Part 45 - Ending

58.9K 2.4K 132
                                    

Di musim panas yang hangat sekaligus tenang, sejumlah orang memenuhi taman terbuka yang terdapat di belakang mansion milik Paul Peterson. Taman yang di sulap sedemikian indah itu terlihat menakjubkan dengan variasi bunga-bunga nan bermekaran yang terdapat di setiap sudutnya. Bunga-bunga tersebut di jalin rapi hingga menciptakan kenyamanan tersendiri bagi Tristan dan Clarisse yang pada hari itu, resmi menyandang status sebagai suami dan istri.

Acara pernikahan mereka memang tidaklah semewah seperti kebanyakan orang dari kalangan atas, namun itu sudah cukup bagi Clarisse. Melalui banyak pertimbangan, termasuk usulan Paul dan Anthony, wanita itu memilih melangsungkan pernikahannya secara tertutup mengingat keluarganya masih berkabung atas kepergian sang kakak tercinta, Nicholas Peterson, ke sisi Tuhan.

Tristan, yang pada saat itu mengenakan setelan tuksedo putih, terlihat sangat tampan dan gagah. Begitu pun dengan Clarisse yang tak kalah cantik menawan dalam balutan gaun pengantin berbahan tulle mewah rancangan desainer ternama Inggris. Mereka terlihat serasi dan tak henti-hentinya mengumbar senyum penuh sukacita ke semua orang.

Dan usai mengucapkan janji suci di hadapan tamu undangan yang di hadiri tak lebih dari tiga ratus orang itu, keduanya pun berciuman lama, tak canggung lagi menunjukkan kemesraan mereka dalam bentuk kasih sayang yang membuat siapapun iri. Baik Tristan maupun Clarisse terlihat sangat bahagia. Sementara Eliza mengamati semuanya dengan haru sekaligus senang meski kebahagiaan itu tidaklah lengkap tanpa adanya sosok putra sulungnya.

"Nicholas pasti bahagia, sayang..." lirih Paul seraya menggenggam tangan istrinya, berniat menghibur dirinya sendiri dan wanita itu.

Dengan mata berkaca-kaca, Eliza tersenyum samar lalu meremas erat tangan Paul, seolah ingin menyalurkan kekuatan yang sama untuk laki-laki itu. Sebagai suami dan istri, keduanya patut saling memberi semangat agar tak terpuruk ke dalam kubangan kesedihan yang sama. "Aku tahu..." balasnya tak kalah lirih.

Acara kemudian berlanjut hingga ke resepsi pernikahan sebelum akhirnya mereka beristirahat di kamar Clarisse. Sesuai rencana, besok mereka akan berbulan madu ke suatu tempat yang masih di rahasiakan oleh Tristan. Lelaki itu ingin memberikan surprise kepada wanita yang baru saja menjadi isterinya tersebut.

"Kita mau kemana, Tristan?" tanya Clarisse.

"Ke suatu tempat yang pasti kau sukai, sweetheart." Tristan melonggarkan ikatan dasi putihnya lalu mengamati Clarisse yang masih mengenakan gaun pengantinnya. Jenis gaun itu masih terbilang sopan karena bahu mulus dan punggung wanita itu tak terekspos secara menyeluruh. Namun entah mengapa napasnya terasa berat saat wanita itu mengurai sanggul rambutnya dengan gerakan santai, membiarkan ikal-ikal kecokelatan rambutnya jatuh menutupi punggungnya.

Merasa di perhatikan, Clarisse menoleh. "Ada apa?"

Mendekati Clarisse, Tristan menatap Clarisse dengan tatapan hangat. Bergerak perlahan hingga tiba di hadapan wanita itu. "Apa aku sudah memberitahumu kalau kau... Cantik sekali, sayang?"

Pipi Clarisse memanas. Terlebih ketika Tristan mengulurkan punggung tangannya dan mengusap lembut pipinya. "Seingatku sudah. Kau memberitahuku beberapa kali di pesta pernikahan kita tadi."

"Benarkah?" Tristan mengikis jarak mereka lalu mengecup lembut pelipis Clarisse. Sebelah tangannya menyusup di belakang tubuh wanita itu kemudian mengusap rambut panjangnya, membelai jalinan sutera itu lalu menyibaknya ke salah satu bahunya.

"Ya. Kau juga sangat tampan, suamiku." bisik Clarisse dengan napas memburu ketika tangan Tristan meraba kaitan restleting yang berada di belakang tubuhnya.

"Aku suka kau memanggilku seperti itu, sweetheart..." mengamati reaksi Clarisse, Tristan mengecup sayang bibir Clarisse lalu melanjutkan pekerjaannya. Dengan perlahan, ia menurunkan restleting gaun itu hingga batas pinggang kemudian menyentuh halus punggung telanjangnya. "Kau tidak mengenakan pakaian dalam?"

The Target ManOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz