidak bosan sampai tanpa sadar Chan menghafal semua nama menu dan harganya di luar kepala.

Chan terkekeh lagi, kalau diingat-ingat masa-masa itu benar-benar sangat aneh. Melihat Wonwoo makan makanan yang sama selama tiga bulan berturut-turut membuat Chan pening, tapi dia tidak bisa banyak protes karena hanya ini lah satu-satunya hal yang bisa Wonwoo makan dengan penuh tanpa mual dan muntah.

Little DumplingsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang