Part 24

37.6K 2.5K 58
                                    

Siapin hati dan jangan kaget baca part ini ya:-)

***

Jadi, Clarisse menginap di apartemen milik Robert tanpa meminta izin Ayah?"

Nicholas menghela nafas lelah lalu melirik jam yang menunjukkan pukul dua dinihari di atas nakas. "Ya. Mereka kelelahan dan Robert pun berinisiatif mengajaknya menginap di sana. Ayah tak perlu khawatir, Robert tak kan berani berbuat macam-macam terhadap Clarisse." setengah jam yang lalu, Robert menghubungi dan memberitahunya kalau Clarisse berada di apartemennya bersama Tristan, hal yang sempat membuat bingung dan kesal karena Robert membiarkan mereka bertemu dan berada di bawah atap yang sama dalam semalam. Jika kabar ini berhembus sampai ke telinga Ayahnya, entah apa yang kali ini akan di lakukan Ayahnya terhadap Clarisse dan laki-laki itu. Bukan tak mungkin Paul akan murka dan semakin menyudutkan Tristan yang ternyata mengalami luka serius akibat luka tembak yang di alaminya tersebut.

Penjelasan Robert selanjutnya membuatnya terhenyak dan tak percaya kalau kemungkinan besar Tristan mendapati luka tembak setelah melindungi Clarisse. Besok pagi, ia akan mencari kebenaran itu. Ia akan mendatangi apartemen Robert dan berbicara langsung dengan Tristan. Namun saat ini, nampaknya ia harus mencari alasan logis untuk Ayahnya supaya tenang dan tak terlalu memikirkan adiknya.

"Tapi seharusnya Robert memberitahuku dulu." suara Ayahnya terdengar kesal di seberang sana. "Bukannya langsung membawa Clarisse seperti itu."

"Sudahlah, Ayah. Tak perlu bersikap begitu terhadap Robert. Lagipula bukankah Ayah yang menyuruhnya membawa Clarisse pulang?"

"Tapi tidak seperti itu, Nick. Tindakan Robert itu tidak bisa di benarkan bagaimanapun caranya. Kau tahu sendiri kan kalau Ibumu memiliki kecenderungan rasa cemas berlebihan?"

Nicholas memejamkan matanya lalu mendesah frustasi. Seharian ini terlalu banyak masalah yang membuat isi kepalanya ingin meledak dan berhamburan keluar dari cangkangnya. "Aku tahu, Ayah."

"Kalau begitu sebaiknya kau suruh Robert mengantar Clarisse pulang sekarang juga."

Mata Nicholas langsung terbuka lebar. "Apa? Tapi ini sudah larut malam, Ayah. Clarisse pasti sudah tertidur sekarang." terkadang sifat keras kepala yang di miliki Paul membuat Nicholas kesal setengah mati walaupun ia tak kan berani mengutarakan hal tersebut di hadapan Ayahnya secara langsung. Ia adalah tipikal pria yang tak pernah membantah perintah orang tuanya meskipun hal tersebut bertentangan dengan kata hatinya sendiri.

"Apa kau tidak kasihan dengan Ibumu?! Sedari tadi, Ayah pusing melihat kebiasaan Ibumu jika sudah cemas seperti ini."

"Apa Ibu mulai berjalan mondar-mandir di hadapan Ayah?"

"Tentu saja. Ibumu sudah seperti itu sejak satu jam yang lalu dan tak berhenti hingga sekarang."

"Sebaiknya Ayah tenangkan Ibu dulu dan katakan padanya kalau Clarisse akan baik-baik saja."

"Sudah berulang kali Ayah memberitahu Ibumu namun tetap saja seperti itu. Menurutmu apalagi yang harus Ayah lakukan untuk meredakan rasa cemasnya kali ini?!"

Mengusap wajahnya dengan letih, Nicholas pun beranjak ke posisi duduk di atas ranjangnya sambil menghela nafas memohon kesabaran. "Berikan teleponnya pada Ibu, Ayah. Biar aku saja yang mencoba menenangkannya."

Dua detik kemudian suara cemas milik Eliza terdengar di seberang sana. "Halo, Nick. Ada apa?"

"Ibu, dengarkan aku. Clarisse akan baik-baik saja dan jangan berburuk sangka pada Robert, ok?"

"Tapi bagaimana dengan adikmu saat ini? Kenapa dia tidak menghubungi ibu?"

"Robert tadi memberitahuku kalau Clarisse tertidur dan kelelahan. Jadi, tak ada yang perlu di cemaskan lagi bukan?"

The Target ManWo Geschichten leben. Entdecke jetzt