Part 5

37.9K 2.8K 58
                                    

Halo readers... Ada yang kangen sama aku ga? *kedipkedipmata* ga tau kenapa akhir-akhir ini aku kesengsem banget sama Bernardo Velasco, cast yang meranin Tristan. Foto-foto doi di instagram plus body sixpack-nya bikin mupeng *pengen cium dan peluk* ga nahan pengen jadiin pengganti guling dan suami buat nemenin tidur... Wkwkwk...

Kenapa omongan aku jadi ngawur kemana-mana sih? Hahaha... Semoga kalian ga kaya aku ya...

Oke, langsung aj deh... Happy reading^_^

***

Alan memasuki gedung megah perkantoran Wellington Inc dengan langkah lebar. Benaknya di penuhi berbagai pertanyaan setelah setengah jam yang lalu Anthony menghubunginya dan memintanya untuk datang ke sana sesegera mungkin. Dengan dahi mengernyit, dia pun menekan tombol lift khusus anggota direksi lalu menunggu.

Pintu lift terbuka dan dia segera masuk ke dalam lift lalu menekan tombol angka 15, tempat di mana ruangan Anthony berada.

Di sudut matanya, dia melihat seorang wanita mengenakan jaket ketat berwarna hitam. Kaki jenjangnya tertutupi celana hitam mengkilat yang begitu pas di pinggulnya. Kacamata hitam bertengger manis di hidung mancungnya hingga dia tak bisa melihat dengan jelas rupa wanita itu. Rambut pirangnya di kuncir tinggi di atas kepala dengan helaian-helaian lembut jatuh di dekat kedua telinga mungilnya. Penampilan keseluruhan wanita itu terlihat sangat manly dan jauh dari kata feminim sedikit pun. Namun entah mengapa Alan merasakan hawa tak asing menyeruak di sekitarnya ketika wanita itu keluar dari lift dengan gayanya yang santai dan terlihat arogan.

Baru kali ini dia merasa tertarik dengan wanita yang berpenampilan layaknya seorang pria.

Alan menggeleng dan menepis pikiran-pikiran mesum yang ada di pikirannya saat ini juga. Dia mulai menghitung sudah berapa lama dia tidak meniduri seorang wanita setelah peristiwa menggelikan di club Brayden kemarin. Niatnya yang ingin membantu Tristan malah berujung dengan tidak di perbolehkannya dia berkunjung dan menikmati wanita di sana oleh Brayden selama dua pekan. Tentu ini pukulan telak untuknya karena perbuatannya justru di sambut penolakan Tristan dan juga kemurkaan seorang Brayden yang sungguh menyeramkan.

Lift berdenting di lantai 15 dan Alan segera beranjak menyusuri koridor panjang dan sesekali membalas sapaan hangat para pegawai yang mengenalnya. Berbeda dengan Brayden dan Chad, dia lebih dekat dengan Anthony karena sifatnya yang hangat dan terbuka, berbanding terbalik dengan Tristan yang berstatus cucu adopsi laki-laki itu yang kadang-kadang membuat Alan mempertanyakan alasan Anthony lebih memilih Tristan sebagai cucunya di bandingkan dia dan kedua temannya. Karena kebaikan hati Anthony pula dia terbebas dari kubangan kemiskinan, jeratan narkoba, sel tahanan dan segala bentuk kejahatan yang dulu pernah dia lakukan saat masih kecil.

Setelah memberitahu kedatangannya pada seorang sekretaris wanita bernama Winnie, dia segera beranjak ke ruangan pribadi laki-laki tua tersebut.

Alan mengetuk pintu perlahan. "Masuk."

Alan membuka pintu, mengamati sosok Anthony yang sedang berdiri di dekat jendela ruangan pribadinya itu. Raut wajah laki-laki tua itu terlihat sedih dan sekilas kemiripannya dengan Tristan begitu... Nyata.

"Mr. Anthony, ada keperluan apa Anda memanggilku?"

Anthony menoleh ke arah Alan dan tersenyum tipis lalu beranjak duduk di kursi kebesarannya yang berwarna merah marun. "Apa kau tidak mau duduk dulu?"

Dengan perlahan Alan menghempaskan tubuh beratnya di kursi.

"Kau mau minum apa?" tanya Anthony.

"Tidak perlu. Aku hanya sebentar saja di sini karena aku harus segera kembali ke Liverpool."

"Apa ada perlombaan lagi?"

The Target ManWhere stories live. Discover now