(3)

11.7K 934 8
                                    

Claire~

Kutangkupkan kedua tanganku pada pipi Morgan, "Apa yang harus kulakukan agar kau percaya aku tidak akan meninggalkanmu, Morgan?" Kataku dengan pelan. Morgan menatapku lama lalu menarik nafas panjang, ia melepaskan kedua tanganku lalu mundur beberapa langkah.  

"Hentikan. Claire. Sebelum aku menyerangmu." Morgan menatapku sambil tersenyum. "Kau tahu kan, kau memiliki daya tarik yang kuat padaku. Jangan memancingku, ok?" Tambahnya. 

"H-huh?" sekarang mukaku merah padam. Morgan menatap jam di dinding, pukul 10 pagi. 

"Ada acara pagi ini, Claire?" Morgan mengalihkan pandangannya padaku. Aku menggeleng. Ia terlihat berpikir beberapa saat. Lalu membuka pintu dan menghilang, meninggalkanku dengan pandangan bodohku. 'Kemana perginya Morgan?' beberapa menit kemudian Morgan kembali dengan senyumnya yang lebar menyembunyikan sesuatu dari balik punggungnya. "Claire- ehm, Claire de Lune, mau pergi kencan denganku?" Tanyanya sambil menyerahkan beberapa tangkai bunga mawar berwarna merah muda. Morgan tertawa setelah beberapa saat aku tidak menjawabnya, "Claire, wajahmu benar-benar- pfffttt" Morgan menutup mulutnya setelah wajahku berubah menjadi sebal. "Jadi.....?" Morgan masih menunggu jawabanku. 

"Well... kalau aku menjawab tidak, kau tetap akan memaksaku kan?"  

"Yep, ganti bajumu. Aku akan menunggu di luar." Jawabnya sambil keluar. 

Setengah berlari menuju kamarku, lalu mengganti seragamku dengan celana jeans hitam dan kaos putih, mataku menangkap tumpukan kemeja Morgan di sudut lemariku. Kuambil kemeja denim biru Morgan lalu mengenakannya tanpa memasang kancingnya, menggulung lengannya yang kebesaran untukku. Aku memandang pantulan diriku di cermin, wow, bahkan aku tidak menyadari daritadi mulutku tersenyum. Rambut coklatku sekarang sudah hampir mencapai punggung, kuputuskan untuk mengikatnya. Tanganku meraih tas coklat kecil, memasukkan handphone dan dompet lalu keluar dari kamar. 

"Itu........ bajuku." Morgan berdiri di depan mobilnya sambil menunjuk baju yang kukenakan.  

"Ini?" kepalaku menunduk melihat kemejanya yang terlihat kebesaran di tubuhku. "Ada di lemariku." Lanjutku sambil menghampirinya. "Lemariku = Bajuku. Ok?" 

Morgan tertawa, "As you Wish, Your Majesty." Katanya sambil membungkuk lalu membukakan pintu mobilnya untukku. 

"Thank you, Sir." Jawabku dengan aksen British yang dibuat-buat. Morgan tertawa lagi, lalu menutup pintuku. 

"Bunga mawar yang kau berikan... Kau sudah mempersiapkan semua ini Morgan?" Tanyaku penasaran. 

"Aku memetiknya dari halaman Emily." 

"Emily memperbolehkanmu mengambil mawarnya?" Bunga adalah hal favorit Emily, jadi memperbolehkan Morgan memetiknya adalah hal yang aneh. 

"Mmmmm..." Morgan pura-pura berpikir. "Aku belum bilang padanya."  

"Mmpphh... Hahaha, Emily benar-benar akan membunuhmu." Aku dan Morgan tertawa. 

"Jadi, kau akan membawaku kemana? Danau Clearwater" Tanyaku setelah dua puluh menit perjalanan. 

"Nope." 

"Jen's restaurant?" Lanjutku. 

"Nope."  

"Ke mana?" Desakku. 

"Aku juga tidak tahu." Katanya sambil mengangkat bahunya. Aku hanya membalasnya dengan memutar bola mataku. Morgan menyalakan pemutar lagu di mobilnya, lagu Lovesick -Peace menjadi yang pertama, "Kau mendengarkan lagu juga?" Tanyaku dengan mulut menganga.  

"Yep." Jawabnya pendek. 

"Wow. Kukira-" 

"Kau kira aku tidak mengerti musik?" Morgan memutar bola matanya. Aku membalasnya dengan senyum.  

I don't wanna go to school 

I don't wanna take the call 

I just wanna be a fool and get lovesick with you

I don't wanna move my head, lay around and die in bed

I don't wanna listen

I wanna get lovesick with you

"I just wanna lay down dead and get lovesick with you. Claire" Morgan bernyanyi setengah menggumam. Aku tertawa lalu tersenyum lebar. "I just wanna be a fool and get lovesick with you." Balasku mengikuti lantunan lagu. Hari itu Morgan membawaku ke toko es krim, lalu permen, lalu mentraktirku makan siang. Morgan mengajakku berjalan ke toko bunga dua blok dari restauran, lalu membelikanku sebuket bunga tulip berwarna jingga. 

"Morgan..." Kataku sambil tersenyum. Kami masih berdiri di depan toko bunga. 

"Hm?" 

Aku mengulurkan tangan kiriku, tangan kananku memegang buket bunga. "Boleh bergandengan tangan?" Tanyaku dengan pipiku yang memerah. Morgan tersenyum lalu meraih tanganku dan menggenggamnya. Kami berjalan menuju parkiran mobil Morgan sambil berbicara tentang banyak hal. Tiba-tiba Morgan berhenti, aku menatap Morgan dan mengikuti arah pandangannya. Nick, Elaine, Jane, dan Robby berjalan ke arah kami.  

"Morgan apa yang mereka lakukan disini?" Bisikku. Morgan tidak menjawab pertanyaanku, lalu menyembunyikanku di belakang tubuhnya. 

"Morgan." Nick menyapanya dengan suara kaku. Morgan hanya mengangguk kecil, "Apa yang kau lakukan Nick? Bukan seperti ini... perjanjiannya." Dari suaranya Morgan terdengar marah. Sekarang aku menatap kedua orang di depanku dengan pandangan bingung.

Claire de Lune (Valerina #1)Where stories live. Discover now