Chapter 91 : Another World (1)

896 170 14
                                    

Hewooo Isa kembali dengan full Dokja dan Name~

Agak lama jarak updatenya dengan yang terakhir kali, kesibukan RL agak lain akhir-akhir ini lmao

Isa harap kalian akan menyukai chapter kali ini juga~!

Btw ini POV nya ganti-ganti antara (Name) sama Dokja yahh

karena cuman ada (Name) dan Dokja, semoga kalian tidak bingung bacanya yaw~

.

.

.








Aku mendapatkannya. Aku mendapatkan atribut Lamaracks Giraffe dan sekarang aku bisa memilih serpihan cerita yang bisa ku gunakan untuk 'berevolusi'

Tidak seperti Kim Dokja yang menggunakan atribut ini untuk 'menambal' tubuhnya, aku menggunakan atribut ini untuk berevolusi. Tepatnya aku menggunakan atribut ini untuk meleburkan serpihan cerita yang cocok dengan ku dan menjadikannya atribut milik ku sendiri.

Contohnya satu serpihan cerita yang bersinar disana itu. Aku memungutnya dan membacanya.

Itu adalah serpihan dari cerita dari 'Sang Penguasa Pedang Kembar Yang Berakhir Hancur Berantakan'.

Cerita yang lucunya Lamaracks Giraffe anggap cocok dengan ku. Atribut ini menyerap serpihan cerita itu, dan seperti yang dikatakan Kim Dokja sebelumnya, atribut ini hanya mengambil hal bagusnya.

Alih-alih mendapat atribut 'Sang Penguasa Pedang Kembar Yang Berakhir Hancur Berantakan', aku mendapatkan atribut 'Sang Penguasa Pedang kembar'.

Awalnya ku kira aku akan membutuhkan sebuah pedang, tapi siapa sangka ternyata saat aku mengaktifkannya, dikedua tangan ku terbentuk sebuah pedang kembar dengan hiasan bulu merah dibagian pegangan tangannya.

Saat aku mencoba mengayunkan pedang yang ada ditangan kanan ku,

WUSH!

SRAK!

DUG! DUG DUG!

"Oi oi! Kau sedang apa?!"

"Eh- Maaf ..."

Saat Kim Dokja mulai menceramahi ku, satu-satunya yang ku pikirkan adalah betapa kerennya kombinasi 'Penguasa Pedang Kembar' dan Weaponry Expertise level 15.


***

"Kau terlihat seperti kakek-kakek."

"Sopan kah begitu?"

Aku menatap sinis pada (Name) yang duduk diatas tumpukan rongsokan sambil menyangga dagu ditangannya. Dia menonton ku yang bekerja keras mencari serpihan cerita dengan wajah bosan. Kurasa dia sudah merasa sekuat dirinya yang dulu dan menjadi bodoh amat-an dengan situasi kami saat ini.

Ck ck ck ck

'Tapi tetap saja, kata-katanya kejam sekali!'

Dinding Keempat memang sangat membantu karena berkatnya aku bisa bergerak lebih nyaman. Tapi itu tidak bisa selalu aktif. Karena (Name) pernah bernarasi tentang ku, dinding keempat bisa beristirahat sesekali. Tapi saat Dinding Keempat tidak aktif, rasanya seluruh tubuh ku nyeri dan sulit bergerak meski pun tidak sampai mengancam nyawa ku.

Dan kurasa (Name) memperhatikan itu.

"Dari pada diam disana lebih baik kau membantu ku disini."

Aku mengambil sebuah serpihan cerita dan membacanya.

Happy End (Omniscient Reader's Viewpoint Fanfic X Reader)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang