PART LXXIV

16.7K 703 12
                                    

.
Viona masih belum bisa bergerak. Yang barusan terjadi itu.. bagaimana ia bisa bertindak seperti itu.. jemarinya menyentuh bibirnya yang masih kebas dan berdenyut. Degup jantungnya berpacu secara liar. Efek ciuman Rei telah membangkitkan sebuah hasrat yang tak asing dalam diri Viona. Ia memejamkan matanya erat sebelum akhirnya bangun dan keluar dari kamar. Secepatnya Viona harus menjernihkan pikirannya agar tidak korslet.

Setelah kejadian tak terduga pagi tadi. Viona dan Rei tak saling mengucap satu patah katapun. Bahkan saat mereka hanya berdua saja dalam mobil yang melaju ke caffe yang menjadi proyek yang digarap Kia. Caffe tersebut sudah berhasil direkonstruksi dan akan dibuka nanti malam. Viona sebenarnya sudah gatal ingin mengatakan sesuatu, namun ia terlalu gengsi untuk membuka pembicaraan saat situasinya seperti ini.

Viona hanya membuka mulut ingin mengatakan sesuatu kemudian bibirnya tertutup kembali seolah ada bola bekel yang menyumpal tenggorokannya. Hal itu tak luput dari perhatian Rei. Ia geli melihat ekspresi yang ditampilkan Viona sejak kejadian tadi pagi. Viona memang tak marah, tapi terkesan menghindarinya. Bahkan ia tak mengucapkan satu patah katapun saat ia masuk ke dalam mobil hingga sekarang. Rei amat bersyukur karna kejadian tadi pagi, ia jadi tau Viona tidak benar-benar membencinya.

"Kalau mau bicara, katakan saja. Tak perlu buka tutup mulut seperti ikan kelaparan seperti itu." sindir Rei masih dengan konsentrasi mengemudinya.

"Ikan kelaparan? Kau keledai dungu!" Viona tak menyangka jika Rei akan mengatainya seperti itu. dan Reipun tak menyangka jika Viona akan membalasnya dengan mengatainya apa? Keledai dungu?

Rei tak bisa mencegah tawanya mendengar serentetan umpatan yang mengekori ejekannya. Bagaimana wanita yang tadi hanya diam seolah pita suaranya baru saja putus tiba-tiba meneriakkan kata-kata kasar.

Rei menghentikan tawanya dan berusaha meredakan kekehan kecilnya kala wanita di sampingnya itu berhenti mengumpat dan memasang wajah yang ditekuk. "Ehmm.." satu deheman dan Rei bisa mengontrol suaranya lagi. "Jadi ada yang ingin kau bicarakan?" Rei mengulangi pertanyaannya, kali ini tanpa embel-embel ejekan.

"Antarkan aku cari baju untuk nanti malam." Walau dengan setengah hati akhirnya Viona mengatakan permintaannya juga. Rei tersenyum penih arti mendengar jawaban dari Viona. Jadi hal itu yang sedari tadi wanita di samping Rei gugup setengah mati. Benar apa yang dikatakan Kia. Ikuti saja permainannya dan kita buat langkah secara perlahan hingga ia tak sadar kita sudah menangkapnya.

"With pleasure my lady.." canda Rei yang dibalas putaran mata oleh Viona.

.
.
.
Grand opening PhiPhi caffe n resto milik Rei berjalan sangat meriah. Acara itu jauh dari kesan formal karena memang menargetkan pengunjung mahasiswa. Kebanyakan pengunjung memakai pakaian kasual yang terkesan santai, tak terkecuali dengan Rei dan Viona. Kemeja dengan lengan setengah dan denim hitam menambah kesan jantan pada Rei. Viona memakai dress one piece putih berlengan panjang.

Kia sedang menemani Rei beserta kolega lainnya menjelaskan detail interior yang ia bangun. Sementara Viona bergabung bersama Liv dan teman-teman kampusnya. Ada seorang yang dari tadi menggandeng tangan Liv. Liv mengenalkan pada Viona lelaki itu sebagai teman dekatnya. Tapi Viona tak langsung mempercayainya. Ada sesuatu yang lebih dari cara lelaki itu memandangi Liv.

"Permisi, bisa pinjam Liv sebentar?" Kia menghampiri Liv di meja bersama teman-temannya serta Viona dan memintanya menemani bertemu kolega. Kia sudah menjanjikan hal itu pada Liv untuk mengenalkan Liv pada beberapa petinggi perusahaan untuk memperkenalkan Liv akan dunia kerja. Gadis itu sebentar lagi akan menjalani sidangnya.

Kia merangkul pinggang Liv, menggiringnya pada beberapa kenalan yang sedang menikmati hidangan. Itu mengingatkan Viona saat resepsi Gio dan Naya, Rei memperkenalkanya pada petinggi bisnis negeri ini.

HOPELESS (COMPLETED)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora