Partikel Badai 17

77K 4.4K 2.1K
                                    

Peraturan lapak Fey🧚‍♀️
● WAJIB FOLLOW AKUN AUTHOR
● WAJIB VOTE SEBELUM MEMBACA
● WAJIB TINGGALKAN JEJAK KOMEN

TARGET UP?

1,7k vote dan 2k komen🍒

Yuk ramaikan setiap paragraf dengan komen kalian💌

Happy Reading!

Happy Reading!

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

17. UPB CANTIK!

Matcha memegang kuat lengan Hilario saat mereka hendak meninggalkan ruangan bertuliskan Primrose Area di bagian papan penanda yang ada di atas pintu. Hilario sudah lebih dulu mematikan lampu ruangan sebelum mulai membuka sedikit pintu di depannya. Namun, lelaki itu kembali menarik gagang pintu hingga ruangan tersebut lagi-lagi tertutup rapat.

"Kamu keluar duluan, Cha," bisik Hilario yang kini menoleh pada istrinya.

Matcha membelalak. "Kok aku? Kenapa nggak bareng-bareng aja?"

Helaan napas panjang Hilario kemudian terdengar.

"Kamu mau kena sidak kalau kita kedapatan keluar dari ruangan yang sama? Ini masih termasuk area asrama wanita. Akan lebih aman jika kamu keluar lebih dulu untuk ngelihat situasi yang ada di luar, apakah masih ada orang yang lalu-lalang atau udah sepi. Entar kasih tahu lewat chat aja, baru aku balik ke asrama pria."

Setelah itu, barulah Mathca ber-oh ria. Dia mengerti sekarang. Agak mengerikan juga kalau nanti mereka tiba-tiba kena hukuman hanya gara-gara kedapatan bersama-sama keluar dari salah satu ruangan di kawasan asrama wanita. Seingin-inginnya Matcha memublikasi hubungan pernikahan mereka, ia masih lebih anti jika mendadak diberi hukuman memberatkan, seperti harus membersihkan toilet misalnya.

"Ya udah, buka aja pintunya. Aku mau keluar."

Hilario bergeser dari tempatnya berdiri yang membuat Matcha mulai melangkahkan kaki mendekati pintu. Keduanya pun kini berdiri bersisian. Namun, Hilario tak langsung membukakan pintu untuk istrinya. Pencahayaan ruangan tersebut yang hanya bersumber dari sinar lampu yang menyusup lewat jendela bagian atas yang tak tertutupi gorden membuat keduanya tak bisa saling melihat ekspresi dengan jelas.

"Cha."

Matcha berdehem pelan dan menaikkan alis tanda bertanya. Jawaban yang diterimanya justru berupa wajah suaminya yang kembali menipiskan jarak di antara mereka. Matcha membeku kala Hilario lagi-lagi menciumnya dengan gerakan pelan, tetapi sanggup membuat jantung Matcha berdegup cepat.

"Terima kasih untuk yang tadi," bisik Hilario sembari mengusap sudut bibir istrinya yang basah akibat perbuatannya.

Matcha tetap membisu hingga Hilario telah menjauh dan mulai membukakan pintu untuknya.

Partikel Badai Mars (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang