DI antara semu dan realita, Mandala memilih untuk menghadapi kehidupannya dengan perasaan yang dilapang dadakan. Setidaknya ia telah puas menangis semalam penuh, dan kini saatnya kembali menyambut kenyataan yang menanti.
Urusan perasaan dan hati pasti akan segera ia benahi.
Mandala sejujurnya sangat ingin mengenal lebih banyak tentang kandungannya— sekedar tau berapa usia anaknya atau melihat sudah sebesar apa ia berkembang di dalam sana— namun saat ini, ada Charity Gala yang benar-benar sedang memerlukan kehadirannya. Berat hati sesungguhnya, akan tetapi Mandala harus melaksanakan kewajiban yang sudah ia rancang sejak jauh-jauh hari terlebih dahulu. Setelah ini berjanji akan datang ke dokter kandungan untuk melakukan kunjungan perdana dengan status yang sempurna akan berganti ; calon ibu.
Mandala yang sedang melangkah menuju lantai tiga tempat ballroom kegiatan akan dilaksanakan, seketika reflek mengusap perutnya saat hanya dirinya yang tersisa di dalam lift saat ini.
Senyum bersahaja terukir di wajahnya. Teringat bahwa mulai hari ini, ia akan melibatkan kehadiran sosok itu dalam setiap gerak geriknya. Adalah satu hal yang membuat Mandala masih dapat tersenyum hari ini.
Meski masih ada perihal lain yang bisa membuatnya bersedih lagi.
Langkah kakinya berpacu pasti kala pintu lift seketika terbuka. Surainya yang hari ini hanya digerai lurus nampak membingkai wajahnya dengan ciamik, selaras dengan senyum yang dilemparkan Mandala tiap beberapa orang menyapanya.
Harus tetap melempar senyum. Tidak ada penyeselan. Mulai hari ini yang tersisa harus tangis haru bahagia saja.
Lantas ketika tungkainya kini mengarah masuk ke dalam suatu ruangan, "How was your sleep?" suara Chandra segera menyapa Mandala hingga netranya berpendar pada perempuan itu.
Sudut bibir Mandala membentuk senyum simpul. Meletakkan tasnya ke atas meja lalu mencari nyaman dengan mendudukkan diri pada sofa di sebelah Chandra. "I cried, of course. But that's fine. I'm dealing with myself— for my baby now." jawaban yang keluar begitu saja dari bibir Mandala seolah mengucapnya tanpa berpikir dua kali.
Mandala sudah menduga bahwa Chandra tidak akan tahan untuk tidak mempertanyakan keadaannya hari ini. Jadi, jawaban yang ia berikan juga sejurus dengan kemana arah pertanyaan Chandra akan berujung.
"Emang udah berapa minggu sekarang?"
"Belum tau... kelar Charity Gala aku periksa." kedua obsidian Mandala tertuju untuk menatap ke arah perutnya yang tertutup blouse saat ini. "Aku juga penasaran, apa mungkin suara detak jantungnya udah ada, ya? Tapi pasti belum, sih, mungkin sekarang baru jalan tiga minggu umurnya." Mandala bertanya dan menjawab sendiri pertanyaannya. Sedang menerka-nerka sudah seberapa lama sosok itu ada bersamanya.
Senyum di wajahnya masih bertahan. Bentuk dari perlindungan dirinya untuk terlihat baik-baik saja di depan semua orang. Dan yang terpenting, di depan calon anaknya sendiri.
Chandra mengangguk, rautnya tertegun. Mandala terlihat begitu tabah. Sebetulnya adalah hal yang sangat luar biasa untuk situasi ini. Namun, apakah Mandala sungguhan sedang baik-baik saja?
"How about you? And Sentana?" dan pertanyaan itu lolos begitu saja sedari lisan Chandra.
Pertanyaan krusial.
Untuk sesaat, Mandala menarik napas dalam sebagai tanggapan.
"Seharusnya aku bisa kok jadi peran kedua orang tua buat anakku ini. Nggak apa-apa, aku berusaha berdamai sama keadaan sekarang." baru ketika beberapa saat berlalu, Mandala menjawab dengan simpul lemah, berusaha menyembunyikan getir yang timbul di air mukanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Di Atas Kasta
RomancePernikahan yang terjadi tanpa landasan perasaan. Menjunjung tinggi wangsa nan tatanan budaya di masyarakat. Dan mengesampingkan seluruh kebahagiaan. Sentana Loka dan Mandala Bhuana telah terjebak dalam dalih pernikahan yang saling mengikat satu sa...