Bab 36

3.6K 161 29
                                    

Zea tak ada pilihan lain, selain membuka blokiran nomor kontak telepon bian semalam. Laki-laki itu terus mendesaknya dengan ancaman ia tak akan pergi dari apartemen gadis itu sebelum zea membuka blokir nomornya.

Rupanya Bian tak menepati janjinya yang akan pulang setelah 15 menit. Laki-laki itu baru keluar setelah jam 11 malam, setelah menuruti kemauan laki-laki itu.

Selain itu, Bian juga mewanti-wantinya untuk menjaga jarak dengan kean, sekaligus larangan untuk berkomunikasi,  tak lupa pria itu juga menerobos untuk masuk ke kamarnya. Tak ada yang ia lakukan selain hanya melihat-lihat.

Pagi ini, gadis itu hampir kesiangan, jika saja prince tak datang membangunkannya, zea yakin ia akan bangun siang, ia mengumpati bian yang menjadi penyebab kesialannya pagi ini.

Sedikit tergesa-gesa, gadis itu keluar dari apartemennya, dari jauh ia melihat kean yang berdiri menyandar di pintu apartemennya dengan kaca mata polosnya, kaki kiri yang ditekuk kebelakang,tangannya melambai menyapa Zea sambil tersenyum hangat pada gadis yang sudah berada di depannya.

"Pagi," Sapa Kean bersahabat.

"Pagi Kean," Jawab gadis itu tak semangat.

"Gue kirain lo udah berangkat," Ucap Kean melirik jam tangannya.

"Lo nungguin gue?" tanya Zea, kean mengangguk membenarkan.

"Gue udah nelfon lo berulang kali," ujar laki-laki itu.

"Sorry, gue belum sempat ngecek ponsel gue, sengaja gue silent," Jelas gadis itu.

Seperti kemarin, mereka keluar bersama dari gedung apartemen itu, sedikit bicara dengan diselingi tawa kecil gadis itu, entah apa yang mereka bicarakan, yang jelas pria di dalam mobil tak menyukai pemandangan tersebut.

Gadis itu mungkin lupa, dengan apa yang ia katakan semalam, atau pura-pura lupa adalah opsi kedua. Bian laki-laki itu hanya memperhatikan zea yang menaiki motor Kean, ia tak berniat menghampiri mereka hingga deru motor itu keluar dari kawasan gedung. Baru setelahnya laki-laki berseragam sekolah itu keluar dari dalam mobil membawa sebuah kotak, bersiul ria masuk ke dalam gedung apartemen.

ia sudah menunggu Zea dari tadi bahkan sudah menghubunginya berulang kali, tak ada satupun pesannya yang dibalas bahkan dibaca oleh Zea.

Niat awal Bian akan menghampiri zea ke  dalam, tapi melihat gadis itu keluar bersama Kean, ia memilih untuk melihat dari dalam mobil.

Anak vania dan fadli itu, rupanya menerobos masuk ke dalam apartemen Zea. Laki-laki itu terlihat seperti masuk ke dalam rumahnya sendiri.

Setibanya di dalam, ia hanya bertemu dengan Prince yang menyadari ada orang yang masuk ke dalam tempat tinggal majikannya, ia mengeong beberapa kali menolak kehadiran Bian dengan menggeram dan menampakkan ke empat gigi taringnya, serta sorot matanya yang menantang tajam.

Bian mendekat, sedangkan kucing itu bergerak mundur dengan postur tubuh yang sengaja di rendahkan, rupanya tangkapan bian tak meleset si gembul itu kini berada di tangannya, ia seperti predator melihat mangsanya.

"Haruskah aku juga memanggilmu prince?" tanyanya mengusap-usap leher kucing itu yang kini diam tak berkutik ditangan bian.

"Aku tak suka dengan gigi taringmu ini, bagaimana jika ku cabut saja? "

Ia berbicara seolah kucing jantan itu mengerti dengan apa yang ia katakan.

"Jaga sikapmu hewan berbulu, sebelum aku memasak dagingmu untuk asupan Aoki," ancamnya seolah dimengerti oleh si kucing yang kini meringkut takut.

"Bagus, patuhlah seperti itu, aku ini juga majikanmu prince, " kata Bian melepaskan kucing itu yang kini berlari pergi menjauhi bian, sedangkan bian kini beralih ke kamar zea dengan membawa kotak yang ia bawa dari dalam mobil.


ANOTHER SIDE (COMPLETE) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang