"Erine!" Panggil Oline pas Erine lagi ngobrol sama kelima sahabatnya di kantin sekolah. Tawa Erine yang sedari tadi menghiasi wajah cantiknya seketika hilang begitu Oline muncul. Bikin ketiga sahabatnya yang tau kedekatan mereka berdua jadi menatap heran. Soalnya Fritzy sama Aralie baru keluar dari goa. Makanya mereka nggak tau apa-apa. Tau kenapa mereka berdua mau ke kantin? Nala yang nyeret.
Meski kemarin malam Oline sempat kelihatan ngobrol sama Nayla. Ya mereka cuma ngobrol-ngobrol biasa aja karena kebetulan ketemu waktu itu di taman.
"Gue mau ngomong sama lo." Ucap Oline lagi.
"Yaudah ngomong aja." Sahut Erine dengan cueknya.
"Nggak di sini, Erine."
"Emang kenapa kalau di sini? Lagian mereka semua sahabat gue kok." Tantang Erine.
Oline mengembuskan napas. Dia natap Erine dengan tatapan dalam dan teduh. Cukup lama sampai akhirnya dia beranjak pergi. Tapi sebelum pergi Oline sempat ngomong.
"Nanti pulang sekolah gue tunggu di gazebo belakang." Ucapnya yang nggak sama sekali Erine tanggepin.
"Kalian berantem?" Tanya Nayla pas Oline udah pergi.
Ngedenger Nayla yang ngomong gitu, seketika otak Erine langsung flashback kemalam dimana dia lihat Oline sama Nayla lagi berduaan di taman. Kalau ingat itu otak Erine berasa ngebul banget asapnya. Apalagi pas lihat Oline yang ketawa bareng Nayla. Uh, pengen Erine bejek-bejek aja muka Oline tuh. Bisa-bisanya dia abis nolak Erine terus ketawa-ketawa sama yang lain. Kalau nggak ingat dia sama Nayla itu sahabatan udah Erine cekik tuh Nayla. Etapi jangan. Kayaknya tuh anak Jepang ngak tau apa-apa. Buktinya dia nanya.
"Lho?!" Erine kaget pas lihat makanannya udah nggak berbentuk lagi. Dia pun langsung noleh ke wajah teman-temannya yang lagi pada meringis sambil nyengir.
"Udah selesai luapinnya?" Tanya Aralie yang duduk di sebelah kiri Erine. Dia sengaja ngebiarin Erine ngeluapin kekesalannya biar nanti itu makanan bisa ia kasihin ke kucing mujaer yang lagi duduk manis di bawah meja mereka. Tapi dia udah ganti sama pesanan yang baru lagi kok buat Erine. Diantara mereka berenam emang cuma Aralie doang yang tingkat kepekaannya tinggi. Yang lain juga sih sebenernya, cuma ya gitu. Terus Aralie juga yang paling dewasa pemikirannya dibanding yang lain meski mereka sebenarnya seumuran.
"Kamu tuh beb dari tadi ngelamun aja sambil liatin ke Oline terus sambil mainin garpu acak-acakin makanan. Kan kita semua jadi serem liatnya takut kecolok." Jelas Regie yang duduk di kanan Erine seraya beresin kekacauan piring makanan punyanya Erine. Iya, soalnya pas Erine lagi ngedumel dumel tuh tangannya aktif banget sampai bikin kawan-kawannya pada jaga jarak. Nayla tadi kan mau tanya jadi langsung mingkem pas Erine lagi mode angry girl.
"Apaan sih. Nggak ada ya Regie." Elak Erine nggak mau ngaku.
"Terus lo kenapa kalau gitu?" Tanya Nala sedikit ngegas. Mangganya Pak Aji lagi nggak musim lagi sekarang jadi dia nongkrongnya sama sahabat-sahabatnya. Coba kalau masih musim kek kemarin, udah gelantungan cem monyet dia tuh bareng anak-anak lain. Tapi baguslah tugasnya Lily jadi lebih ringan sekarang.
"Nggak ada."
"Lo jangan cemburu kalau gue pernah ngobrol sama Oline ya. Kita cuma teman biasa doang kok." Cetus Nayla tiba-tiba yang bikin keempat kawannya mines Erine langsung pada melongo. Bukan karena cara ngomongnya tapi sama apa yang barusan dia katakan. Sejak kapan Nayla dekat sama Oline? Perasaan dia kalau di sekolah nggak pernah keliatan kayak akrab gitu sama Oline. Paling cuma nyapa-nyapa biasa gitu doang. Begitu pikir mereka.
"Hah? Apaan sih Nayra orang aku nggak ada hubungannya sama Oline. Ngapain kamu bahas dia sih." Sahut Erine dengan nada sedikit kesal.
"Terus kira-kira kamu tau nggak kenapa Oline tadi nyuruh kamu buat temuin dia di belakang?" Tanya Fritzy penasaran.
"Nggak." Jawab Erine cuek seraya kembali nyuapin makanan barunya yang abis dibeliin ulang sama Aralie. "Makasih Ayayi." Lirihnya dengan senyuman manis khas anak bebeknya. Secepat itu emang ekspresinya berubah.
"Udah sih temuin dulu aja, siapa tau penting." Kata Nala sambil nyomot makanan punyanya Aralie. Yang punya makanan cuma geleng-geleng aja. Udah nggak heran lagi dia.
"Nggak ah gue lagi males ketemu Oline. Ngomong sama dia bikin mood gue rusak!"
"Emang dia apain lo sih, hm?" Tanya Aralie lembut. Bikin Regie yang ikut denger berasa melting sendiri.
Erine nggak mau kasih tau dulu ke mereka soal apa yang jadi penyebab dia bete sama Oline. Takut dia tuh. Ntar pada ngejauhin dia pas udah tau sebabnya apa.
"Nggak ada cuma lagi nggak pengen lihat muka dia aja." Jawab Erine kembali beralibi. Yang lain manggut-manggut nggak mau maksa. Ntar juga anaknya cerita sendiri.
"Terus, lo buyut penjajah. Sejak kapan lo temenan sama Online?" Tanya Nala sarkas bikin kepalanya langsung kena geplak sama sendoknya Nayla.
"Awwk!"
____________
Oline mengerjabkan mata sesaat ia merasa sinar matahari terlihat sangat oren sekali membias ke wajahnya. Oline segera lihat jam tangannya yang sudah nunjukin pukul 6 lewat. Artinya dia udah hampir 2 jam dari bubaran sekolah tadi buat nungguin Erine datang.
Rupanya Erine beneran semarah itu ke Oline sampai dia benar-benar nggak mau nemuin Oline lagi kayak biasanya. Oline sempat nyariin ke kelasnya tapi udah nggak ada siapa-siapa lagi. Ke ruang musik angker itu juga nggak ada.
Oline lalu beranjak ke parkiran motornya yang tersisa CRF miliknya doang. Udah nggak ada lagi kendaraan lain yang tinggal. Paling cuma punyanya Pak Ilham penjaga sekolah. Sebelum naik ke motornya Oline hela napas panjang dulu.
______
10 panggilan tidak terjawab dari Oline.
Erine sengaja nggak mau angkat karena dia masih bete plus malu sama Oline. Ya kalian bayangin aja tiba-tiba confess sama crush tapi ditolak terus bersikap kayak nggak ada apa-apa tuh nggak bisa! Malu banget rasanya. Makanya Erine nggak siap kalau ketemu Oline.
"Dengan ditolak gebetan galon disini. Ada yang bisa saya bantu?"
Erine shock pas tiba-tiba papanya datang-datang main angkat gitu aja telponnya Erine.
Dengan cepat Erine merampas kembali ponselnya tak lupa mematikan sambungannya. Dia langsung ngembusin napas lega begitu telponnya mati nggak sempat diangkat sama papanya tadi.
"Siapa sih, Ca? Kok, kamu kayak takut gitu?" Tanya Papanya kepo.
"Nggak---"
"Nggak apa-apanya wanita itu pasti selalu ada apa-apanya. Coba cerita sama papa sini." Potong pak Oniel yang bikin mulut Erine sedikit ngerucut. Yakali dia cerita ke papanya. Bisa dijadiin tumbal proyek ntar dia yang ada.
"Aku----"
Ting nung!
Bel rumah bunyi.
"Kamu lihat deh siapa yang datang. Kalau nyariin Papa suruh tunggu aja. Perut papa tiba-tiba mules." Kata Pak Oniel seraya beranjak ke kamar mandi.
Click!
"Erine!"
Brak!
•••
🙏
YOU ARE READING
NYAMAN. (Lilynn & Orine) 48 Gen 12
Teen Fiction"Oline, mau kan jadi pacar Erine?" "Mau." "Yeeeyy! Kalo gitu---" "Mau buang lo ke laut!" "Ih, parah banget, Oline. Jahat. Nggak suka." "Bodo!" ___________________ "Apa sih Lily nggak jelas banget lo sumpah." "Iya gajelas tapi kalau suka Delynn oh su...
