Part. 56

1.5K 199 31
                                    

       Keesokan harinya.

       Di kantin sekolah pada saat jam istirahat kedua, Nachia sama Shasa lagi pada ribut saling senggol-senggolan buat suruh duluan tanyain kedua sahabat mereka yang pada diam banget hari ini. Ya emang sih keduanya tuh setiap harinya selalu pendiam. Cuma hari ini beda aja gitu diamnya. Nggak kayak biasanya mereka jadi kayak dingin banget gini.

       Biasanya ada lah sedikit percakapan mereka walau cuma seuprit. Ini hening! Nggak ada suara sama sekali.

       "Ckh! Berisik banget sih kalian!" Tegur Delynn yang udah nggak tahan lagi lihat kelakuan Nachia nggak bisa diam dari tadi.

       "Akhirnyo, bersuara jua wawak satu ini. Pada kenapa sih kelen? Galau ya?" Ucap Shasa menatap bergantian pada kedua kawannya. Sementara Nachia cuma nyengir doang tak lupa dengan ekspresi emoticonnya.

       Delynn melirik ke Oline. Dia baru ngeh kalau Oline pun kelihatan lebih diam dari biasanya. Dia bahkan belum pesan apa-apa dari tadi. Cuma diam doang sambil natap kosong ke air mancur buatan yang ditaroh di tengah kantin. Konsep kantin GGS emang kek restoran gitu. Jadi jangan pada heran.

       "Kenapa?" Delynn nanya ke Oline dengan menggedikan muka.

       "Yaa Salam dikacangin." Tukas Nachia sambil menyuapkan seblak ke mulutnya dengan kesal. Nasib baik nggak keselek.

       "Gue keknya nggak bisa deh sama Erine."

       Ohok! Ohok!

       Jawaban singkat yang diucapkan secara soft spoken itu bikin Shasa sama Nachia yang lagi ngunyah makanan langsung kesedak.

       "Hah!? Bentar bentar bentar." Nachia minum bentar abis itu lanjut ngomong. " Jadi kalian berdua beneran...." Nachia tak jadi melanjutkan ucapannya seraya mengeluarkan seluruh emot wajah yang dia punya mengekspresikan kata-kata yang sulit dia ucapkan.

       "Astagfirullahaladzim. Kapal gue real cuy." Kata Shasa sambil menutup mulutnya yang tercengang.

       "Lo nyerah gitu aja, Lin?" Tanya Delynn mengabaikan reaksi kedua sahabatnya. "Nggak diperjuangin sama sekali?" Dia heran. Soalnya ini kek bukan Oline yang dia kenal. Setahu dia, Oline itu adalah tipikal orang yang nggak akan mudah melepaskan apapun kalau udah dia genggam. Anaknya ambisius banget kalau udah pengen sesuatu. Keras kepala juga. Apapun yang terjadi dia harus dapetin gitu. Tapi kini lihatlah? Seenteng itu Oline ngebiarin?

       Tapi tunggu. Bukanya mendengar hal itu Delynn harusnya senang ya karena dia diam-diam suka ehem, Oline. Tapi kok ini dia malah kesal pas tahu Oline nyerah dengan gampangnya?

       "Ya mau gimana lagi. Kalau dari awal jalannya aja udah beda ngapain dipaksain. Udah tau bakalan bikin sakit juga kan pada akhirnya." Sahut Oline kayak nggak ada beban pas ngomong kayak gitu. Tapi entah sama hatinya.

       "Lo serius, Lin?" Delynn masih tak langsung percaya.

       "Papa Adel pernah ngomong ke gue kayak gini, jika kita tau sesuatu itu akan berakhir buruk pada akhirnya, untuk apa kita memulainya? Bukannya lebih baik kita menyudahinya dari awal sebelum sesuatu itu mulai terasa indah." Kata Oline seraya menyenderkan badannya ke kursi sambil lipat tangan di dada. Mukanya datar. Tatapannya kosong. Tidak dengan sesuatu yang tercekat di kerongkongannya.

       "Lo lupa apa bego sih, Lin." Tukas Delynn tak habis pikir.

       Oline nggak nyahut. Dia raih minumannya Shasa terus diminum gitu aja sampai habis. Shasa pengen protes minta ganti tapi keburu Delynn ngomong lagi.

NYAMAN. (Lilynn & Orine) 48 Gen 12Where stories live. Discover now