Bab 84 | Melepas Mimpi

4.2K 1K 435
                                    

Haluw semuah. Up agak cefat karena ku mulai ngatuk :,)

Masih sore padahal.

Hehehe. Celamat baca :3

Senin, 18 Februari
Day 75

Kiel melangkah mantap. Bunyi decit sepatunya memberikan musik lucu di tiap jarak yang ditempuh si bayi. Syakilla melihat bagaimana kepala Anaknya bergoyang-goyang mengikuti irama kaki. Tak bisa menahan diri untuk tersenyum karenanya.

Satu tangan Kiel digandengnya sambil mereka menuju gerbang keluar. Satu yang lain dipegang oleh Mia.

"Lompat, Cil! Ada batu."

Kiel diam dan mengambil ancang-ancang. Saat kakinya menolak bumi dua gadis yang memegangi tangannya ikut menarik ke atas dan bayi itu melompat lumayan tinggi.

Syakilla terkekeh. Padahal tadi hanya sebuah batu kerikil kecil.

Jalan ketiga makhluk berhenti setelah mereka sampai ke persimpangan menuju area parkir. Sejak Azka tidak masuk sekolah, Syakilla rutin diantar-jemput oleh seorang supir. Biasanya ditunggu di depan gerbang.

"Dadah Kiel~ Tante mau ngambil motor~"

Sahabatnya sudah berjalan menuju arah berbeda dan Kiel melambai kecil. Syakilla diam sejenak.

Bukankah dia sedang sendirian?

Tidak akan ada siapa-siapa di rumah besar itu jika dia pulang sekarang.

"Mia!"

Sudah agak jauh dan Mia menoleh. "Huh? Ngapa Cha?"

Syakilla mengambil Kiel dan berlari kecil. Nafasnya agak tercekal dan sambil menerbitkan sebuah senyum dia berujar. "Jalan-jalan yuk!"

Bunga disekitar tempat parkir mekar di jam empat sore saat Mia melebarkan bibirnya.

***

"Mia! Jangan ngebut-ngebut!!!"

Teriakan putus asa di bagian belakang bertolak belakang dengan tawa membahana bayi di antara mereka. Syakilla berpegangan erat di pinggang titisan Valentino Rossi itu yang kembali unjuk gigi. Demi segalanya, Syakilla melihat sekumpulan cowok pengendara motor besar menatap tak percaya ketika Mia menyalip mereka semua.

"MINGGIR NJING!!!"

"Mia pelan-pelan!!!"

Lengkingan keduanya bersahutan dan Mia kembali menyalip sebuah mobil. Klakson motornya terus berbunyi, kalau kurang kuat, dibantu teriakan pengendaranya langsung.

"MINGGIR GUE MAU LEWAT!!!"

Siapa pun yang telah menerbitkan SIM atas nama Denara Mia Pertiwi, telah melakukan dosa besar dengan membiarkan marabahaya bebas berkeliaran di muka bumi.

Syakilla menjerit sekali lagi saat Mia belok tiba-tiba ke sebuah gang tidak dikenal. Kecepatannya tidak benar-benar menurun. Berkendara gila-gilaan di gang sempit adalah level lain dari revolusi mentalitas generasi muda. Beberapa kali suara masyarakan sekitar mengingatkan mereka.

"Mia! Kenapa kamu lewat sini?!" Berusaha melawan angin, Syakilla bertanya.

"Lo kan gak pake helm! Ada CCTV gue males ditilang!!!"

"Emang kamu tau daerah sini?!"

"AAMAAAANNN!!!"

Itu adalah cerita singkat tentang legenda motor hijau yang menggila di pemukiman padat penduduk. Apakah sudah tamat? Tentu belum. Syakilla menahan nafas melihat Mia menuju jembatan kecil yang memotong sebuah sungai.

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Sep 21 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

90 Days, Education Of Being ParentsWhere stories live. Discover now