Reno mendorong kursi roda Renjun dengan pelan sambil sesekali membalas sapaan para guru yang sudah siap mengajar karena bell masuk juga sudah berbunyi sejak tadi.Sebenarnya Reno sendiri juga sudah telat buat masuk mengajar dan kebetulan juga hari ini dirinya full di kelas 12 sampai jam istirahat.
"Injun belajar di sini hm, om kasih tugas Injun harus kerjakan, injun paham kan?" Reno mengeluarkan buku dari dalam tas Renjun sedangkan anaknya hanya mengangguk saja menunggu om nya itu memberinya tugas.
"Om punya gambar hewan nanti Injun tulis nama hewan itu dengan benar mengerti, kalau sudah Injun bisa mengerjakan hitung hitung, om mau mengajar dulu" Reno tersenyum menatap Renjun yang menatapnya dengan polos sambil mengangguk kan kepalanya.
"Jun ngelti om" jawabnya.
Keadaan kelas cukup sunyi hanya suara Reno yang sedang menjelaskan materi pelajaran nya bahkan Renjun terlihat fokus dengan tugas yang di berikan om nya itu.
"Om!" Panggilnya membuat Reno langsung menghampiri keponakannya itu.
"Ni 24 + 10 belapa?" Ujarnya menatap Reno yang juga pura pura berpikir.
"Berapa ya? Coba Injun hitung pake cara yang pernah om ajarin, Injun ingat kan?" Tanyanya.
Walaupun awalnya Renjun sempat terdiam mengingat cara yang pernah om nya ajarkan.
"Jun ingat" ujarnya kemudian langsung menghitung penjumlahan itu.
Reno sendiri kembali melanjutkan menerangkan materi yang tadi sempat tertunda.
30 menit lagi sudah jam istirahat, Reno sendiri memilih memberikan tugas pada muridnya dan kini dia beralih melihat Renjun yang sudah asik menggambar di bukunya.
"Injun sudah?" Tanyanya melihat buku tugas yang sudah tergeletak di depan anak itu.
"Cudah om" Renjun menunjukkan bukunya yang sudah terisi jawaban dari soal yang om nya berikan.
Reno sendiri akan melihat jawaban Renjun benar atau salah.
"Injun ini hamster bukan tikus" Reno menunjukkan gambar hewan yang tadi dia berikan dan di sandingkan dengan jawaban Renjun.
"Jun calah" lirihnya namun Reno hanya menanggapinya dengan tersenyum.
"Gak apa apa, injun sudah pintar, semuanya benar kok tapi nanti belajar membedakan tikus sama hamster di rumah oke" Reno sangat bangga dengan kecerdasan Renjun.
Mungkin kalau Renjun tidak mengalami kejadian itu sudah di pastikan dia akan menjadi langganan setiap ada olimpiade di sekolah.
"Nanti om ajarkan perkalian sama pembagian sederhana, nanti om kasih pr lagi loh ya, sekarang belajar baca yuk" Reno mengambil buku panduan membaca karena di pikir ada beberapa kosa kata bahkan huruf yang Renjun belum bisa lafal kan dengan benar.
"Ini bacanya apa?" Tanyanya.
"Beluang m mmakan"
"Bentar coba bilang rrr gitu!" Pintanya menatap Renjun yang terlihat bingung.
"Eemmm lllllrrrr llrrr cucah om" kesalnya.
"Gini nih kalau dari kecil gak ada yang ngajarin sampai besar, lidahnya masih ke lipet nih" ujar Reno dalam hati menatap Renjun yang terus mencoba menyebut hurus R.
"Llrrrrr rrrreerr"
"Nah bisa" ujar Reno bahkan Renjun sedikit terkejut namun langsung ikut tersenyum.
"Coba baca lagi, yang ini sss ya sss oke" Reno kembali menyerahkan buku itu untuk Renjun baca.
"B beruang makan s sh sama a anaknya di lu bukan di ll rumput" Renjun langsung melihat Reno yang mengusap kepalanya.
"Pinter banget sih" Reno selalu mengapresiasi apapun yang berhasil Renjun lakukan dan pasti dia merasa bangga dengan itu semua.
"Jun pintellrrr" ujar Renjun.
Tidak tau saja bahwa semua murid sedikit tidak fokus pada tugas yang di berikan dan terus melihat interaksi antara pak Reno dan keponakannya.
Jam istirahat Reno kembali mengajak Renjun ke kantin sekedar membeli beberapa jajanan untuk mereka makan dan Reno tau Renjun pasti tidak akan kenyang karena Wendy membawakan satu kotak bekal, biasanya dua.
"Beli apa nih Jun" gumam nya melihat kantin sekolah yang sedikit ramai.
"Es cream om" semangat nya.
"Cie yang udah bisa ngomong R, tapi jangan ice cream, mama nanti ngamuk, yang lain aja oke" memang benar tadi Wendy sudah mewanti-wanti agar Renjun tidak di berikan ice cream atau coklat terlebih dahulu karena baru sembuh.
"Baksshho om, bakar bakar Jun shuka" Renjun menatap Reno yang terlihat setuju dengan sarannya.
"Oke let's go" Reno langsung mendorong kursi roda itu menuju stand bakso bakar ada juga sosis bakar dan Reno tau Renjun sangat menyukai makanan seperti itu.
"Jun mau pedas gak saosnya?" Tanyanya melihat Renjun yang fokus dengan bonekanya yang tadi dia bawa.
"Mau" Renjun sedikit mengintip bakso yang sedang di bakar walaupun hanya kelihatan sedikit karena dirinya sedang duduk di kursi roda.
Setelah merasa jajanan mereka sudah banyak, Reno kembali membawa Renjun ke ruangannya, jangan sampai anak itu telat makan atau dia yang akan di amuk Wendy nantinya.
Reno membantu membuka bekal Renjun dan kemudian miliknya.
"Waahh mama buatin apaan nih" ujarnya menatap kotak bekal milik Renjun.
"Nashi goleng" ujarnya membuat Reno langsung melunturkan senyumnya.
"Kumat lagi lidahnya" lirihnya pelan sembari menatap Renjun yang sudah asik memakan bekalnya.
"Baru aja udah bener" gumamnya tapi mau bagaimana lagi namanya juga masih belajar.
"Ji? Mau kemana, kantin sebelah sana" Chenle menarik tangan Jisung yang hendak pergi ke arah lain.
"H hyung duluan aja ke kantin, aduh ji udah gak kuat pengen pipis ini dari tadi" ujarnya membuat Chenle sedikit terkejut.
"Lu nahan pipis dari tadi, pantes grusak grusuk mulu" ujarnya.
"Aduh udah gak tahan, hyung pesenin juga nanti, ji ke toilet dulu" Jisung langsung berlari meninggalkan Chenle yang masih terdiam.
"Udah, kita ke kantin aja dulu, entar keburu rame" ajak Dian membuat mereka bertiga langsung berlalu pergi ke kantin.
"Hari ini pulang cepet kan ya, kan hari Jumat?" Chenle menatap kedua temannya yang hanya mengangguk saja.
"Ada acara ya le, tumben tanya?" Ujar Alan karena tidak biasanya Chenle bertanya kan sudah ada jadwalnya kalau hari Jumat memang hanya setengah hari saja tidak sampai sore juga.
"Gak ada sih" jawabnya.
"Cuman mau main ke sekolah om gue aja, karena hyung kita ada di sana ikut om ngajar" lanjutnya membuat Alan dan Dian terdiam sejenak.
"Dimana?" Tanyanya penasaran, kalau om nya punya sekolahan ngapain Chenle dan Jisung sekolah di sini.
"SMA Bakti Jaya, tau kan?" Ujar Chenle membuat mereka berdua sedikit terkejut.
"SMA favorit tuh, kok kalian gak sekolah di sana aja, kita berdua aja pengen cuma gak bisa dan susah masuknya" ujar Alan.
"Ya gak tau, tanya aja papa kita yang daftarin" gumamnya.
"Jadi hyung kalian tuh sekarang ikut om kalian ke sekolah, ngapain emangnya" Dian melihat Chenle yang langsung menatapnya datar.
"Ya menurut anda ngapain hyung kita ikut ke sekolah kalau gak belajar" kesalnya emang apa lagi alasan pergi sekolah selain belajar, agat dapat uang saku gitu?
"Iya juga berarti hyung kalian belajar privat ya ceritanya" gumam Alan karena mengingat keadaan hyung temannya itu kan gak mungkin kalau sekolah normal.
"Hyung hp ji nyemplung di kamar mandi" Jisung menunjukkan Hpny yang sudah tidak menyala.
"Astaga apalagi ini" Chenle sendiri langsung memejamkan matanya untuk menghilangkan pusing yang tiba-tiba datang mana tadi ujian terakhir lagi.
Ayo jangan lupa vote sama komen oke
KAMU SEDANG MEMBACA
Stars Behind the Darkness (End)
Fanfictiontidak ada kehidupan sejak balita berusia 3,5 tahun tersebut terkurung dalam sebuah bangunan terbengkalai di belakang mension mewah yang jauh dari pusat kota.... 15 tahun terkurung di tempat yang gelap tanpa ada yang tau bagaimana keadaannya, sebu...