Part 31

331 27 6
                                    

Part 31

Javier's POV
"Apa maksudmu 'dimana Callysta' ?" Oh! Mengapa aku baru sadar kalau pria di depanku ini adalah Lucas Terence, sepupu Callysta. Dan aku bertanya dimana Callysta? Dasar bodoh, Lucas tidak boleh tahu tentang apa yang terjadi dengan Callysta. Aku harus bisa mengarang cerita.

"Javier?"

"Ya?"

"Aku sedang bertanya padamu." Sial! Mengapa rasanya sulit sekali untuk mengarang sesuatu yang tidak berdasar fakta, padahal aku sering sekali berbohong. Terutama pada nyonya Bretha sewaktu di sekolah. Baiklah, maafkan aku, Lucas. Tapi aku harus membuatmu percaya.

"Aku hanya terkejut mendengar nama Callysta."

"Mengapa kau terkejut?" Shit! Ini malah membuat Lucas semakin bertanya dan curiga. Idiotnya aku, buat alasan lain! Cepat, berpikir! "Uh, karena..aku..sudah lama tidak bertemu dengannya, iya. Aku tidak satu kelas dengan Callysta jadi waktuku bertemu dengannya semakin tipis."

"Begitu.." Bagus! Ini bisa membuat Lucas berpaling sesaat. Walau aku pun tidak begitu puas dengan karangan yang kubuat.

"Sebenarnya, aku sangat menyesal saat ini. Aku telah membiarkan Callysta pergi begitu saja dengan teman barunya yang bernama Marcel. Seharusnya tak kulakukan itu. Namun, apa di sisi lain aku yang salah?"

Lucas' POV
Kembali teringat telpon malam itu. Ketika seseorang bernama Marcel meminta izin padaku untuk bermain sedikit lebih lama lagi dengan Callysta. Aku mengiyakannya hanya karena berpikir bahwa pria itu adalah orang yang baik. Tapi kini apa yang ia lakukan pada Callysta sehingga sepupuku tidak pulang semalaman tanpa kabar.

"Aku tidak mengerti dengan perkataanmu, Lucas. Memangnya apa yang terjadi dengan Callysta?"

"Begini, sudah semalaman ini Callysta tidak--" Tunggu dulu, aku tidak bisa bilang bahwa Callysta menghilang. Javier adalah sahabat Callysta dan mereka sudah lama tak bertemu. Akan buruk jadinya jika Javier mengetahui itu apalagi dalam kondisi seperti ini. Bagaimana jika ia terkejut lalu mempengaruhi keadaan tubuhnya.

"Callysta tidak.. makan malam." Sangat parah.

"Huh? Lalu apa hubungannya dengan pria bernama Marcel itu?" Benar juga, kalau begitu apa hubungannya dengan Marcel yang terlanjur kuceritakan tadi? Ternyata aku tidak bisa berkata dengan selingan alasan. "Yah.. kurasa Marcel telah, membuat Callysta, mogok makan."

"Heh??"

"Haha, sudahlah lupakan. Kurasa ia akan baik-baik saja pagi ini setelah bangun." Idiot. Apanya yang baik?! Bahkan keberadaan gadis itu pun aku tidak tahu! Sial, aku frustasi!

Lebih baik cari topik pembicaraan lain. "Bagaimana denganmu, Javier? Aku menemukanmu dalam keadaan terluka di pinggir jalan, dan setelah itu kau tak sadarkan diri. Kau ingat apa yang terjadi padamu?" Tubuh Javier bergerak mundur, bersandar pada bantal putih di belakangnya. Pria itu tidak langsung menjawab, ia berdesah sambil menerawang langit-langit ruangan.

"Ya aku ingat. Malam tadi aku dirampok oleh pencuri, dan dia membawa pergi tasku. Awalnya aku melawan tapi ia mengeluarkan pisau dan aku tertusuk begitu saja."

"Oh, maafkan aku, seharusnya aku tidak bertanya itu. Apa kau mau menghubungi polisi?"

"Tidak perlu. Lagipula aku sudah sangat bersyukur kau menolongku. Terima kasih, Lucas." Ucapnya kemudian tersenyum. Aku membalas senyuman itu lantas mengangguk. Pria ini telah melewati hari yang berat. Ah, aku kembali teringat pada Callysta. Bagaimana dengannya saat ini? Apa ia baik? Kuharap begitu.

"Lucas, boleh aku tahu kondisiku sekarang?"

"Tentu. Kau cukup baik, detak jantungmu stabil. Mungkin sebentar lagi kau akan dipindahkan ke ruangan umum. Maksudku, tanpa alat-alat ini."

Heart by Heart ⇨ h.sDonde viven las historias. Descúbrelo ahora