GML #2

19.1K 1.1K 15
                                    

"Rivaaaaaaaa...."

Adel berteriak histeris dari kamarnya. Mengucek-ucek mata sembari menguap. Rambut panjang dan hitam alami di biarkan berantakan, khas baru bangun tidur. Selimut tebal berwarna abu-abu menutupi bagian pinggang hingga ujung kaki.

"Iya, mbak?" Riva menyembulkan tubuhnya dari balik pintu. Mendekat pada majikannya yang telah menunjukkan wajah menyeramkan.

"Air minum gue habis? Kenapa nggak di isi lagi, hah?" Teriak Adel melotot.

Riva menoleh pada nakas, gelas panjang di atasnya kosong tanpa sisa. Lelaki itu menunduk, siap menerima hukuman dari majikan galak dan menyebalkan.

"Maaf, mbak. Saya akan segera mengisinya." Riva mengambil gelas lalu bergegas dari kamar.

Sementara Adel bersungut-sungut kesal. Dia memang selalu minum ketika baru bangun. Riva selalu menyiapkan teko kaca dan gelas di sana. Namun kali ini Riva tidak mengisinya sebab tadi malam lelaki itu telah mengisi penuh.

Majikannya saja yang seperti onta. Minum banyak sekali. Sampai-sampai Riva selalu kerepotan di buatnya. Harus menyediakan air minum dimana pun mereka berada.

Tidak peduli cuaca panas atau dingin, tetap saja porsi minum Adel banyak.

"Ini, mbak." Adel menerima gelas yang disodorkan oleh Riva. Memperhatikan leher Adel yang sedang meneguk.

Adel memberikan gelas, meminta tambah. Riva kembali menuang penuh dan secepat mungkin dihabiskan oleh gadis tersebut.

Memberikan kembali gelas pada Riva, Adel kembali berbaring. Menutup tubuhnya dengan selimut. Riva pergi setelah meletakkan gelas dan teko kaca di atas nakas. Menutup pintu kamar sepelan mungkin agar majikannya tidak terganggu dan melanjutkan pekerjaan. Membenahi apartemen gadis tersebut dari kekacauan yang diciptakan.

Bayangkan saja. Adel melempar asal sepatu dan pakaian yang dikenakannya begitu saja di lantai. Lalu dengan patuh Riva membereskannya.

Satu jam berlalu, Riva menghela nafas lega. Pekerjaannya telah usai. Namun suara nyaring dari kamar kembali mengalihkan perhatiannya.

Riva bergegas ke kamar. Membuka pintu dan menemukan Adel melotot padanya sembari bercak pinggang.

"Kenapa lo nggak bangunin gue, hah?" Teriaknya.

"Maaf, mbak. Mbak nggak punya jadwal pagi ini." Jawab Riva sopan.

"Gue udah nyuruh lo ngingetin gue pagi ini. Gue ada janji sama temen gue, kampret!"

Barulah Riva mengingat janji temu antara Adel dan temannya. Apalagi jika bukan bershopping ria di salah satu mall.

Meminta maaf, namun Adel sama sekali tidak memgubris. Kembali menyalahkan Riva karena dirinya sudah terlambat.

Menghela nafas panjang. Riva merapikan tempat tidur. Gadis itu telah memasuki kamar mandi. Lalu setelah itu, dia keluar untuk membereskan keperluan gadis tersebut sebelum kembali mengamuk.

Tidak membutuhkan waktu lama bagi Adel untuk menyelesaikan mandinya. Dia keluar dengan lilitan handuk di tubuh. Rambutnya yang basah meneteskan air sehingga beberapa bulir membasahi handuk.

Menemukan pakaian yang akan dikenakan di atas ranjang. Adel membuang handuk begitu saja. Duduk di kursi rias untuk berias wajahnya.

Mengumpat dalam hati, Adel menarik nafas panjang. Melambatkan kegiatan lalu berdecak. Untuk apa dia buru-buru jika dirinya masih memiliki ponsel?

Adel meraih ponselnya, lalu mengetik pesan.

AdeliaBangcat : Lo dimana?
AdeliaBangcat : Ping!!!
AdeliaBangcat : Ping!!!

Adel menunggu sembari meratakan bedak di wajahnya. Pesannya belum di baca. Dia pun berdecak kesal. Paling tidak suka jika orang tidak membalasnya secepat mungkin.

Sama seperti kejadian dua tahun yang lalu saat Riva baru bekerja padanya. Adel menelpon tetapi Riva tidak mendengar sampai deringan ke sepuluh.

Adel mengamuk. Membuat tali pada ponsel Riva lalu mengalungkan di leher lelaki tersebut. Selama satu harian gadis itu menyuruhnya seperti itu.

Riva benar-benar kapok. Menjadi ejekan teman-teman dan semua kru, model dan para model lainnya. Hanya kali itu saja, Riva langsung berubah. Menerima deringan ponsel dari Adel secepat mungkin.

***

Give Me Love [SHIC #2] [DREAME)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang