PART LXXVII

15.8K 670 3
                                    

.
Tidak. Ini lebih rumit. Lebih buruk. Mobil yang kuserahkan pada Viona masih berada di bandara. Dan sampai saat ini wanita itu tak ada rimbanya. Polisi belum bergerak karena menghilangnya Viona belum genap 24 jam. Hell! They must be fucking kidding me.. jelas-jelas ada yang tak beres, mereka masih saja diam!

"Pihak bandara ingin mengkonfirmasi. Ada wanita yang memenuhi ciri-ciri Viona tertangkap kamera cctv. Kuharap kita dapat petunjuk." Ujar Kia sambil mensejajariku yang setengah berlari menuju ruang monitoring.

Semua orang yang ada ruangan yang penuh dengan monitor dengan berbagai ukuran langsug berdiri ketika aku dan Kia masuk tanpa permisi.

"Maaf." Kia meminta maaf karena menyadari para staff, polisi bandara dan orang-orang kepercayaanku yang telah tiba lebih dulu terkejut dengan kedatangan kami.

Mereka menangguk mengerti. "Jadi apa kalian menemukan sesuatu?" tidak perlu basa-basi. Hanya info itu.

"Kami perlu konfirmasi sir." Pria berjins dan jaket hitam yang kuyakini adalah orang kepercayaanku angkat bicara. "Ada seorang yang terindentifikasi mirip istri anda." Seorang staff bandara menunjukkan sebuah potret agak buram dari cctv yang dipasang agak tinggi. Ada sepasang pria dan wanita dalam gambar tersebut. Si controler menekan tombol space dan gambar tersebut bergerak, berciuman di tengah lalu lalang orang-orang yang menyeret kopor, dunia serasa milik mereka berdua tak peduli pada orang-orang mengernyit karna perbuatan mereka. Sang itu memakai topi hingga sama sekali tak terlihat wajahnya. Namun aku tau betul siapa pria itu. Aku.

"Ya itu Viona." jawabku singkat. Pipi dua staff wanita merona melihat adegan itu. Controler agak mempercepat rekaman cctv. Well.. perpisahan kemarin memang sedikit memakan waktu lama. Tak berselang lama sosok Viona hilang tak terjangkau kamera.

"Pindah ke kamera lain." Perintah salah satu daru staff wanita. Pria pemegang kendali tersebut segera memasukkan cd ke dalam CD ROM. Dan mulai memutarnya, mempercepat ke waktu keberangkatanku kemarin. Dan Viona masih ada. Berpindah pada kaset selanjtnya, ya.. dia masih ada. Kaset ketiga dan seterusnya sampai sosok itu bertemu seseorang. Pria..

Darahku seakan mendidih melihat mereka menuju resto bandara. Sialan! Siapa pria yang membelakangi kamera itu?!

"Apakah ada cctv di tempat makan itu?"

"Kami akan menghubungi pihak resto tersebut."

Tak berselang lama ada seseorang yang masuk dan menyerahkan beberapa cd box. Dengan cekatan si kontroler memutar cd itu, mencoba mencari sosok Viona.

"Itu mereka, seorang staf menunjuk dengan penanya ke monitor. Ya itu mereka, duduk agak di bagian pojok tapi masih bisa tertangkap kamera dan pria yang bersamanya itu..

"Brengsek!" tanganku mengepal, mengantisipasi untuk memukul seseorang. Monitor didepanku rasanya perlu dilempar palu. Dasar sialan!!

"Tenang Rei. Kau tau siapa orang itu?" Kia menepuk pelan pundakku, menyadarkanku kalau di dalam ruangan itu banyak orang. Sialan. Kalau tidak ada orang mungkin ruangan ini sudah hancur diterpa kemarahanku.

Tanpa mengalihkan pandanganku dari monitor aku mengangguk singkat. Kami terus menantikan adegan selanjutnya sambil berharap-harap cemas. Beberapa saat kemudian Viona terlihat menerima panggilan, meminta ijin pada bajingan itu untuk menjauh dan hilang dari jangkauan cctv. Sialan. Sekarang kemana perginya Viona itu!

Menit-menit berlalu dan Viona belum kembali dari panggilan telfonnya. Pria itu juga beberapa kali menengok jam tangannya. Duduk gelisah dan kepalanya menengok ke arah Viona pergi. Tak ada perubahan berarti controler mempercepat laju videonya. Hingga akhirnya pria itu terlihat mengeluarkan ponselnya dan mengetikkan sesuatu kemudian berlalu begitu saja setelah meninggalkan uang di meja.

HOPELESS (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang