bab 78

4.9K 615 57
                                    


   Pagi hari Chanyeol sudah sebal sendiri apalagi melihat Reno yang sudah nangkring di rumahnya pagi pagi sekali untuk menjemput putranya.

"Kaki anak gue masih sakit duda, mending lu pulang aja sana" usirnya namun Reno tetap pada posisinya duduk sembari menunggu Renjun yang tengah bersiap.

"Eh tiang, lu jadi bapak jahat banget, ngalahin jahatnya ibu tiri tau gak lu, lu gak kasian apa, liat tuh tadi Renjun seneng banget mau sekolah, lagian tuh gunanya kursi roda apa, gue juga masih sanggup kali kalau harus gendong anak lu yang lucu itu, lagian nih ya anaklu tuh masuk kategori imut mungil gemesin tau gak" kesalnya pada Chanyeol.

"Ya lu ngajarinnya aneh aneh juga, eh lu tau tuh kata anjil anjil terus melekat ya, anak gue jadi sering ngumpat tau gak" ujarnya namun Reno justru langsung tertawa.

"Bagus dong, itu tuh namanya buat pertahanan kalau ada orang yang ngatain ya katain balik lah" ujarnya membuat Chanyeol hampir aja melempar koran yang tadi dia baca sebelum suara putranya menggema dari atas.

"OM INJUN CIAP KOLAH!" semangatnya sedangkan Jeno hanya bisa memejamkan matanya mendengar suara nyaring adiknya.

  Renjun turun dengan di gendong Jeno di belakang.

"Injun jangan teriak, telinga Eno sakit" ujar Reno membuat Renjun langsung menatapnya.

"Akit pelgi ya" ujarnya dengan tangan yang tiba-tiba mengelus telinga Jeno.

   Sedangkan Wendy sendiri membawa tas anak itu, dirinya hanya akan memasukkan bekal saja karena Reno juga berniat mengajak anaknya sarapan di luar.

"Duluan ya pak" ujar Reno menghampiri Renjun yang sudah duduk tenang di kursi rodanya.

  Chanyeol hanya bisa menggeram marah pengen sekali dia memukul kepala si duda satu itu.

"Dadah mama papa" Renjun melambaikan tangannya saat om Reno mulai mendorong kursi rodanya keluar.

"Gak mau siap siap ke kantor" Wendy menatap suaminya tajam yang masih memakai pakaian santai.

"Iya ini mau siap siap, gara gara si duda satu tuh" gumamnya Jeno yang mendengar itu hanya terkekeh pelan.

"Ngalah aja pa" ejeknya sebelum berlari menyusul mamanya di dapur sembari menunggu sarapan siap.



"Kakinya masih sakit gak?" Tanyanya melihat Renjun yang asik memandang keluar jendela.

"Dah dak om, tapi Jun dak bica lali" ujarnya bahkan Reno pura pura terkejut.

"Kalau lari lari nanti jatuh dong" ujarnya membuat Renjun mengangguk.

"Injun kalau lampunya merah berarti apa?" Kini mobil yang di kendarai Reno hampir sampai di lampu merah.

"Belhenti om" ujarnya hingga Reno menghentikan mobilnya dan tersenyum bangga.

"Kalau kuning apa?" Tanyanya lagi dia sudah mengajarkan hal hal kecil seperti sebelumnya jadi dia ingin mengetes apakah anak manis ini masih ingat apa yang dia ajarnya.

"Em jun lupa, bental om" ujarnya sedangkan Reno hanya menunggu dengan sabar.

"Ciap ciap om" jawabnya sekali lagi Reno tersenyum bangga sangat mudah mengajari Renjun.

"Kalau hijau" Reno sudah bersiap menancap gas sembari terus melihat rambu rambu lalu lintas.

"Go!" Serunya hingga Reno tidak bisa menahan tawanya.

"Pinternya keponakan om hm" Reno mengacak rambut Renjun membuat Renjun tersenyum senang.

  Reno menghentikan mobilnya di area taman, dia akan mengajak Renjun sarapan bubur ayam pagi ini.

"Mau di gendong apa naik dorong dorong" Reno berjongkok di depan Renjun yang sudah siap hendak turun.

"Dorong dorong om" ujarnya, Reno langsung berlalu mengambil kursi roda Renjun di belakang.

"Jun suka bubur gak?" Tanyanya saat dirinya sudah menemukan tukang bubur yang biasa dia beli.

"Cuka" ujarnya.

"Pak buburnya dua yang satu gak usah kacang ya" setelah memesan Reno membawa Renjun ke sampingnya sedangkan dia sudah mengambil kursi untuk dirinya sendiri.

"Ini, udah lama bapak gak mampir, anaknya ta ini, sakit apa kok sampe di perban kakinya itu"

   Reno sendiri hanya diam sambil melirik Renjun yang sudah menatap mangkok di tangannya.

"Keponakan saya pak, kakinya kena pecahan piring lumayan dalam, itu sebabnya sampai pake kursi roda karena emang gak boleh di buat jalan dulu" jelasnya sembari dirinya memberikan semangkok bubur untuk Renjun.

"Di tiup dulu ya nanti" gumamnya sedangkan dirinya tengah menuangkan kecap ke dalam mangkok Renjun sengaja Reno menyembunyikan sambal karena ini masih pagi.

  Renjun sendiri tengah mengaduk ngaduk buburnya hingga semua tercampur, sama seperti Reno yang suka mengaduk terlebih dahulu bubur ayamnya sebelum memakannya.

   Renjun mengikuti perkataan om nya, dia terus meniup niup bubur itu sampai benar-benar dingin di sendoknya.

  Jam masih pukul setengah tujuh pagi masih lama jadi Reno akan membiarkan saja meskipun Renjun makan cukup lama bahkan sedikit belepotan.

  Beruntung ada tissue di dekatnya jadi Reno bisa langsung membersihkan mulut keponakannya itu.









   Di tempat kuliah sendiri Mark hanya bisa menatap masam adik adiknya itu.

  Entah kenapa tadi pagi tiba-tiba mereka semua menumpang di mobilnya kecuali Jaemin yang membawa motor sendiri karena hari ini dia full kelas dan ada praktek juga jadi kemungkinan pulang sore atau gak malam.

  Sedangkan Jeno dan Haechan, mereka berdua banyak sekali alasannya entah yang satu gak ada bensin yang satunya lagi mogok.

"Hyung nanti jangan langsung pulang, anterin beli sepatu" gumam Jeno membuat Mark sedikit mengernyit.

"Perasaan sepatu kamu udah banyak deh, sepatu apa lagi coba" herannya.

"Sepatu olahraga hyung, kan baru dua mana yang satu udah mau jebol lagi, kalau yang lain kan sepatu main" pintanya membuat Mark hanya bisa pasrah.

"Gue juga mau beli jaket atau kaos mungkin ya" ujar Haechan.

"Serah terserah kalian, sedangkan kita semua pulang sore jangan sampai mama marah karena gak ada yang makan malam di rumah, hyung gak ikut ikutan, kalian izin sendiri kalau di izinin hyung anterin tapi nanti pulangnya sendiri naik taksi atau apa, hyung mau ke perusahaan lagi" ujarnya dan dia tidak berbohong, dia sudah berjanji akan membantu dan belajar tentang perusahaan bersama papanya.

"Uangnya dari hyung ya tapi" ujar mereka berdua dengan kompak.

  Kadang Mark berpikir, semua adik adiknya kembar kenapa dirinya tidak mempunyai kembaran juga.




"Jie besok mau di temenin gak? Kan besok haru pertama lu pergi ke sanggar tari" guman Chenle membuat Jisung yang asik membaca buku pelajarannya langsung menoleh ke arah kembarannya.

"Gak usah gak apa apa hyung, lagian aku mau coba nyari teman sendiri nanti lagian papa gak bakal ngijinin" jawabnya.

"Gampang itu mah, kalau papa ngijinin boleh ya gue temenin hari pertama juga, gue takut lu gak bisa adaptasi" ujarnya bahkan Jisung sedikit bingung dengan perkataan Chenle.

"Kan hyung sendiri yang nyuruh aku buat belajar cari teman sendiri, ya ini kesempatannya, tapi kalau hyung maksa ya gak masalah asalkan di bolehkan" gumam Jisung membuat Chenle langsung tersenyum senang.






    Ayo jangan lupa vote sama komen oke

  Karena hari ini aku ultah, jadinya aku bakal double up tapi nanti ya sorean.

Stars Behind the Darkness (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang