Part 33

37.2K 2.5K 111
                                    

"Clare, aku harus pergi. Kau tetaplah di sana untuk sementara waktu."

Mengerutkan dahinya, Clarisse menimpali ucapan Nicholas melalui ponselnya dengan bingung. "Kau ingin pergi kemana?"

"Ada urusan mendadak yang harus ku selesaikan. Dan aku yakin, Tristan pasti akan menjagamu dengan baik."

Clarisse terdiam, tak bisa menebak kenapa Nicholas bisa bersikap biasa saja terhadap Tristan. Lelaki itu bahkan mempertemukannya dengan Tristan secara langsung dan sengaja. Apa yang sebenarnya terjadi pada kakaknya itu? "Apa terjadi sesuatu padamu, Nick?"

"Sesuatu? Maksudmu?"

"Kau tampak...." Clarisse tak tahu apa yang harus ia katakan pada lelaki itu. Sikap Nicholas yang berubah hampir 180 derajat itu membuatnya bingung dan setitik rasa penasaran pun muncul di dalam hati kecilnya. "Aneh..." sambungnya pelan.

"Aneh? Apanya yang aneh?" suara Nicholas terdengar tak yakin di seberang sana.

"Entahlah." Clarisse menoleh saat merasakan pergerakan tubuh Tristan di sebelahnya. Lelaki itu tampak mengamatinya dengan lembut dan hatinya pun menghangat tiba-tiba saat tangan besar Tristan meraih tangannya, menyalurkan kehangatan saat suhu udara di sekitarnya menurun hingga 8 derajat celcius -akibat cuaca dingin di malam hari yang bercampur dengan air conditioner di seluruh penjuru rumah sakit-

"Tanganmu sedingin es." ucap Tristan sembari menggenggam erat telapak tangan Clarisse. Uap udara panas pun berhembus keluar dari mulut maskulinnya. Sikap hangat lelaki itu sontak saja membuat hati Clarisse di serang rasa bahagia yang meluap-luap.

"Clare....? Kau mendengarku?"

Tersentak, Clarisse kembali mengalihkan perhatiannya pada Nicholas."Ah... Ya, aku mendengarmu. Jadi, kau memang harus pergi sekarang? Lalu bagaimana denganku? Apa kau akan menjemputku?"

Nicholas tampak terdiam sejenak. "Akan ku pikirkan nanti. Sudah dulu ya... Aku harus pergi sekarang juga."

"Tunggu.. Apa kau tidak ingin berbicara dengan Tristan?" entah dari mana pikiran itu merasuki Clarisse. Ia hanya ingin mengetahui bagaimana tanggapan Nicholas tentang laki-laki itu. Lagipula ia masih tak mengira kakaknya itu membiarkan dirinya bersama Tristan begitu saja.

Ada jeda beberapa detik sebelum Nicholas menjawab. "Baiklah. Berikan ponselmu pada Tristan."

Clarisse segera memberikan ponselnya pada Tristan yang langsung di sambut laki-laki itu tanpa melepaskan genggaman tangan mereka. "Halo...?"

"Tristan, tolong jagalah Clarisse. Aku memberimu kewajiban penuh atas dirinya saat ini. Dan ku harap kau tidak menyalahgunakan kewajibanmu itu."

"Kau bisa mempercayaiku." sahut Tristan cepat dan tegas. "Aku akan selalu menjaga dan memastikan dirinya baik-baik saja."

"Bagus. Aku akan memegang ucapanmu itu. Dan satu lagi, ku harap kau jujur tentang perasaanmu sendiri, Tristan. Apa kau benar-benar mencintai adikku?"

Genggaman tangan Tristan mengerat, lelaki itu menoleh dan menemukan manik mata biru Clarisse yang begitu menghanyutkan. Mata yang tampak transparan dan bak cermin jernih karena apa yang wanita itu rasakan jelas terlihat melalui tatapan syahdunya dan terpantul indah hingga ke dasar hatinya sendiri, meleburkan perasaan tulus dan cinta tak bersyarat di antara mereka. "Ya... Aku mencintainya."

Pernyataannya tampak mengejutkan Nicholas. Sementara seulas senyum bahagia mewarnai wajah Clarisse hingga lengkungan manis yang Tristan sukai terbentuk cantik di pipi wanita itu.

"Baiklah... Aku mempercayaimu. Kau boleh menjalin hubungan dengan adikku dan sebagai lelaki sejati, ku harap kau mampu menahan diri, Tristan. Jangan bertindak di luar batas. Singkirkan perasaan dan keinginanmu untuk sementara waktu. Kau mengerti maksudku kan?"

The Target ManWhere stories live. Discover now