"Wah ga kusangka bocah kecil ini udah di Jakarta dan bikin rusuh" ucap seorang gadis antusias. "Gimana Kak Mpris, udah dapet lokasinya?"
"Dia sering mampir ke Warung Jus Buah yang dijaga sama temen deketnya kalau sore, stand by disana aja, pasti ketemu" ucap gadis yang dipanggil kak Mpris.
"Rava-Rava, awas aja kamu ya!" ucap gadis itu sembari menyeringai mendengar lokasi Rava sudah diketahui.
=-=
Christy mukanya memerah, Flora hanya terkekeh saja. Saat ini mereka di ruang tunggu Klinik, menunggu Rava dan Jaya selesai diobati dan periksa. Christy baru menyadari betapa impulsif sikapnya tadi saat di mobil.
"Aku alay banget ya tadi Flo?" tanya Christy.
"Engga kok, imut malah, gemesin" kekeh Flora sembari mencubit hidung Christy.
Tak lama Rava dan Jaya keluar dengan beberapa kasa sudah menepel di tubuh mereka. Kedua pria itu hanya tersenyum canggung tanpa rasa bersalah, membuat Flora dn Christy hanya bisa geleng-geleng dan mengajak mereka untuk langsung pulang. Rava dan Jaya juga diminta untuk menginap saja di rumah Christy, sudah malam. Takut para geng yang mereka serang balas dendam. Meskipun kemungkinannya kecil.
Ternyata sampai di rumah Christy juga sudah ada Gita, Cornelia dan Windah. Ketiga gadis itu datang karena Fiony, lebih tepatnya Fiony memanggil Windah dan Gita, karena Cornelia sedang bermain bersama mereka waktu itu, jadi akhirnya sang gadis ikut. Fiony memeluk Rava erat, sampai harus Christy pisahkan. Fiony berterimakasih pada Rava, Jaya dan Martin (Iya, hanya Rava yang dipeluk). Beby sendiri tak percaya adiknya tertarik pada pusaran geng-gengan penuh kekerasan ini, namun melihat kegigihan Rava. Beby rasa bisa mempercayakan adiknya pada remaja itu.
"Chirsty lecet, kamu aku bakar loh Rav" ancam Beby serius.
Gita sendiri baru dapat info dari Kherisma bahwa, Bronx kemungkinan tidak akan muncul ke permukaan dalam waktu yang lama karena kejadian malam ini benar-benar pukulan telak bagi Bronx. Pembantaian oleh 3 orang. sesuatu yang tidak pernah terfikir sebelumnya bahkan di pikiran Eri sekalipun. Rava dan Martin saja yang memang dasarnya terlalu kuat ditambah anggota Bronx yang memang rata-rata tidak punya dasar beladiri. Mungkin kisahnya akan berbeda jika mereka berhadapan dengan Zeitaku atau Northblue.
=-=
Jaya resah, sudah 2 hari ini kelima gadis dengan aura tidak biasa nongkrong di warung Jus Flora, seperti menanti seseorang. Jaya dan Flora tidak bisa mengusir mereka, karena mereka pelanggan yang membayar. Mereka juga tidak merusuh seperti geng-nya Indra dan Amanda dulu. Mereka hanya memesan, minum-minum sembari berbincang sampai jelang tutup warung Jus-nya, lantas pulang. Jaya paham, ke lima gadis itu, setidaknya setara Jinan, bahkan ada 1 yang terlihat lebih kuat dari Jinan.
"Oiy Jay" saat sedang fokus memperhatikan ke lima gadis itu, Jaya di sapa oleh Rava yang datang bersama Christy dan Fiony.
Fiony tidak dengan Ara dan Iroy, kedua pria itu akhir-akhir ini menurut Fiony sedikit Sus, karena terlalu dekat. Fiony sadar kalau Iroy menaruh rasa pada Ara, tapi setau Fiony. Ara itu lurus, atau jangan-jangan selama ini dia Bi? Entahlah.
Gadis berkulit putih dengan wajah chinese, tiba-tiba langsung berdiri. Ke-empat temannya melakukan hal yang sama. Saat menyadari yang mereka tunggu 2 hari terakhir datang juga.
"Hai Rava, akhirnya ketemu juga" ucap gadis oriental itu "Lama ga ketemu, udah bikin rusuh aja ya?"
Rava mukanya pucat pasi "Ci--" tidak menyangka akan bertemu orang dari masa lalunya disini "--Celine?"
Rava langsung berlari, sedang gadis yang dipanggil Celine dan ke-empat temannya langsung mengejar Rava dengan semangat. Jaya panik, pria itu ikut berlari, meninggalkan Fiony, Christ dan Flora terbengong-bengong.
=-=
Sial, Rava tersudut, dia orang baru disitu, tidak seperti di Indramayu yang sudah seperti taman bermain untuknya. Jakarta benar-benar asing. Ke lima gadis itu sudah mengepung dirinya. Jaya sendiri belum terlihat, sepertinya pria itu nyasar saat akan menyusul mereka di gang-gang sempit ibu kota.
"Kenapa kabur Rav?" tanya Celine dengan wajah dingin.
"Ahhh Ci---" Rava mundur, namun sayang, belakangnya tembok.
"RAVA!" Jaya tiba-tiba sudah berdiri di antara Rava dan Celine. "Jangan macem-macem sama sahabat gue!"
Jaya saat ini sedang berusaha meraba-raba batas kempampuannya, apakah dia sanggup menghadapi ke lima gadis yang sepertinya sekuat Jinan semua?
"Kamu ketua geng Kraton kan?" tanya Celine dengan nada mengejek "Emang sanggup lawan kami?"
Celine menunjuk Pin dengan Logo N berwarna biru yang dengan Frame berbentuk kompas. Sial, di Jakarta Utara, logo ini seperti momok yang menakutkan bagi anak-anak SMA dan geng-gengan preman seumuran lainnya. 10 orang, yang menguasai dunia bawah anak-anak SMA Jakuth hanya dalam 2 tahun. Nortblue. tidak bermaksud seksis, tapi Jaya sama sekali tidak sadar bahwa anggota Northblue, perempuan semua, setidaknya separuhnya, karena saat ini hanya ada 5 orang.
"Mending kamu minggir, urusan saya sama Rava, cowok pengecut itu!" maki Celine penuh emosi.
Rava geleng-geleng, takut, Jaya sampai heran, kenapa Rava sampai setakut itu pada Celine. Kalau saja Rava berani, rasanya jadi lebih masuk akal untuk menghabisi lima orang di depannya ini.
"RAVA, AYO PENUHIN JANJI KAMU BRENGSEK!" Celine lagi-lagi nyalang, mendorong Jaya ke samping, dan langsung mencengkram kedua bahu Rava.
"Ci--" Rava benar-benar jerih "I-itukan, Janji pas kita masih ke-kecil" suara Rava terbata.
"BODO AMAT, KAMU UDAH JANJI MAU PACARIN DAN NIKAHAN AKU, TAPI APA?, PAS AKU PINDAH SMA KE JAKARTA, KAMU GA ADA KABAR GITU AJA, SENGAJA MENGHILANG?" Bentak Celine. Jaya bengong.
"Ga gitu Ci, nomorku hi-hilang" suara Rava menciut.
"SEKARANG TEKNOLOGI UDAH MAJU YA RAVA, ADA SOSMED, AKUNKU SEMUA KAMU BLOK KAN?" Celine meradang, nafasnya seperti mau habis "Sebenarnya salah aku sampai kamu ngehindar segitunya?"
Plak! tamparan berat dan keras Rava rasakan. Pria itu tersenyum kecut, padahal dulu Celine yang melindunginya dari tamparan orang-orang yang merudungnya. Ah, dia memang jahat sampai membuat gadis sebaik Celine membencinya.
"Hajar?" tanya salah satu gadis memastikan pada Celine.
"Hajar!" ucap Celine dingin.
Jaya tak berkutik, ingin membantu Rava, tapi merasa ini terlalu personal, Rava sendiri pasrah dan menghalaunya tiap ingin membantu. Entah perwujudan rasa bersalah atau memang masokis.
=-=
Jaya benar-benar jerih, namun tangan Rava masih setia menghalaunya tiap dia ingin membantu atau memisahkan Rava yang tentunya nge-voor, karena kalau mau, mudah bagi Rava untuk membalikkan keadaaan. Bahkan setelah di hajar separuh anggota Geng yang menguasai Jakut, Rava masih sadar, hanya penampilannya lebih menyedihkan saja.
"Nomor kamu?" ucap Celine tangannya mencegkram kerah Rava yang sudah tercampur debu dan darah.
Rava menyebut nomor handphone-nya pada Celine, Adegan selanjutnya benar-benar diluar nalar Jaya. Celine mencium bibir Rava erat. Memagutnya, tak mempedulikan debu dan darah yang menempel di bibir Rava. Seperti kotak rindu yang sudah tersimpan erat, akhirnya terbuka juga. Rava sendiri tidak melawan, membiarkan Celine menciumnya.
"Aku kabarin kamu nanti, awas aja ngilang lagi!" ucap Celine sembari mengusap bibir Rava yang basah.
Ke lima gadis itu pergi begitu saja, Rava luruh duduk, memikirkan nasibnya ke depan seperti apa.
"Rav, sebenarnya kalian dulu ada apa dah?" tanya Jaya.
"Panjang Jay--" Rava mengaduh sedikit, punggungnya sakit "Aku ceritain, di chapter depan ya--"
"Lahk"
Bersambung.
NORTHBLUE JOINING THE BATTLE dengan pukulan dan ciuman penuh cinta!
KAMU SEDANG MEMBACA
RAMAI SEPI BERSAMA
FanfictionRava Fadel Kuncoro tidak pernah menyangka kepindahannya ke salah satu sekolah swasta di Jakarta akan mempertemukannya dengan kisah-kisah yang akan membentuk masa remajanya. Kisah ini hadir dalam balutan Aksi-Komedi, Slice of Life dan pastinya Romans...