Bab 31 : Semuanya

115 10 0
                                        

Juni 1998

Aku tidak mengerti, dan aku mulai merasa sangat takut.

"Tuan, tenang saja. Anda baik-baik saja," teriak Millie, menemui kami di pintu dan membantuku berdiri. Dia menempelkan tangannya yang kurus kering ke sikuku yang tertekuk, tetapi dia tidak berbicara kepadaku. Kemudian, dalam aksi yang hampir lucu, peri itu menoleh ke arahku. "Oh, hai, Nyonya." Dia bersikap seolah-olah dia terkejut melihatku, dan aku tidak menggeram marah. "Anda mau makan siang?"

Wajahku berubah bingung. Apakah dia benar-benar bersikap seolah-olah aku tidak mendengar semua itu—seolah-olah aku tidak tergeletak di lantai karena menguping?

"Millie, kau payah sekali dalam hal ini," gerutu Draco sambil menundukkan kepala dan mencubit pangkal hidungnya. "—dan dia terlalu pintar!" Mereka berdua membicarakanku seolah-olah aku tidak ada di sini.

Apa-apaan ini yang terjadi??

"Aku tidak tahu bagaimana caranya agar bisa terus begini," ucap Draco kepada peri itu.

Mereka masih mengabaikanku, membuatku dilanda amarah yang tajam.

"Seseorang berikan aku jawaban sebelum aku mengutuk kalian berdua dengan obliviasi!"

Draco menyisir rambutnya dengan jari, berbalik untuk pergi, berlari kembali, lalu mencoba pergi lagi. Jelas bahwa dia bergumul dengan dirinya sendiri tentang bagaimana menangani situasi ini.

"Mau ke mana kamu?" teriakku saat Draco memutuskan untuk pergi. "Kamu berutang jawaban padaku!"

Draco berhenti. Ia menatap langit-langit, mengerahkan sebagian tenaganya, tetapi gagal. "Aku berhutang padamu? Benar," gerutunya.

Bingung dengan cobaan ini namun tidak mau mengalah, aku membentak, "Yah, buat apa aku berhutang padamu?!"

Selesai. Draco berbalik, menatap tajam ke arahku. Alisnya berkerut, dan matanya hanya menunjukkan penghinaan. Dia menatapku sebentar, lalu menggeram, mengepalkan tinjunya, dan meledak. "SIALAN, HERMIONE!"

Kebenciannya membuatku terdiam. Tenggorokanku tercekat, dan wajahku memanas. Aku menggelengkan kepala karena tak percaya dan menganga, siap untuk membalasnya. Namun Draco melesat pergi, menyusuri lorong dan menghilang dari pandangan.

Aku membiarkannya pergi, langsung menuju kantornya, bertekad untuk mencari jawaban sendiri jika tidak ada yang mau memberitahuku apa yang sebenarnya terjadi. Aku membanting pintu, membuat Millie berdecit, lalu berjalan ke mejanya dan membuka laci untuk memeriksa isinya. Tumpukan perkamen bergeser saat aku mencari di mejanya, mencari apa pun yang mengisyaratkan data yang dapat memperjelas.

"Nyonya?" Millie berlari ke ruangan di belakangku. Ketika aku mengangkat mataku yang marah sebagai tanggapan, aku melihat kepala mungilnya bergoyang ke arahku. "Anda seharusnya tidak berada di sini. Tuan—"

"Millie," selaku. Aku punya ide, tetapi aku tidak yakin apakah itu akan berhasil. Draco memberi perintah kepada para peri. Aku memperhatikan Draco meminta sesuatu atau menyuruh mereka mengurusku. Aku bahkan bertanya tentang hal itu beberapa hari lalu dan belajar lebih banyak dari yang aku inginkan tentang tugas peri rumah dari peri bertampang tegap bernama Harvy.

Dengan bertumpu pada lenganku, aku bersandar pada meja kayu Draco yang dipernis dan berusaha mengorek informasi dari Millie dengan sekuat tenaga.

"Ceritakan padaku tentang kecelakaanku."

Mata Millie terbelalak lebar, dan dia mengatupkan bibirnya rapat-rapat.

"Katakan padaku kenapa Draco begitu kesal!"

Telinga Millie mengepak saat dia menggelengkan kepalanya, berkata, "Aku tidak bisa memberi tahu Nyonya apa pun. Itu terserah Tuan Draco untuk menceritakannya."

Don't Fear the Reaper by LongtimeLurker1111 (Terjemahan)Where stories live. Discover now