Chapter 7 : Blood Rain

11.8K 847 211
                                    

Trangg!

Suara platina yang beradu terdengar seperti sebuah simfoni di dalam ruang latihan sore itu. Di tengah ruangan, tampak sepasang emerald milik Elena menatap tajam obsidian biru di hadapannya, sementara pemuda yang berhadapan dengannya tampak terengah-engah.

"Ayolah, Ciel. Jangan hanya menghindar, kau harus menyerang!" cetus Elena.

"Kau tahu ini bukan keahlianku," balas Ciel di sela napasnya yang masih memburu.

Pemuda itu mengangkat kembali pedangnya dan berlari ke arah gadis blonde yang masih berdiri di hadapannya dengan wajah serius. Namun tak sulit bagi Elena untuk menghindari serangan Ciel yang memang masih jauh di bawahnya itu.

Elena adalah gadis yang lembut dan manis. Namun di saat-saat tertentu, ia bisa menjadi sangat serius. Contohnya seperti saat ini. Dalam berpedang, kemampuannya hanya sedikit lebih rendah dibanding Azrael, Guardian terkuat di antara mereka.

"Anak itu sangat berbakat dalam sihir tapi benar-benar payah dalam beladiri," komentar Louie yang menonton di sisi ruangan bersama Azra dan Lynn, juga pelatih mereka, Eden.

"Bukankah sejak kecil fisiknya memang lemah? Jujur saja aku sedikit mencemaskannya soal ini," Lynn ikut berpendapat. "Akan sangat berbahaya jika dia tidak dapat melindungi dirinya sendiri ketika di tengah pertarungan sungguhan."

Sementara itu, Eden, guru mereka tampak tak banyak berkomentar. Ia hanya sibuk menilai, sejauh mana kemampuan para didikannya itu. Meskipun yang saat ini memang tak begitu buruk, tetapi masih jauh dari yang diharapkan. Sementara waktu yang mereka miliki semakin tipis, bahkan tak lebih dari satu bulan lagi.

Azra juga tampak tak banyak bersuara, sepasang netra crimson-nya mengamati pergerakan Ciel yang mulai tak beraturan dengan cermat. Namun meski gerakannya tak lagi berirama, iris safir itu tampak masih menampakkan kilat semangat.

Bukan hal yang buruk sebenarnya, tetapi juga tak dapat dikatakan baik. Azra hapal benar watak pemuda bertubuh mungil itu sejak dulu.

Luciel itu ambisius. Dan dia tak suka kalah. Sebab itu ia seringkali memaksakan dirinya sendiri. Ia bersikap keras pada dirinya, lebih dari yang ia perlihatkan. Itu tentu akan membuat siapa pun cemas.

Azra sedikit tersentak ketika melihat Ciel nyaris jatuh karena salah pijak dan kehilangan keseimbangannya sementara Elema di saat yang sama juga tak dapat menghentikan serangannya yang hampir mengenai pemuda itu karena jarak yang terlalu dekat.

Ciel tak akan punya waktu untuk menghindar.

"BAHAYA!" teriak Azra panik, reaksi yang sama tampak terlihat di wajah tiga orang lain yang juga berada di dekatnya.

Sepintas cahaya yang muncul membutakan sepersekian detik.

"Gyaa!"

Dengan sigap Louie menangkap Elena yang mendadak terlempar ke sisi ruangan. Tubuhnya menghantam tembok bersamaan dengan gadis itu.

"Kalian baik-baik saja?" Lynn berlari menghampiri keduanya.

"Aku tak apa-apa, tapi Louie ...." Elena segera berdiri dari posisinya, kemudian menarik Louie untuk ikut berdiri.

"A-aku baik-baik saja," balas Louie kemudian. "Daripada itu, sebenarnya apa yang terjadi?"

"Aku tidak bisa menghentikan seranganku tadi, dan ketika aku nyaris melukai Ciel, sebuah aura pelindung menguar di sekitarnya dan melemparku. Mungkin itu sihir pelindung yang sama dengan tempo hari."

Elena melirik Ciel yang masih menatapnya kaget dari tengah ruangan, sedikit melambaikan tangannya, memberi isyarat bahwa ia baik-baik saja.

Ciel menghela napas, ia sendiri juga sempat kaget ketika aura pelindung itu tiba-tiba saja muncul di sekitarnya. Pemuda itu menatap telapak tangannya.

Guardian of Light [REMAKE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang