8. RATU MATCHA DI UNIVERSITAS PAKUBANDANU
"Loh, mana bisa begitu, Cha?" Hilario mengacak kasar rambutnya. Telanjur dikuasai kesal, dengan tatapan menghunus Hilario menegaskan, "Aku tetap nggak kasih kamu izin kuliah di UPB."
Tahukah bagaimana respons Matcha? Sebatas mengangkat bahu disertai senyum tipis meremehkan. "Aku juga nggak minta izin kamu. Toh, larangan yang selama ini kamu tetapkan cuma nggak boleh menunjukkan hubungan kita di depan publik. Itu kayaknya udah cukup, bukan? Selama menjadi istri kamu pun, apa aku pernah nuntut kamu banyak hal sebagai seorang istri? Nggak, kan?"
Sebisa mungkin Hilario menahan decakan kasar. "Oke, kalau misalnya kamu memang ngotot pengin kuliah di UPB, kamu tahu, kan, di sana ada sistem asrama minimal dua minggu per bulan?"
Matcha mengangguk cepat. "Tahu. Aku udah baca-baca di internet."
"Nah, terus Yaya mau kamu apain? Ngebiarin anak kita diurus sama Mbak Sum aja?"
Lagi-lagi Matcha memberikan anggukan santai. Sejujurnya dia sudah memikirkan hal yang sama sebelumnya. Namun, Matcha punya alasan kuat untuk tetap melanjutkan pendidikan di Universitas Pakubandanu.
"Seperti yang kamu bilang barusan, per bulan kita dikasih waktu nginap di luar asrama maksimal dua minggu. Menurutku, jangka waktunya lumayan cukup kok untuk aku manfaatin sebagai bonding time sama Yaya."
***
Matcha tetaplah Matcha. Larangan Hilario hanya ia anggap angin lalu yang masuk telinga kiri, lalu keluar di telinga kanan. Kepulangan Hilario ke apartemen yang bisa dikatakan sangat jarang tentu saja memudahkannya untuk melancarkan aksi dalam mengurus kepindahannya ke Universitas Pakubandanu. Bermula dari mengurus berkas di kampus lamanya sebelum mengajukan kepindahan ke UPB dengan bantuan orang dalam sehingga mempermudah Matcha untuk mendapatkan NIM (Nomor Induk Mahasiswa) baru. Di kali ketiganya menginjak kampus bergaya Victoria tersebut, Matcha sama sekali belum pernah melihat batang hidung suaminya secara langsung di kampus itu. Namun, yang lebih mengejutkan lagi adalah ketika Matcha menemukan muka suaminya berada dalam billboard kampus yang terpasang tak jauh dari jalur masuk utama UPB dengan tulisan:
UNIVERSITAS PAKUBANDANU
Mengucapkan
SELAMAT & SUKSES ATAS TERPILIHNYA
KETUA BEM DAN WAKIL KETUA BEM UNIVERSITAS PAKUBANDANU
Periode tahun 2023/2024Hilario Jarvis Zachary sebagai ketua BEM berdampingan dengan pria bernama Pradean Rajendra. Kepala wanita itu masih terus melirik ke arah billboard, bahkan setelah mobil yang membawanya telah melaju jauh melewati papan informasi tersebut dan berbelok ke arah area Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Matcha masih dikuasai syok hingga taksi yang mengantarnya telah tiba di parkiran FEB yang bisa dibilang jauh lebih luas dibanding kampus lamanya yang merupakan universitas swasta akreditasi B yang gedungnya menyatu dengan sebuah super market. Gila. Suaminya adalah seorang presiden mahasiswa. Apa itu alasan Hilario melarangnya berkuliah di Pakubandanu? Bisa jadi suaminya berpikiran bahwa kehadiran Matcha di kampus hanya akan berpotensi memunculkan skandal untuk mahasiswa nomor satu UPB itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Partikel Badai Mars (Tamat)
Romance"Di tempat ini, anggap kita bukan siapa-siapa. Jangan banyak tingkah." -Hilario Jarvis Zachary Jika Bumi ini adalah planet Mars, maka seluruh kepelikan hidup Ratu Marsha adalah lontaran partikel debu yang terus beterbangan di planet keempat tata sur...