PART LI

16.2K 657 6
                                    


"Ini kantor, kalian berdua harus jaga etiket. Seharusnya sebagai atasan kalian ini beri contoh yang baik." Aku tak berani menegakkan kepala, serasa ada gravitasi lebih di lantai tempatku yang menarik kepalaku. Dan suara Pak Salim yang wibawa tampak sedang memerangkeng emosi yang hampir lepas kendali. Sungguh sial. Ketahuan make out dengan Rei oleh Pak Salim sangatlah memalukan. Rasanya ongin oplas biar nggak dikenalin lagi. Mending ketauan sama yang lain. Gio kek, atau Yuni juga boleh. Terserah gosip mau kesebar dimana juga nggak masalah. Lah ini, sama mertua sendiri, big bos nya perusahaan. Mau ditaruh dimana mukan manager pemasaranku ini???

Rei malah tenang-tenag saja. Ia tampak sama sekali tak tertarik dengan perkataan ayahnya meski kepalanya menghadap bawah. Sialan. Aku saja gemetaran antara takut kemarahan papa dan gairah yang bercampur aduk jadi satu. Sungguh kombinasi absurd yang mengacaukan pikiran.

"Kalian kayak anak ABG yang lagi kasmaran dan tak bisa menahan nafsu di tempat umum. Apa tidak ada tempat lain hingga kalian harus menggunakan kantor?!" duh papa nggak main-main nih marahnya. Rei masih datar-datar aja mukanya kayak nggak punya dosa aja. "Kalia memang sudah sah menjadi suami istri, tapi bukan berarti bisa melakukan hal ini dimanapun. Etiket harus terus dijaga. Apalagi status kalian di perusahaan ini. Kuharap ini yang terakhir." Kurasa ceramah papa sudah berakhir, dan aku sungguh berharap tidak ada karyawan sembilan yang mendengar ataupun mengetahui ini. Kalau tidak.. sudah jatuh tertimpa tangga pula T_T

"Rei, ke ruanganku segera. Ada yang ingin kubicarakan." Perintah papa membuatku sedikit bisa bernafas lega. Karna itu artinya Rei akan segera angkat kaki dari sini.

Papa meninggalkan ruanganku dengan wajah kecewa. Aku telah membuatnya kecewa, padahal seharusnya aku membuatnya bahagia. Aku? Ini kan gara-gara Rei! Ah! Sebenarnya kami telah mengecewakannya. Beberapa asisten yang menunggu di luar ruangan segera berderap mengikuti langkah papa menuju ke lift. Sementara aku dan Rei? Masih mematung di tempat. Aku bahkan sedikit menahan nafas meski papa sudah benar-benar menghilang.

"Aku akan mengambil ini sebagai bayaran atas semalam." Rei melambaikan syalku tepat di depan mukaku. "Kita akan melanjutkan ini nanti.." ucapnya penuh sumpah. Sialan.. ini belum selesai rupanya.

Eh tunggu.. syalku!! Rei kurang ajar!! Gimana nasib leherku yang udah kayak kena serangan vampir ini?!?
.
.
.
Salah satu hal yang patut disykuri dari ruanganku walau dengan pintu kaca agak transparan namun masih cukup kedap suara. Jadi kemarahan papa tak akan terdengar oleh para karyawan. Bisa heboh kayak gempa skala 10 skala ritcher kalau mereka tau. Dan malunya itu lo.. ah! Masak kepergok sama mertua sendiri lagi mesum-mesuman dengan suami. Yang pasti sih, nggak ada yang berani mendekat untuk menguping atau setidaknya ngintip dikit karna beberapa asisten papa berdiri di depan pintu.. ruanganku!! Sial! Mereka pasti mendengarnya meski cuman sekelumit perkataan papa. Sudah bener-bener jatuh image ku..

"Eng.. Vi? Nggak biasanya rambut lo digerai gitu?" Aku anti kali menggerai rambut pas di kantor. Bikin sumpek dan sering amburadul karena aku harus bergerak cepat meski aku bekera di belakang meja. Kalau nggak gara-gara leher kena gigit vampir sialan nggak akan deh kayak gini. Iya kalau vampirnya ganteng kayak si Cullen, gigit tiap hari ikhlas deehh... hehe becanda, bisa habis darahku kalau disedot tiap hari.

"Hm? Lagi pengen aja." Selain rambut yang sama sekali tak diikat, kacing teratas white button down ku juga kupasang. Terasa seperti seorang kutu buku culun yang kerjanya tiap hari ke perpus. Mungkin itu juga yang membuat Gio masih terus memandangiku dengan tatapan 'Kau salah makan Vi?'

"Tadi pas keluar lift gwe liat Rei sama pak Salim keluar dari ruangan lo. Ngapain mereka?" duh ni anak kayaknya mulai ketularan Yuni deh, ngorek-ngorek info nggak penting. Penting ding, bagi kelangsungan image ku.

"Tadi Rei cuman mampir kesini, trus papa nyariin. Dia nyuruh Rei buat ke ruangannya." Aku jujur. 100% , meski kuakui kurang akurat. Kuharap kau percaya Gi.

"Oh gitu.." Gio tampak tak akan melanjutkan topik mengerikan barusan. Ia meng-unlock ponselnya kemudian jarinya terus bergeser pada benda tersebut. Gio membaca sekilas dan memberitahuku jadwal hari ini "Nanti jam sepuluh ada meeting dengan semua anak sembilan bahas terusan proyekmu yang kemarin. Ada anggota perencana juga akan dilibatkan untuk mempermatang proyek ini." Itu berarti kemungkinan Rama akan ikut. Aku menyukai cara kerja orang itu. Tanggap, efisien, cepat dan tanpa mengurangi hasil yang memuaskan.

"Baik, kau bisa kembali dan tolong sampaikan pada yang lain serta minta Keke supaya menagih laporan dari penjualan bumbu Kuking, aku harus merampungkan laporanku hari ini juga."

Gio menangguk mengerti. Sebelum mencapai pintu, ia berbalik kembali. "Well.. Vi, kau sepertinya butuh foundation yang banyak untuk menutupi perbuatan Rei pagi ini."

Selamat bagi Gio. Karena sebelum aku sempat melemparnya dengan salah satu heels ku serta lontaran makian di ujung lidah. Dia sudah berhasil meraih pegangan pintu dan keluar detik itu juga.
.
.
.
Setelah menerima laporan dari Keke, pekerjaanku segera kusempurnakan. Tepat jam dua tiga sore semua kewajibanku sudah kupenuhi. Aku berencana pulang awal hari ini. Bukan untuk menghindari tatapan aneh karna tanda sialan pada leherku. Itu jadi alasan kuat juga sih. Tapi kepulanganku yang lebih awal dari biasanya ini karna dari kemarin sebenarnya aku ingin mengunjungi suatu tempat. Untuk memastikan sesuatu.

Sebelum aku pergi lebih jauh, kuputuskan untuk mampir lebih dulu ke sebuah butik. Tidak lain hanya untuk membeli selembar kain untuk menutupi .. Kalian sudah tau lah, aku tak perlu menyebutnya lagi. Siang tadi aku sudah jadi bahan olokkan seluruh dedongkot sembilan. Apalagi pas meeting tadi, pasti gosip telah menyebar sampai ke bagian perecana. Wajah-wajah mereka saat berbisik tentang gosip panas sangat kuhapal. Dan itu terjadi selama pertemuan sesiang tadi. Mereka terus berbisik dan menggumamkan sesuatu. Meski suhu AC sudah berada di titik terendah yang bisa ditolelir, sial bagiku malah keringat dingin yang muncul dan tentu saja mengelupas foundation yang sudah susah-susah aku menempelkannya super tebal. Jarang sekali sebetulnya aku pakai produk kecantikan yang satu itu kalau nggak mau ke acara besar yang perlu dandan abis-abisan. Untungnya aku punya persediaan, tidak menyangka kalau akan digunakan seperti ini.

Hanya untuk selembar kain saja kartu kreditku harus tergesek dan enam angka nol lenyap begitu saja. Huh! Andai aku tak terburu-buru nggak perlu banget mending pindah ke toko pakaian murah aja, atau nggak usah beli aja sekalian.

Ben segera kupacu menuju ke sebuah ruko yang berjajar dengan bangunan sebangsanya. Sedikit ragu sebelum turun dan masuk ke dalam. Sudah berapa lama tak kesini? Mungkin setengah tahunan ada kali ya..

"Mbak Viona??" suara dari salah satu pegawai ayah yang sangat kukenal.

"Sore mas Danu." Aku menyapanya dengan hangat. "Bapak ada?" tanyaku langsung.

"Sore mbak. Bapak ada.. tapi eh itu.." ia tampak ingin mengatakan sesuatu tapi aku segera memotongnya.

"Ok. Makasih mas." Aku langsung menuju ruangan ayah sementara mas Danu sepertinya meneriakan entah apa tapi aku sudah terlalu masuk ke dalam untuk mendengar ucapannya. Tanpa mengetuk pintu lagi aku langsung masuk ke ruangan ayah.

"Ayah aku.."

What the.. apa yang mereka lakukan disini? Oh tentu aku tau apa yang mereka lakukan!! Bercumbu sampai lupa daratan. Seorang wanita duduk di pangkuan seorang pria di sofa tempat ayah biasa menerima tamu mereka, mereka asyik berciuman dan bercumbu. Bahkan kehadiranku saja sama sekali tak mempengaruhi mereka, malah mereka tambah intim saja. Suara bibir yang diadu serta erangan dari keduangan memenuhi ruangan. Uh!! Live show menjijikkan!! Apa-apaan semua ini!

"SIAPA KAU?!?" gelegar suara kemarahanku rupanya berhasil memperoleh perhatian dari mereka.
.
.
TBC

Curcol dikit
Maaf baru publish soalnya nb saya baru valik dari pinjaman sepupu

Btw akhir2 ini aq liat ada drama d s*tv yg dari turki,trus noh d tr*ns tv gencar2 ngiklanin drama turki yg bakalan tayang,judulnya pake nama buah2an gitu,trus di a*tv jga ngiklanin drama turki baru yg bakal tayang (baru liat iklan.a satu kali sii.. Haha.. Yg saya tgu it yg d tr*ans tv kayaknya seru tuh,lagunya jga lmayan gemesin gmana gtu kayak♬♩♪ ada manis2nya gitu *plak* aktornya ganteng masya Alloh deh tuh,dari mata,muka sampe brewoknya bikin ngiler cuy... Sayang cuman rambutnya kpanjangan dikit,tangan saya gatel pengen megang gunting trus motong tuh rambut :D

HOPELESS (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang