BAB 23

72 26 119
                                    

_happy reading 🌻_

“Kalian ke basecamp duluan aja, gue ada panggilan.” Ucap Senja saat dia dan teman-temannya berada di parkiran.

“Yang dipanggil Lo doang?” tanya Zidan.

“Iya, ya udah kalau gitu gue pergi dulu ya, kalian hati-hati.”

“Lo juga hati-hati” ucap Jay pada Senja.

Senja menatap Jay dan menganggukkan kepalanya. Lalu Senja pun pergi dari kampus meninggalkan teman-temannya.

“Jay, semuanya. Gue pulang duluan ya” Ujar Sean

“yo, hati-hati”

“Gue juga ya”

Jay memperhatikan Sean dan juga Zidan, yang menaiki motornya masing-masing Lalu pergi.

“Gue harap Lo gak ada hubungannya sama semua ini” 

Jay menghela nafasnya “ayo kita pergi”

Lalu semuanya pun pergi dari kampus dan menuju basecamp 'Tigre'.

***

“Sierra?”

“Abang?!”

“Kamu ngapain di kamar ayah, bunda?” Tanya Hesa pada sang adik.

Sierra menatap sebuah pigura foto keluarga yang terpasang di kamar tersebut.

Hesa yang menyadari tatapan sang adik, ia pun langsung memeluk Sierra yang langsung menumpahkan air matanya di pelukan sang kakak.

“Sierra kangen ayah sama bunda ya?” Sierra mengangguk, Hesa mengelus rambut Sierra yang panjang dan tergerai. “Abang juga kangen mereka” Hesa segera menghapus air matanya yang keluar begitu saja.

“Sierra” panggil Hesa.

Sierra pun melepaskan pelukannya lalu menatap Hesa yang tersenyum.

Hesa menghapus air mata Sierra, “percaya sama Abang ya, Abang bakalan tangkap pelakunya dengan bantuan Senja.”

Sierra menatap Hesa “Senja? Abang kenal dia?”

“Kemarin Abang ketemu sama dia, dia orang yang baik” jawab Hesa tersenyum ke arah Sierra.

“Bang? Abang tau dia siapa?”

“Abang tau, dia ketua geng motor” ucap Hesa.

“Terus ngapain Abang minta bantu-”

“Sierra” Hesa memegang tangan Sierra “geng motor Senja bukan yang seperti mereka, Senja memang ketua geng motor, tapi gak semua geng motor itu berandal.”

“Sierra, Senja orang yang baik. Dia suka sama kamu kan?”

Sierra menatap Hesa horor, Hesa tersenyum “Sierra, jangan terlalu berlebihan mengabaikannya, jangan sampai nantinya kamu menyesal loh.”

“Abang setuju ko kalau kamu sama Senja, Abang restuin.”

Sierra cemberut lalu menghempas tangan Hesa  “apaan sih bang, udah ah Sierra mau ke kamar.”

Sierra pergi meninggalkan Hesa yang tersenyum, Hesa menatap ke arah pigura dan tersenyum jail. “Ayah, bunda, Sierra udah mulai Falling in love tuh.”

“ABANG!! SIERRA DENGER YA!” teriak Sierra dari arah luar, membuat Hesa kembali mengembangkan senyumnya.

“HESA! BERHENTILAH MENJAHILI ADIKKU!!”

Senyum Hesa berubah menjadi sendu, ketika terlintas suara omelan sang ibu di kepalanya. Ibunya akan mengomel padanya jika dia menjahili Sierra apalagi hingga menangis.

Don't Judge A Book By Its Cover (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang