New Member

47 14 11
                                    

Mengurusi kasus yang membuatnya penasaran itu membuat Bulan lupa akan hutang 500 ribunya. Bagaimanapun, dia akan tetap mencarikan uang itu agar Jean tidak menganggapnya munafik.

Kini dengan beberapa lembar kertas persyaratan. Bulan berjalan di dalam mall besar ini. Tujuannya adalah 'Bakery Joana'.

"Permisi, saya mau melamar kerja disini, apakah masih buka lowongan?" tanya Bulan setelah sampai di depan meja kasir.

"Oh, maaf, kita sudah dapat pegawainya kemarin."

Ucapan kasir itu membuat Bulan mengerutkan keningnya. Dia hanya terlambat satu hari dan itu menghanguskan kesempatannya? Oh shit! Bulan harus mencari kerja di mana lagi?

Setelah berterima kasih, Bulan keluar dari toko itu dengan wajah lesu. Lalu sebuah notifikasi dari handphone nya membuat Bulan berhenti. Gadis itu membuka chat nya.

+62 xxxxx
-Send a picture.
-Temui gue di cafe depan resto Black Forest. Sekarang.

~•~

"Dia benar-benar pengen tau, ya?" ucap Fio sambil perlahan membuka tutup botol Scorpion Vodka yang ada di tangannya.

"Lo mau ngapain?" tanya Jean setelah baru saja dia datang dari dalam membawa sebuah jas hitam yang Fio minta. Lalu melihat gadis itu membawa minuman keras berbahaya di tangan putihnya. Darimana Fio mendapatkannya?

Kini mereka sedang berada di balkon kamar Jean yang serba abu-abu.

Fio lekas menyewot jas Jean lalu membuangnya ke lantai. Entah apa yang mau gadis itu lakukan terhadap jasnya, Jean hanya bisa menontonnya.

Jean terus menatap gerak-gerik gadis ber dress hitam itu yang mulai menuangkan sebotol minuman keras di tangannya ke atas jas 30 juta milik Jean. Lalu perlahan, zat yang ada di dalam minuman itu memakan bahan jas Jean hingga kini berlubang dan hanya tinggal serat-serat kainnya saja.

"Lo tagih 30 juta nya pake alasan ini, lalu kasih dia waktu satu bulan," ucap Fio lalu dia mengeluarkan ponselnya, mengutak-atik nya hingga sesaat kemudian ponsel Jean berbunyi. Fio mengirimkan nomer Bulan.

Setelah tahu bahwa Bulan yang membobol CCTV sekolah, Fio semakin ingin cepat-cepat membuat Bulan menderita. Ya, Fio memang teliti, tapi ketika lawannya mulai melangkah tanpa perkiraannya, Fio akan menjadi gegabah.

Jean menatap apa yang Fio kirim ke nomornya, lalu mendengus. "Dia seenaknya sama gue?" batinnya namun tetap menuruti apa kata Fio.

Jean memotret keadaan jasnya lalu mengirimkannya ke nomor Bulan. Namun dia tidak menagih Bulan, melainkan mengajak gadis itu untuk bertemu dengannya, tanpa sepengetahuan Fio.

Jean masih teringat ucapan Bulan waktu itu.

Hidup lo, punya lo, dan lo yang ngendaliin itu semua.

Ya, hidup Jean adalah milik Jean, dan yang mengendalikannya juga Jean, bukan orang lain, bukan Fio.

Oke, kali ini dia harus tegas terhadap dirinya sendiri, terhadap perasaannya, terhadap Fio. Bulan benar, kadang kita perlu egois.

"Udah, sekarang gue antar lo pulang," ucap Jean kemudian.

Fio sempat terlihat keberatan, namun Jean menunjukkan wajah tidak suka nya mengisyaratkan pengusiran. Akhirnya Fio menurut.

Mereka berjalan melewati kamar king size milik Jean hingga keluar. Jean sempat meminta salah satu pembantunya untuk membuang jas yang masih ada di balkon kamar. Lalu meminta salah satu supir pribadi untuk mengeluarkan mobil hitam favoritnya.

~•~

"Seorang anak pengusaha cookies terbesar dari Belanda, tiba-tiba pengen ketemu gue. Why?"

"Kalo lo minta duit lo detik ini, gue ga ada," lanjutnya.

Jean mendengus sambil menampilkan senyumnya, senyum yang tidak pernah Bulan lihat sebelumnya.

Hingga gadis itu mengernyit. "Wait, lo bisa senyum?"

"Lupain soal duit itu, dan jas yang lo lihat tadi. Itu semua ulah Fio. Gue mau jadi egois dan kayak apa kata lo. Gue yang ngendaliin diri gue sendiri, bukan orang lain," jelas Jean kemudian.

Bulan terdiam mencerna kata-kata Jean barusan. Kini mereka tengah duduk berhadapan di meja 'Cafe Antena', cafe yang berada tepat di 'Resto Black Forest'.

Gadis itu masih terdiam sebelum Jean kemudian kembali mengeluarkan suara. "Gue butuh kerjasama lo."

Akhirnya Bulan tersenyum miring tidak percaya. "Gue ga salah denger?"

"Gue serius."

Gadis itu terkekeh. Bukannya budeg, tapi Bulan tidak menyangka saja. Seorang Jean yang notabene selalu mengikuti kemanapun arah Fio pergi, kini dia keluar dari arusnya? Dan malah menghampiri Bulan yang sangat anjlok dari levelnya?

"Je, lo ga mabuk 'kan? Masa iya lo udah ga suka sama Fio?" tanya Bulan kemudian.

"Siapa bilang? Perasaan gue ga berubah."

Jawaban Jean baru saja menghentikan kekehan Bulan. Hampir saja dia kegeeran dan mengira Jean sudah tidak menyukai Fio dan berbalik menyukainya? Hei, normal 'kan? Wanita mana yang tidak menyukai Jean sekali pun dia adalah seorang Bulan Kamelia? Bulan yakin wanita itu tidak waras.

Bulan menghela napasnya. "Terus?"

"Gue mau ubah jalan pikiran dia, dan gue lihat potensi lo bisa lebih unggul dari dia. Kita buat levelnya turun."

Gadis di hadapannya itu mengangguk. "Boleh, yakinin gue kalo lo bukan musuh dalam selimut."

"Oke, nomer rekening lo?" tanya Jean sembari mulai mengaplikasikan gadgetnya.

Bulan mengernyit. "Hah?"

Kini tatapan Jean menatap tepat di kedua mata Bulan yang kebingungan. "Gue minta nomer rekening lo."

"Ngga, maksud gue. Buat apa?"

"Don't ask many questions."

Bulan berdecak, kemudian dia mengirimkan nomer rekening seperti apa yang Jean minta via chat. Tapi untuk berjaga-jaga, Bulan memberikan nomer rekening tante Tyas yang kebetulan masih ada di hpnya.

"Kalo mau ngasih duit, cash aja napa. Gue ga punya rekening jadi punya pake tante gue."

Sambil menarikan jemarinya di atas layar hp, Jean menjawab, "gue ga bawa cash 30 juta," ucapnya enteng.

Bulan sempat hampir tersedak ludahnya sendiri mendengar ucapan kelewat santai itu. Lalu dia kali ini benar-benar tersedak bahkan hingga terbatuk ketika Jean menunjukkan layar hp padanya yang menampilkan 'transaksi berhasil' dengan nominal angka 30 beserta enam enol di belakangnya.

"Anjir, ini buat apa?!"

"Lo angsur jas gue. Gue bakal tetap kayak biasa sama Fio biar dia ga curiga, salah satunya nagih lo. Dia minta waktu satu bulan, jadi selama itu, lo bisa pake duit itu buat angsur jas gue, dan jangan lupa cari kerja paling ngga buat formalitas, nanti gue bantu."

"Oh iya, lo ditolak di bakery itu? Sorry."

~•~

TO BE CONTINUE>>

ANTIHEROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang