Hari-hari Wonwoo jadi orang tua jadi lebih terasa ringan sejak Mingyu ada, dia punya banyak waktu untuk mengurus pekerjaannya yang belum selesai, dan yang paling penting dia jadi punya waktu untuk dirinya sendiri. Semua jenis pekerjaannya di rumah juga ikut terselamatkan, intinya sejak ada Mingyu Wonwoo lebih bisa santai dan tenang. Namun itu hanya berlaku pada hari-hari biasa, ada beberapa hari dimana hal tersebut menjadi luar biasa maka posisinya justru tetap lebih repot dari sebelumnya.
Seperti hari ini, jadwal sidang untuk mahasiswa bimbingannya padat sampai sore hari, ditambah Mbak yang biasanya menemani dumpling harus izin pulang cepat karena ada urusan, maka keputusan paling tepat untuk hari ini adalah membawa Chio ke kantor Mingyu.
Tadinya Jeonghan ingin menengahi, meyakinkan keduanya bahwa dia masih sanggup menghandle tiga balita sendirian di rumah, tapi baik Wonwoo maupun Mingyu menolak. Tidak tega rasanya harus meninggalkan Jeonghan dengan tiga anak kecil sekaligus, apa lagi Chio adalah tipikal anak yang tidak bisa diam.
Jadilah sekarang, setelah Mingyu menjemput Dimi dan Chio dia membawa anaknya untuk pulang ke kantor bukan ke rumah lagi.
"Lama betul Papi ini, adek udah capek nunggunya," Chio bersungut-sungut kecil di depan ponsel Mingyu, dia sudah menelpon ke dua kalinya sore ini, topiknya masih sama, dia mau dijemput Wonwoo dan mau pulang.
"Sabar ya, Sayang. Dikittt lagi, Papi masih harus nunggu orang sidang nih. Boleh ya jadi anak baik dulu sama Papa di sana. Kamu ada temennya kan? Gak sendirian?," Balas Wonwoo di seberang sana, sejatinya dia juga ingin sekali membawa dumpling ke kampusnya, namun di sana lebih parah, tidak ada yang mengawasi bocah itu main.
"Huft..." Chio membuang nafasnya berat, Mingyu yang sedang duduk tidak jauh dari tempat Chio menelepon sampai meliriknya heran.
"Adek baik kok, mainan aja sama Om Ganteng. Tapi Papi cepetan, Adek udah kepengen mandi,"
Sebelum kemari Mingyu memang tidak sempat memandikan anak ini, jangankan mandi, berganti baju saja tidak. Chio hanya meletakan tasnya di rumah, lalu mengganti sepatu sekolahnya dengan sandal karet yang lebih nyaman. Sisanya masih sama dengan settingan pagi tadi.
"Aduh iya, nanti setelah ini selesai Papi langsung pergi kok, gak pake mampir," Bals Wonwoo tidak tega.
Dumpling mengangguk-angguk patuh, seolah menganggap Wonwoo melihat kesanggupannya di sini.
"Kasih teleponnya ke Papanya adek dong, Tolong," kata Wonwoo lagi, membuat Mingyu menaikkan alisnya satu dan menerima ponsel dari Chio untuk dia genggam.
"Tumben gak betah sama kamu," Kata Wonwoo saat pertama kali tahu ponselnya sudah berpindah kepemilikan.
"Aku juga lagi gak bisa ngajak main, harus meeting, Sayang. Kalau aku nyuruh Vernon jajanin dia ke bawah boleh gak?" Tanya Mingyu lagi. Meskipun dia juga orang tua dumpling tapi entah kenapa Mingyu merasa dia masih perlu bertanya soal apa-apa saja yang boleh dan tidak boleh anak itu lakukan kepada Wonwoo, takut salah, takut tidak pas. Jadi lebih baik semuanya dia tanyakan dulu.
"Boleh sih asal jangan banyak-banyak. Ajakin makan sekalian deh biar kenyang duluan,"
Mingyu menurunkan alis saat mendengarnya, "Yah, di sini gak ada makanan buat anak-anak. Makanannya berat semua,"
"Anak lo mah apa aja masuk,"
Mingyu tertawa, kemudian mengangguk paham, oh itu dia, harusnya dia tidak perlu lagi khawatir dumpling kelaparan karena anak itu bisa makan apa saja.
"Dek ajakin Om Vernon ke bawah sana, Dek. Makan di bawah kalian berdua. Papa mau meeting sebentar. Jangan berisik," Kata Mingyu setelah selesai menelepon, dia membuka dompet menyodorkan sebuah kartu kepada Vernon untuk di pegang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Dumplings
FanfictionLima tahun lalu, Wonwoo memutuskan sebuah keputusan paling penting sepanjang hidupnya. Dia ingin punya anak tanpa menikah. Lima tahun kemudian, Wonwoo dikejutkan oleh sebuah foto seseorang dengan tahi lalat yang familiar di mata Wonwoo. Hampir seti...