Bab 29

5.4K 217 15
                                    

Brak

Suara pintu yang dibanting begitu kuat, membuat vania yang sedang minum di dapur terkejut, ia sempat melihat bian pulang dan menaiki tangga menuju kamarnya, vania juga melihat jam dinding yang sudah menunjukkan jam 10 malam.

Semenjak pulang sekolah, bian tak terlalu banyak berbicara, ini di mulai ketika zea memutuskan pertunangan dengannya, vania berniat tak akan menghibur anaknya, biarkan saja ia menuai apa yang ia tanam, salah dirinya sendiri yang selama ini berpura-pura mengabaikan zea, berlagak seperti menyukai orang lain, dan sekarang malah dia yang uring-uringan, dasar laki-laki.
.
.
.
.
.
Pagi menjelang, seperti biasa rutinitas seorang pelajar yang bangun pagi dan bersiap-siap untuk pergi sekolah.

Dia sudah berniat meminta Adi agar bisa mengantarnya setelah Nathan mengiriminya pesan kalau laki-laki itu tak bisa menjemputnya, namun melihat papanya yang terlihat buru-buru, Zea menelan kekecewaan.

"Papa mau kemana ma, kok buru-buru?" tanya Zea mengambil tempat duduk untuk serapan.

"Jumpa client penting, yang kebetulan tinggal di Indonesia," Jawab melisa menyodorkan segelas susu untuk Zea.

"Yaudah, aku minta pak dadang aja yang ngantar ke sekolah."

"Emang Nathan nggak ke sini?"

"Mobilnya rusak, dia berangkat bareng temannya," Jawab Zea meminum susu yang melisa berikan untuknya.

Kini, Zea dalam perjalanan menuju ke sekolah, diantarkan pak dadang sopir keluarganya, awalnya semua baik-baik saja hingga ada beberapa motor yang terlihat mengikuti mereka.

"Anak sekolah zaman sekarang, bikin rusuh aja, bawa motor kagak ada yang benar," Gerutu pak dadang melihat dari kaca spion mobil.

Zea pun menoleh kebelakang, memang ia melihat beberapa buah motor yang mengikuti mereka, menggeber-geber dibelakang, knalpot motor yang memekakkan. Dari seragam yang dipakainya itu anak SMA melati.

"Cepatin dikit pak," Usul Zea pada pak dadang.

"Iya non, " Ujar pak dadang menambah kecepatan mobil, namun tak mau kalah mereka juga menambah kecepatan motor mereka, hingga 2 motor sudah mengapit sisi kanan dan kiri mobil, dan satu lagi sudah memimpin di depan mobil yang ditumpangi Zea.

"Aduhh, gimana ini non?" tanya pak dadang panik kala mobil mereka di lempari telur dan tepung. Sama halnya dengan Zea yang duduk di belakang ia tak kalah panik, tiap kali kaca mobil di lempari telur.

"Lanjut aja pak, nggak usah berhenti," Jawab gadis itu seraya mencoba menghubungi Nathan, yang tak kunjung mengangkat telepon.

Bunyi tabrakan di samping, membuat Zea spontan melepaskan ponselnya, ia memekik keras dan menutup telinga, apalagi ketika pak dadang merem mendadak mobil mereka.

"Maaf non," Kata pak dadang merasa bersalah.

"Ada apa pak, apa ada kecelakaan?"

"Itu non, tuan bian kayaknya nabrak satu motor yang tadi ngikutin kita," Jawab pak dadang, Zea pun menoleh ke samping, melihat dari kaca yang tak terlalu kena taburan tepung, dan benar saja ada mobil bian di samping mobil mereka dan di depannya ada 2 orang pria berseragam sekolah yang terpental cukup jauh dari sepeda motornya.

Bian turun, dari dalam mobil ia akan menghampiri salah satu dari mereka yang jaraknya paling dekat dengan bian, namun dengan cepat mereka mencoba bangkit dan dengan sedikit tertatih mereka menaiki dua motor yang sudah pasti satu rekan dengan mereka.

Akhirnya bian memilih untuk menghampiri mobil Zea dan dengan cepat pak dadang turun, laki-laki yang rambutnya sudah mulai ditumbuhi uban itu mulai angkat bicara.

ANOTHER SIDE (COMPLETE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang