GML #58

6.4K 541 32
                                    

"Inget, ya. Jangan sampai terlanjur. Kamu jangain Adel yang bener."

Shella memberikan peringatan untuk Riva. Lelaki itu mengangguk patuh, keduanya mengantar Yoga dan Shella hingga depan apartemen.

Yoga sejak tadi hanya diam, memandang tajam Riva penuh ancaman.

Awas saja jika anaknya kecelakaan atau terjadi sesuatu. Habislah dia.

"Iya, ma. Mama sama papa hati-hati ya." Kata Adel mengecup pipi kedua orang tuanya.

Setelah kedua orang tuanya pergi. Adel menyedekapkan tangan di dada. Memicing pada Riva yang masih tersenyum memandang kepergian orang tua Adel, meskipun lift telah tertutup.

"Keluar lo dari rumah gue." Adel menggeram. Mendorong lelaki tersebut keluar. Adel mulai berubah jutek.

"Adel..., apa salahku? Tunggu sebentar." Riva berusaha menahan Adel. Namun gadis itu terlalu ganas sehingga Riva mengalah.

"Salah lo banyak! Jangan pernah ganggu gue lagi. Jangan cium gue pokoknya!!!"

Adel sangat malu mendapat olokan dari mamanya. Semua karena Riva sama sekali tidak mau mengelak. Membiarkan Adel membela diri sendiri. Mengelak semua tuduhan mamanya meskipun semua benar.

"Adel..."

Adel menurup pintunya. Menghela nafas kesal lalu pergi ke kamarnya.
Sialan. Mulai sekarang hidupnya tidak tenang lagi.

Adel mengendus kesal. Berteriak nyaring dan berguling-guling di ranjangnya.

Sialan. Dia mengingat semua ciuman mereka. Adel menikmatinya dan dia menyukai ketika Riva menggodanya mulutnya.

Mulut diam Riva sangat ahli dalam berciuman. Menuntun Adel untuk membalasnya, dan tentu saja membuatnya terlena.

Adel semakin kesal. Mengapa dia malah mengingat semua ciuman lelaki itu?

Wajahnya memerah. Adel malu. Selama ini tidak pernah berciuman dengan lelaki lain karena Riva menjaganya sejak kelas 2 SMA.

Siapa saja lelaki yang dekat dengannya selalu mundur terbirit-birit. Adel heran, namun semua terjawab ketika salah satu gebetannya mengadu pada Adel.

Adel tentu saja murka. Menerjang Riva dan mendiaminya berminggu-minggu.

Adel menoleh ke samping. Handphonenya berdering, dia melihat id-nya adalah Riva.

Adel langsung menonaktifkan handphonenya.

***

"Adel, makan...," Riva mengetuk pintu kamar Adel. Membujuk gadis itu agar mau makan.

Sungguh. Riva tidak menginginkan hal ini terjadi. Dia tidak menyangka jika Adel tidak terima jika orang tuanya mengetahui hubungan mereka.

"Aku sudah siapin makanan kesukaan kamu." Riva kembali membujuk. Namun sama sekali tidak mendapat respon dari dalam.

"Aku janji nggak akan cium kamu kalau kamu nggak mau..." Riva teriam. Lalu melanjutkan, "Tapi kalqu kamu mau, aku akan mencium dimana pun kamu ingin." Dia berguman pelan.

"Keluar dari rumahku!!" Adel berteriak dari dalam kamarnya.

"Kamu kaman dulu." Riva bernafas lega. Setidaknya Adel masih merspon dari dalam. Menandakan gadis itu baik-baik di dalam sana meskipun sesang kelaparan.

"Nggak!!" Adel kembali berteriak tidak suka.

"Adel..., sayang..."

"Pergi!!" Adel melempar boneka ke pintu kamarnya.

Gadis kekanak-kanakan itu sungguh menguras tenaga. Riva tahu sejak awal bagaimana sifatnya. Namun rasa itu seolah mengubur semua keburukannya.

"Baiklah kalau kamu nggak mau keluar. Aku udah siapin makanan kamu di meja ya."

Riva menatap pintu kusen itu swkali lagi. Berat radanya meninggalkan gadis itu belum keluar dari sana.

Tetapi, jika pun Riva bersikukuh di sana dan membujuknya. Gadia itu tak akan pernah keluar.

Meski terkadang kekeras kepalaan Adel harus dibalas dengan keras. Tetapi tidak selamanya, karena gadis itu juga membutuhkan waktu.

Riva sadar jika Adel sama sekali tidak menerima perasaannya. Wajar saja jika gadis itu marah.

Entahlah. Riva juga bingung akan situasi saat ini. Yang dia lakukan hanya menunggu gadis itu kembali seperti semula.

Menata hatinya kembali dan menerima Riva di sisinya.


***

Jakarta, 01 Januari 2018

Cielah..., cepet ya hehe.

Adel ngambek maksimal.
Rasanya emang kek apa banget ya -_-

Give Me Love [SHIC #2] [DREAME)Where stories live. Discover now