Part. 53

371 92 4
                                    

Vote ya beb😘
Makasih 🥰🙏

"Aku sudah mutusin---"

"Nggak mau!!"

Suara Lily bikin orang-orang di kantin langsung lihat ke meja makan mereka. Termasuk Nachia sama Shasa yang baru masuk dari pintu kantin. Mereka tadi sempat ke toilet dulu makanya terlambat.

"Eh, kalau dilihat-lihat Delynn sama Lily akhir-akhir ini makin dekat aja nggak sih?" Ucap Nachia ke Shasa. "Apa jangan-jangan mereka berdua emang beneran pacaran?"

"Emang." Jawab Shasa dengan entengnya. Tapi tidak dengan Nachia yang malah jatuh dari kursi. Mereka ngomong gitu pas udah mau duduk gitu jadi pas Nachia mau duduk dia lupa geser kursinya buat ngepasin.

"Ffhhh! Hahahaha!!!" Shasha langsung ngakak pas liat Nachia kejengkang. Bukannya lagsung ditolongin.

"Rese lu!!" Tukas Nachia sambil elus elus bokongnya.

Sehabis ngetawain Shasa akhirnya bantuin juga kok. Kasian dia liat mukanya Nachia.

"Eh, itu tadi seriusan?" Tanya Nachia kemudian setelah duduk lagi dengan bener sambil tutupin mukanya pake tangan. Dia malu tapi dia kepo. "Tau dari mana lo?" Lanjutnya dengan berbisik. Pengen sekalian nabok jidatnya Shasa juga dia tuh tapi gajadi karena sadar dia jatuh sendiri tadi.

"Jawabannya kan udah lo lihat sendiri, onta!" Shasa ngomong gitu disertai sisa-sisa ketawanya.

Nachia langsung bungkam mulutnya sendiri dengan kedua tangan sebelum dia histeris. Jadi suaranya cuma dia dia doang yang denger. Sesaat diapun langsung ingat kejadian di ruang osis tadi. Niatnya mau nyariin Oline yang siapa tahu ketiduran disitu nggak taunya malah lihat orang lagi ehem.

"Hah? Kenapa jadi kamu yang nggak mau?" Delynn bertanya dengan bingung. Abis Lily main potong gitu aja omongannya. Orang belum selesai juga.

"Yaa... a-aaku nggak mau aja." Lily kikuk sambil garuk-garuk belakang telinganya.

Delynn pegang tangan Lily yang ada di atas meja. "Lily, kamu mikirin apa sih dari tadi? Aku perhatiin kamu kayak orang linglung gitu. Kamu kenapa? Kamu sakit?"

Lily memperhatikan tangannya yang dipegang. Ada rasa senang dalam hatinya. Cuma disentuh gitu doang hati Lily udah meletup-letup kayak popcorn.

"Aku gapapa, kok." Jawab Lily dengan tersenyum.

"Maafin aku ya, Lily." Lily menggeleng membuang jauh-jauh pikiran buruk yang tadi muncul dalam kepalanya.

"Kamu nggak mau maafin aku?"

"Nggak, bukan gitu. Aku cuma---"

"I love you, Lily." Ucap Delynn dengan tersenyum hangat.

Lily jadi bengong. Kali ini bukan karena linglung mikirin nasib asmaranya yang baru nyala tapi udah diterpa badai aja, melainkan karena barusan dia dengar dengan amat sangat kesadaran penuh. Itu beneran Delynn yang ngomong begitu? Lily nggak lagi mimpi kan?

"Aku udah mutusin bberhenti dari main anggar." Kata Delynn menghilangkan rasa canggungnya habis ngomong tiga kata itu. Lily bukannya nimpalin malah bengong.

Lily mengerjab mencerna situasi yang terjadi barusan. "Tapi bukannya kamu udah berhenti dari lama?" Tanyanya dengan pikiran yang masih ngambang.

Delynn menggeleng. "Nama aku masih tercatat sebagai peserta didik di sana. Aku hanya istirahat selama ini."

"Oh gitu, tapi kenapa?"

Delynn menggeleng. "Aku nggak bisa lanjutin mimpi orang lain lagi."

"Maksud kamu?"

NYAMAN. (Lilynn & Orine) 48 Gen 12Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang