Chapter 12 - Fie dan NFR.

1 0 0
                                    

×ו××

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

×ו××

Di mata Sofie, Rankasa terlihat sedikit tidak tenang. Sofie langsung memeluknya. Hal yang didapatkan Sofie adalah Rankasa mendorongnya ke belakang agar Sofie tidur. Rankasa berada di atas tubuh Sofie dan Sofie berada di bawah. Kedua pasang mata saling menatap satu sama lain. Di mata Sofie, Rankasa terlihat ingin memakannya, sama seperti yang berlalu.

“Makan saja diriku,” kata Sofie pelan.

“Aku tidak ingin menyentuh Sofie. Aku hanya ingin menyentuh Fie,” jawab Rankasa.

“Jika aku mengatakan bahwa aku adalah Fie, bagaimana?” tanya Sofie cepat.

“Aku tidak percaya,” kata Rankasa. Dia menurunkan tubuhnya untuk menindih tubuh Sofie. Dia juga meletakkan kepalanya di sebelah kepala Sofie. “Tapi, aku ingin percaya. Aku ingin Fie kembali untuk diriku untuk mereka.” Dia bergumam pelan.

Sofie memeluk tubuh Rankasa begitu erat. Dirinya baru mengetahui jika Rankasa memiliki perasaan, permintaan, dan harapan yang sama seperti dirinya. Hanya satu, ingin diri Fie kembali. Namun, Sofie tidak mengetahui jika Rankasa juga membutuhkan dirinya sebagai Sofie. Rankasa merasa kecewa dengan dirinya sendiri, karena berani menyentuh tubuh Sofie, bukan Fie.

Mereka berdua saling berpelukan erat, memberi energi. Ingin rasanya Sofie memberitahu apa yang telah terjadi padanya, tentang operasi. Tapi, rasanya tidak mungkin untuk bercerita saat Rankasa seperti tengah sakit hati. Jika Sofie bercerita, Rankasa akan semakin memburuk. Entah mengapa Sofie memiliki pikiran tentang Rankasa akan mengamuk lebih parah dari saat di rumah sakit.

Rankasa tiba-tiba melepaskan pelukan, kepalanya mendongak menatap wajah Sofie. “Ingin bercerita tentang suatu hal?” tanyanya.

Sofie terkejut dengan itu. “Bagaimana dia bisa mengetahui?” batinnya.

Rankasa perlahan bangun dan duduk diikuti oleh Sofie. “Kenapa kamu terkejut? Apakah ada masalah?’ tanyanya penasaran.

Sofie menggelengkan kepalanya ragu. Jantungnya seketika berdebar kencang. Sofie memilih untuk mengalihkan pandangannya. Terlukis jelas bagaimana Sofie berusaha menutupi sesuatu. Dia harus menutupinya, dia tidak boleh memberitahu apa yang terjadi. Dengan alasan, tidak ingin membuat Rankasa khawatir akan dirinya. Lagi pula dirinya tidak mempermasalahkan hal itu, dia merasa terbiasa akan sesuatu yang bersangkutan dengan nyawa.

Akan tetapi, Rankasa menolehkan kepala Sofie secara paksa untuk menatapnya. Rankasa terlihat begitu penasaran dengan Sofie. Terlihat jelas di wajahnya bagaimana dia memiliki perasaan penasaran yang begitu tinggi. Tapi, di saat itu juga, Rankasa berusaha tenang sementara Sofie kebingungan bagaimana cara dia menutupinya.

“Tidak masalah. Ceritakan semuanya,” bisik Rankasa.

Sofie terdiam sejenak, berpikir bagaimana cara dia menyampaikan. Dia berusaha mengalihkan pandangannya, tapi tidak bisa kala tangan Rankasa mengunci pergerakannya. Tatapan tajam bercampur dengan perasaan penasaran terlihat jelas di wajahnya. Sofie tidak bisa menolak permintaan dari orang yang memasang wajah seperti Rankasa.

Elfie.Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang