119

4.6K 748 58
                                    

   Sudah sore namun Mark Jeno Haechan Jaemin chenle dan Jisung tidak mau pulang bahkan Chenle dan Jisung masih menggunakan seragam sekolah mereka.

  Hanya Chanyeol yang pulang sekaligus mengambil baju ganti untuk anak anaknya.

   Mereka tengah makan sekarang bahkan Wendy tengah menyuapi putranya dengan bubur.

"Satu sendok lagi nak" setidaknya Wendy senang melihat putranya yang makan dengan lahap.

   Renjun menerima suapan dari mamanya namun matanya menatap fokus pada apa yang di makan saudaranya.

   Wendy yang menyadari ke mana fokus putranya juga ikut melihat.

"Injun mau itu sayang?" Tanyanya membuat Renjun langsung mengangguk pelan.

   Mereka sudah berkenalan kembali tapi Renjun belum hafal nama nama mereka bahkan tidak mau menyebut nama mereka tadi.

"Injun gak kenyang?" Tanyanya lagi pasalnya putranya baru menghabiskan semangkok bubur.

"Jeno tolong bukain nasi punya mama, Injun pengen kayaknya" Wendy menghampiri anak anaknya yang tengah memakan nasi lalapan, entah beli di mana mereka.

"Gak usah mah, gini aja" Jeno memberi kan nasinya sedikit begitupun yang lain yang ikut memberikan makanan mereka.

"Injun harus banyak makan biar cepat pulang ke rumah, biar pipi embul nya balik lagi" Haechan dengan semangatnya memberikan potongan ayam miliknya.


   Setelah makan mereka membawa Renjun jalan jalan keluar tentu setelah meminta izin pada om Suho.

  Haechan yang bagian mendorong kursi rodanya, mereka gak kemana mana hanya pergi ke taman rumah sakit yang dekat dengan ruang inap Renjun.

"Peyan peyan dut peyan" Renjun berpegangan erat, dirinya takut nanti jatuh lagi lalu kepalanya sakit lagi.

"Injun, Echan Echan bukan dut, perasaan gue gak se gendut itu, gue rajin olahraga kok" gumam Haechan.

"Sabar aja, Renjun manggil kita sesuai yang dia lihat" ujar Jaemin.

"P peyan hiks"

   Mereka langsung berhenti dan panik mendengar Renjun yang mulai terisak.

"Ini udah pelan kan? Ada hyung yang jagain, jadi Injun gak bakal jatuh nanti" Mark berjongkok menatap adiknya yang menunduk tapi tangannya menggenggam erat kursi rodanya.

  Mereka memang berjalan biasa bahkan sudah sedikit lambat.

"Sini gue aja yang dorong" Jeno menggeser Haechan agar menyingkir.

  Mark yang melihat itu langsung berdiri mengusap pelan rambut adiknya walaupun ada perban yang melingkar di dahi adiknya.

"Untung disini daerahnya VVIP jadi kalau kita berjalan sepelan ini gak bakal tuh ada yang protes" gumam Haechan.

"Ini papa ngambil baju perasaan gak balik balik, nyasar kah" ujar Chenle.

"Mungkin bentar lagi, katanya papa juga mau bawa cemilan juga buat kita, sekalian jemput oma kan?" Ujar Mark.

   Mereka kini sudah berada di taman menikmati udara sore hari.

"Gue kira cadelnya ikut ilang ternyata masih ada, Injun coba ini siapa?" Haechan berdiri di depan Renjun yang terlihat bingung.

  Renjun menatap saudaranya satu persatu kembali berpikir.

"Capa" lirihnya.

"Iya, ini siapa coba, tadi udah kenalan kan?" Ujar Haechan yang tidak mau menyerah.

Stars Behind the Darkness (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang