6. MIREIYA JENIA (ZACHARY)?
Sejak enam bulan yang lalu, Hilario memiliki kebiasaan baru yang terpaksa harus dia lakukan, yaitu mengunjungi gedung Apertemen Randupala walau setidaknya hanya sekali dalam seminggu. Anggap saja itu sebagai bukti rasa bersalahnya karena telah menyeret orang lain dalam masalahnya.
Lampu kamar utama apartemen tersebut telah temaram ketika Hilario membuka pintu. Hanya cahaya bohlam di atas nakas yang sedikit menyinari ruangan yang semula hanya diisi oleh dua orang sebelum Hilario datang. Langkah lelaki itu tertahan di batas pintu, netranya memaku pada dua perempuan berbeda generasi yang tidur nyenyak di atas tempat tidur.
Hilario menghela napas, lumayan dibuat terhenyak pada apa yang barusan dilihatnya. Tidak hanya pada pemandangan wanita dewasa yang tidur merapat di sisi bayi mungil merah yang baru berusia dua minggu, tetapi juga pada rambut Matcha yang telah berubah warna dari terakhir Hilario melihatnya. Minimnya pencahayaan kamar tak membuat Hilario tidak mengenali perbedaan warna rambut Matcha yang semula bercat keunguan―Matcha menyebutnya ash purple―berubah menjadi lebih cerah warna terang keemasan.
Pintu kamar ditutup pelan-pelan oleh Hilario sebelum mendekat ke arah ranjang. Matanya tertuju sempurna pada bayi mungil berselimut merah muda motif stroberi, jari-jari kecil bayi itu tampak bergerak samar. Dengan super hati-hati, Hilario duduk di sisi bayinya yang masih menyisakan ruang yang cukup luas untuk diisi oleh satu orang dewasa. Senyum tipis Hilario perlahan terlukis, sebuah kehangatan telah menyusup jauh ke dalam dadanya. Itu reaksi yang selalu Hilario rasakan setiap menatap bayi itu.
Anaknya.
Tak pernah terlintas di benak Hilario bahwa ia akan memiliki seorang anak di usia 23 tahun, dari insiden terkutuk bersama wanita asing yang asal-usulnya baru Hilario ketahui setelah menyelidikinya enam bulan yang lalu, berselang beberapa hari sebelum Hilario mengucapkan janji suci di depan seorang pemuka agama kenalan Dean, rekannya sesama anggota Mandalika. Sekarang, Hilario ketambahan rahasia baru yang harus ditutupinya rapat-rapat. Seorang istri bernama Ratu Marsha dan putri kecil bernama Mireiya Jenia. Nama pemberian Matcha untuk anak mereka sangat indah bukan? Sayangnya, Hilario tak bisa dengan bebas menyematkan marga Zachary di akhir nama anaknya.
"Yaya," gumam Hilario, meniru panggilan Matcha kepada putri mereka. Lelaki itu menunduk untuk mencium tangan mungil Yaya yang beraroma menenangkan, wangi khas bayi. Tak puas hanya mencium tangan kecil itu, Hilario ikut berbaring dengan posisi menyamping ke arah Yaya. Tanpa menunda waktu, Hilario lantas mendekatkan diri untuk mengecup kening putrinya. Tarikan senyum pada kedua sudut bibir Hilario kini semakin melebar seiring hangat yang kian mengisi relung hatinya. Kecupan itu berlangsung beberapa kali dengan genggaman Hilario yang tak lepas dari tangan kecil anaknya. Sungguh menakjubkan. Sekarang, manusia favoritnya telah bertambah.
Pergerakan Hilario tanpa sadar telah memancing rengekan kecil dari bibir mungil Yaya. Salah satu tangannya yang tak digenggam oleh ayahnya bergerak-gerak tak nyaman.
KAMU SEDANG MEMBACA
Partikel Badai Mars (Tamat)
Romance"Di tempat ini, anggap kita bukan siapa-siapa. Jangan banyak tingkah." -Hilario Jarvis Zachary Jika Bumi ini adalah planet Mars, maka seluruh kepelikan hidup Ratu Marsha adalah lontaran partikel debu yang terus beterbangan di planet keempat tata sur...