Honesty.

281 19 1
                                    

Previous chapter:

Mereka bertiga pun langsung menutup hidung dan mulut mereka. Asap pun menghilang dan mereka kaget wanita itu tidak ada ditempat nya. Tidak ada yg bicara sampai suara Red menyadarkan mereka.

"Dia. Menghilang?"

"Ya. Tapi kita tidak boleh lengah. Aku harap, Bunga ingin menceritakan semuanya kepada kita." ucap Danny sambil berbalik melihat Bunga.

'Aku tidak akan pernah menyerah. Bunga, kumohon ceritakan semuanya pada kami. Tentang masa lalumu itu.' pikir Danny.

Honesty.

Bunga pun terkejut dari pingsannya pada pukul tengah malam. Ia pun melihat sekeliling kamar. Dan ia baru menyadari bahwa ia tidak berada dikanarnya. Dan ia dikejutkan oleh sebuah suara bersama menyalanya lampu.

"Kau sudah bangun, mawar merah?" ucap seseorang.

Bunga pun menoleh dan mendapati Red, Silver dan Danny yg sedang duduk dilantai. Bunga tambah terkejut ketika melihat benda yg sedang dipegang Danny. Bunga pun bingung dari mana ia mendapati benda itu. Tidak ada yg bicara sampai Danny memecahkan keheningan.

"Jadi, benda apa ini Bunga?"

"Dar-dari mana kalian mendapatkan benda itu?"

"Bukan urusanmu kita mendapatkan benda ini dari mana. Yg penting beritahu kami, kenapa mereka menyebutmu dengan sebutan mawar merah? Dan lagi, siapakah dirimu yg sesungguhnya?"

"Bu-bukannya kalian sudah tau siapa diriku?"

"Tapi, aku seperti pernah melihat mu waktu terjadinya pembunuhan dirumahku. Apa itu kau? Apa kau si wanita itu? Karena sebutan mawar merah adalah orang yg sudah membunuh adikku. Apa itu kau?" kata dan tanya Danny.

"Kumohon ceritakan pada kami." lanjutnya

"Kau pasti akan menyesal ketika mengetahui ini" kata Bunga.

"Ayolah Bunga, kami mohon."

"Omongan mu memang benar Danny. Akulah si mawar merah. Mereka menyebutku seperti itu adalah karena akulah yg membunuh paling sadis diantara mereka. Dulu, geng itu bernama The blood. Tapi, sejak aku keluar dari sana, mereka mengganti nama geng itu diganti sampai sekarang aku tidak tau."

"Jadi, kaulah si mawar merah itu?" tanya Danny.

"Yah. Akulah si pembunuh kejam yg mengerikan."

"Ka-kau. Ja-jangan si pembunuh adikku?" tanya Danny.

"Aku sejujurnya tidak mau melakukan pembunuhan lagi Danny. Tapi, aku terpaksa lakukan itu karena mereka bilang itu adalah tugas terakhir ku dan syarat untuk keluar dari sana. Dan tak kusangka, aku harus membunuh adikmu. Aku sangat menyesal Dan. Kumohon maafkan aku Danny. Aku sangat menyesal. Aku seharusnya membunuhmu karena anggota ku yg menyuruhku. Sekali lagi maaf." ucap Bunga sambil menundukkan kepalanya.

"Kenapa? Kenapa?"

"Danny, kau baik baik saja?" tanya Silver khawatir.

"KENAPA KAU MEMBUNUHNYA? KENAPA KALIAN MENGINCAR DIRINYA!" bentak Danny pada Bunga.

"Ta-tapi, aku tidak tau jika adikmu yg menjadi korban. Mereka menyuruhku untuk membunuhmu. Tapi, pisau yg sedang kau pegang itu yg sudah mengenai adikmu. Aku sangat menyesal."

"Ka-kau. Aku tidak percaya ini!"

"Danny tenang. Tenang Danny." Ucap Red menenangkan Danny.

"Tenang? Kau menyuruhku TENANG HAH?! KARENA SI PEMBUNUH INI YG SUDAH MEMBUNUH ADIKKU! TIDAK SADARKAH DIRIMU? KAU TIDAK TAU APA APA?! KAU TIDAK TAU BAGAIMANA RASANYA KEHILANGAN SESEORANG YG KALIAN SAYANGI!"

"Danny." ucap Bunga.

"Memang benar katamu. Kau tidak pantas bergabung dengan kami"

"Danny." panggil Bunga.

Danny pun tidak menjawab dan keluar dari kamarnya. Mereka bertiga pun terkejut melihat sifat Danny yg baru ini.

'Apa yg harus aku lakukan? Kumohon maafkan aku Danny.'

Tbc.

---------------------------------------------------

Next chapter:

"I'm sorry Danny. Please forgive me."

"Jangan pernah lukai mereka!"

"Akan kulindungi mereka sesuai kemampuanku! Aku tidak akan pernah menyerah!"

"Bunga. I'm sorry. Please wake up now."

Yeay! Akhirnya bisa update juga. Untuk beberapa hari ini, aku tidak bisa melanjutkan chapternya dengan cepat. Karena aku memiliki tugas yg sangat banyak dari guruku yg tercinta. Sekali lagi maaf ya. Dan jangan lupa vote+ comment ya! Kritikan juga boleh kok! Kutunggu loh. See you next time!^^

Flowers my HeroDonde viven las historias. Descúbrelo ahora