Pagi ini apa yang di takutkan benar benar terjadi, ini weekend tentu sekolah libur bahkan semuanya ada di rumah tapi tidak dengan Chenle dan Jisung yang katanya mau keluar bersama Alan dan Dian.Sejak pagi seperti biasa Renjun kembali bersemangat setelah kemarin ikut ke sekolah, dirinya mengira hari ini juga sekolah hingga membuat anak itu terus merengek meminta sekolah, lagi pula perjanjiannya Renjun akan ikut Yoona 3 dalam seminggu, bukan setiap hari harus pergi ke sekolah, karena mereka tidak ingin Renjun kelelahan dan berujung sakit.
Chanyeol terpaksa menggendong anaknya itu yang sejak tadi sudah tantrum, bahkan tasnya sudah di lemparkan dengan kasar di tengah ruangan, semuanya sudah sarapan bahkan Chenle dan Jisung juga sudah berangkat pergi main, hanya tersisa Chanyeol dan Renjun yang belum menyentuh sarapan sejak tadi pagi.
"Kasian anak papa hm, sampai keringatan gini" Chanyeol mengusap dahi putranya yang tertutup rambutnya yang sudah basah karena keringat.
Renjun sendiri masih sesenggukan di pelukannya.
"Kolah pha" lirihnya menduselkan wajahnya di dada sang papa.
"Sayang, dengerin papa ya nak, sekolah nya libur sayang, Jun libur dulu, lusa baru baru sekolah lagi, liat hyung dan adik adik Injun juga libur liat, gak ada yang pergi sekolah sayang" Chanyeol berusaha menjelaskan dengan pelan agar Renjun dapat mengerti apa yang dia katakan.
"Libul no no kolah papa hiks" ujarnya menatap papanya dengan mata sembabnya.
"Iya sayang, sekolahnya libur dulu dulu, nanti masuk lagi hm" Chanyeol mengelap sisa air mata putranya, dia bingung antara kasian atau justru merasa lucu melihat penampilan putranya.
"Iihhhh Injun jelek banget kalau nangis" Haechan menghampiri Renjun yang masih berada di pangkuan papanya.
Renjun sendiri hanya melirik Haechan dan kembali menyembunyikan wajahnya.
"Jun dak jelek" lirihnya dengan tangan yang memukul mukul lengan papanya.
"Kalau gak mau jelek berarti nangisnya harus berhenti dong, iya kan pa? Padahal Echan mau berenang nanti" ujar Haechan membuat Renjun langsung menatapnya.
"Jun dak nanis CHAN" kesalnya namun Haechan justru tertawa melihat hal itu.
"Iya Injun gak nangis Echan, Injun tampan gak jelek ya sayang" Chanyeol hanya bisa mengusap punggung putranya.
"Sayang makan dulu ya nak, sama mama ya, nanti kalau gak makan Injun sakit sayang, nanti suntik suntik mau hm" Wendy mengelus surai putranya yang masih memeluk papanya dengan erat.
Renjun menggelengkan kepalanya dengan pelan mendengar kata suntik.
"Selamat pagi"
Entak kebetulan atau apa Suho justru datang kerumahnya yang membuat Renjun yang bergerak brutal di pangkuan papanya, dirinya takut di suntik.
"Pagi oppa" Wendy tersenyum meletakkan piring itu di atas meja.
"Tumben ke sini?" Gumam Chanyeol yang masih berusaha menenangkan Renjun.
"Mampir bentar sih, lagian di rumah juga sendirian" ujarnya yang kini fokus dengan Renjun yang memeluk Chanyeol dengan erat.
"Lagian suami istri malah pisah jauh, gak ada yang nemenin kan?" Sindirnya, memang benar Suho sudah menikah dan mempunyai anak berusia 16 seumuran dengan Jisung tapi dia justru ikut mommy nya ke Korea.
"Minggu depan cuti jemput Resya, pekerjaan dia sudah selesai dan akan tinggal di sini" ujarnya.
"Renjun kenapa?" Ujar Suho bahkan Renjun terus berusaha menghindar saat dia menyentuhnya.
"Biasa, tantrum anak nya, kebetulan tadi Wendy menakutinya kalau tidak mau makan nanti di suntik ehh datang dokternya" Chanyeol rasanya ingin tertawa melihat kebetulan kali ini.
"Hei om bawa cake loh buat Injun tapi makan dulu" bujuknya dan berhasil Renjun menatap minat pada kue kue kecil dengan berbagai toping.
"Turun dulu ya nak, papa juga harus makan" Wendy membantu putranya agar turun dari pangkuan papanya dan mendudukkan anak itu di sofa mendekatkan kotak berisi kue tersebut.
"Kamu sarapan dulu, keburu nangis lagi anaknya" pintanya membuat Chanyeol langsung bangkit menuju meja makan.
Wendy menyuapi Renjun dengan pelan padahal tangan anak itu sudah memegang kue tapi Renjun harus menghabiskan sarapannya terlebih dahulu.
"Pinter" Wendy tersenyum senang saat nasi di piring habis bahkan semua lauk dan sayurannya tidak ada yang tertinggal.
"Sekarang Jun boleh mam kuenya ya" ujarnya.
Renjun yang sejak tadi sudah tidak sabar apalagi saat melihat Haechan yang sudah memakan satu kue tersebut.
"Yang lain mana Chan?" Suho tidak melihat keponakannya yang lainnya dan rumah terasa sedikit sepi.
"Chenle Jisung pergi sama temannya, kalau yang lain di belakang, katanya mau main basket" ujar Haechan sedangkan dirinya terlalu malas untuk mengikuti apa yang saudaranya lakukan.
"Kamu sendiri?" Suho menatap haechan yang menggelengkan kepalanya.
"Males om, enakan rebahan gitu" mungkin jika di bandingkan dengan saudaranya yang lain, dia adalah yang paling malas melakukan sesuatu.
"Chan bis" Renjun mengadahkan tangannya yang sudah berlumuran dengan cream dari kue tersebut.
"Injun mau lagi? Gak kenyang" ujar Haechan sedikit heran padahal anak itu baru selesai sarapan, namun melihat Renjun yang terus menunjuk kue tersebut mau tidak mau Haechan mengambilkan lagi.
"Om beli dua kotak, satu kotaknya taruh aja dulu, jangan di makan semuanya, om pergi dulu ada urusan sebentar" Suho mencari kunci mobilnya.
"Weekend loh om" ujar Haechan.
"Gak ada kata weekend Chan untuk seorang dokter kayak om gini" dia tersenyum mengusak sebentar rambut Renjun.
"Makasih kue nya om, sering sering aja kayak gini" gumamnya sebelum Suho keluar.
Sesuai janji, kini Chenle dan Jisung sudah berada di rumah sakit jiwa dan sedari tadi mereka sedikit bergidik ngeri, mereka tidak bisa membayangkan kalau hyung mereka benar-benar ada di tempat ini.
"Kita tunggu sini aja, karena tidak semuanya bisa masuk entar adiknya Dian ngamuk kalau ngeliat orang baru" ujar Alan.
Mereka berdua justru sedikit takut apalagi kadang kadang ada saja pasien yang mendekati mereka, sepertinya Alan sudaj terbiasa bahkan remaja itu juga kadang menanggapi mereka.
"Jangan keget, memang seperti ini kalau berkunjung" dirinya terkekeh pelan melihat raut pucat takut kedua teman barunya.
"Dian masih lama gak sih" ujar Chenle bukannya risih atau apa, tapi dirinya lebih ke takut tiba tiba mereka menyerangnya apalagi tadi ada yang mengamuk.
"Gak sih, paling bentar lagi juga balik, nah itu dia" mereka berdiri saat melihat Dian yang sudah kembali.
"Adik gue lagi tidur jadi bentaran aja, oiya sekarang kita kerumah kalian ya" ujar Dian karena dirinya juga penasaran dengan mereka berdua.
"Kita naik apa nih, tadi kan naik taksi yang di pesan Chenle" Alan menatap mereka semua, tidak mungkin mereka terus menyusahkan Chenle atau Jisung.
"Supir kita sudah jemput kok" gumam Jisung memang tadi dia sempat menghubungi supir keluarganya untuk menjemput mereka.
"Ngerepotin lagi dong" gumam Alan membuat Chenle langsung menatapnya.
"Gak repot kok ayo, supaya kita mainnya lebih puas nanti" Chenle menarik tangan Jisung membuat Alan dan Dian hanya mengikuti dari belakang saja.
Ayo jangan lupa vote sama komen oke
KAMU SEDANG MEMBACA
Stars Behind the Darkness (End)
Fanfictiontidak ada kehidupan sejak balita berusia 3,5 tahun tersebut terkurung dalam sebuah bangunan terbengkalai di belakang mension mewah yang jauh dari pusat kota.... 15 tahun terkurung di tempat yang gelap tanpa ada yang tau bagaimana keadaannya, sebu...