(5)

12.8K 873 11
                                    

Claire~ 

Sehari setelah Morgan meninggalkanku, Nick mengantarku kembali ke rumah. "Thanks, Nick." Ucapku sambil terseyum kecil. 

"Kau yakin aku tidak perlu menemanimu?" Tanya Nick untuk yang kesekian kalinya. Aku mengangguk kecil, lalu mengantarnya menuju mobilnya, ia melambaikan tangannya lalu meninggalkanku sendirian berdiri di depan rumahku. Nick memaksaku untuk menginap di rumahnya semalam sebelum mengijinkanku pulang, aku tidak membiarkan Nick melihatku menangis hari itu. Kubuka kenop pintu rumahku lalu masuk ke dalam, sepi. Setengah pikiranku berharap Morgan sedang duduk di dapur saat ini, menungguku. Air mataku mengalir lagi, kini lebih deras. Tubuhku terjatuh di depan tangga, kupeluk kemeja Morgan yang masih kukenakan, membiarkan air mataku mengalir lagi membasahi lantai yang dingin. Aku tidak peduli. 

Sore harinya aku terbangun oleh suara ketukan di pintu, tenggorokanku terasa sakit dan kering. Aku berusaha berdiri, sekujur badanku sakit. 

"Claire?" Suara Tara terdengar dari balik pintu. Aku membukanya sedikit, lalu menyapanya dengan suara serakku. 

"Oh Claire! Kau sakit?" Tanya masih berdiri di depan pintuku dengan khawatir. 

"Yeah, maaf Tara aku tidak memperbolehkanmu masuk. Penyakitku menular." Kataku sambil pura-pura batuk. 

"Kau mau aku panggilkan dokter, Claire?" Tara setengah memekik. 

"Nope. Aku sudah ke dokter Tara, Thanks." Jawabku. 

"Ada yang bisa kulakukan Claire?"  

Suara mengeong muncul dari belakangku, morgan. "Tara?" 

"Yeah?" Tanya Tara penuh harap. 

"Kau bisa merawat kucingku sementara?" Tanyaku sambil meraih morgan, mataku terasa panas lagi. 

"....Okay! Ada lagi? Siapa namanya?" Tara mengambil morgan dari pelukanku. 

"morgan. Thanks Tara." Jawabku sambil tersenyum lemah. Pathetic

"Oh! Dimana Morgan?" Tanya Tara setengah berbisik. 

"Um.. dia pergi ke luar kota sebentar." Aku menggigit bagian dalam pipiku mengalihkan pikiranku pada rasa sakit agar tidak menangis. 

"Oh?" Tara terdiam, "Okay Claire, cepat sembuh ok? Telfon aku kalau kau butuh sesuatu." Ia tersenyum lebar, lalu melambai padaku dan berjalan menjauh sambil memeluk morgan. Morgan brengsek, aku tahu ada sesuatu yang salah, Morgan berbohong padaku. Kepalaku yang sakit setelah menangis berjam-jam membuatku memutuskan tidur lebih awal. Kubuka lemariku untuk mengganti bajuku dengan piyama, tumpukan kemeja Morgan di lemariku sudah menghilang. Tinggal yang sedang kukenakan, badanku bergetar menahan tangis. Kulipat kemeja Morgan lalu menaruhnya di tumpukan paling bawah. Hampir sepanjang malam mataku terbuka. 

Paginya setelah meminum beberapa pil peredam sakit aku berdiri di depan kaca, cewek yang berdiri di depanku benar-benar terlihat... menyedihkan. Rambut coklatnya berantakan, matanya yang berwarna hijau memerah dan bengkak, tidak ada kilauan kehidupan yang memancar dari matanya, bibirnya terlihat pucat. Aku hampir tertawa melihat bayanganku di kaca, Morgan pun akan tertawa melihatku seperti ini. Aku merindukannya, baru beberapa hari yang lalu Ia mengajakku berdansa di dapur, memberiku bunga... 'ada yang salah' pikirku. Morgan tidak akan meninggalkanku, dan aku harus mencari tahu.

Nick datang untuk mengecekku, Ia mengenakan kaos abu-abu dengan celana jeans, rambutnya disisir dengan rapi, tidak seperti Morgan. Ia membawakanku makanan dan film. Kami duduk di meja dapur, Nick mencoba mengajakku mengobrol tapi Ia menghindari topik tentang Morgan. Aku berusaha menjawabnya sambil menyususn rencana untuk mencari tahu apa yang disembunyikan Morgan dariku. Nick mengulurkan tangannya padaku lalu menggenggam tanganku, "Claire, ada yang harus kita bicarakan." Mata birunya menatapku, "Elaine dan Morgan..." 

Claire de Lune (Valerina #1)Where stories live. Discover now