GML #62

6.1K 456 20
                                    


Tulang belulang Riva seolah tidak sanggup lagi menahan tubuhnya. Melihat gadis dihadapannya terbujur tak berdaya.

Dia melangkah perlahan tanpa melepaskan pandangannya sedikitpun dari depannya.

Meraih wajah gadis itu dan mengusapnya pelan di pelipis. Mengecup lembut sembari memejamkan mata.

Berulang kali melakukannya. Riva merasa sangat bersalah telah terjadi sesuatu pada gadis itu.

Tanggung jawabnya yang selama ini tak pernah cela selain hari ini. Riva mengepalkan tangan semakin emosi.

Tetapi tidak bisa berbuat banyak dengan keadaan Adel yang masih terbaring seperti ini.

Mendudukkan tubuhnya. Riva meraih tangan gadis itu. Mengusap pelan lalu membawanya ke bibir. Mengecup bertubi-tubi seolah memberikan kekuatan untuknya.

Riva menundukkan kepala. Menelenggelamkan wajahnya di samping tubuh gadis itu.

Tak sedikit pun merasa terganggu karena kedatangannya.

***

"Egh..."

Adel meleguh pelan. Mencoba menggerakkan jemarinya yang kaku. Kedua irisnya telah terbuka sempurna, menggerakkan kesana kemari untuk mengetahui keberadaannya.

Dia menghela nafas pelan. Memejamkan matan dengan perlahan. Sesaat kemudian, gadis itu merasakan tangannya menghangat.

Dia menoleh dengan ekor matanya. Kembali memejamkan mata karena orang itu mengecup dahinya.

"Kamu merasa baikan? Mana yang sakit?" Riva bertanya beruntun. Membantu membuka alat bantu pernafasan dari hidung Adel.

"Semua."

Riva terdiam. Suara Adel mencicit nyaris tak terdengar. Lelaki itu mengepalkan kedua tangan, rahangnya mengeras karena emosi.

Diam-diam air mata Adel mengalir. Mengingat kejadian dua hari yang lalu membuatnya ketakutan.

Dalam satu tahun terakhir, sudah beberapa kali dia mendapat masalah serius. Ancaman dan teror dari orang yang tidak dikenal. Bahkan Adel sampai tidak berani keluar sendirian.

"Del, maafkan aku." Adel memiringkan wajahnya. Membiarkan Riva menghapus lelehan air matanya.
"Akh..." Dia meringis. Riva tidak sengaja menekan pipinya.

Lelaki itu menyadari jika mereka memperlakukan gadis itu tidak baik. Emosinya kian memuncak.

"Maaf." Riva semakin menyesal. "Mama dan papa kamu sebentar lagi sampai."

Adel tidak menjawab, dan kembali mengalihkan wajahnya. Membiarkan Riva duduk kembali dan mengecup punggung tangannya berkali-kali.

Hingga sekitar setengah jam kemudian, kedua orang Adel datang dan keadaan di sana langsung heboh.
Shella mengecup Adel berkali-kali. Mengusap kepalanya sayang. Adel merengek nangis.

Padahal tadinya dia tidak menangis kejer begini. Meskipun lelehan air mataya menderai, tetapi bukan mengeluarkan air mata.

Riva menghela nafas lega. Dia merasa Adel telah kembali. Gadia itu merengek manja seperti biasa.

Dia telah meminta maaf pada Yoga. Karena kelalaiannya. Beruntung majikannya menepuk punggungnya tanpa emosi.

Membuat Riva makin merasa bersalah. Keluarga itu memperlakukannya dengan baik sejak bertemu dengannya.

"Kamu yakin menyelidikinya lagi?"

Riva menoleh. Menemukan Yoga duduk di samping.

"Pasti."

Give Me Love [SHIC #2] [DREAME)Where stories live. Discover now