(14)

10.7K 765 11
                                    

Claire~

Nick mengikutiku dari belakang dengan mobilnya selama perjalanan pulang, lalu meninggalkanku di tikungan jalan rumahku, memastikanku pulang dengan selamat. Kepalaku dipenuhi dengan pembicaraanku bersama Nick tadi. Aku masih duduk terdiam di dalam mobil, kedua tanganku masih memegang kemudi. Kusandarkan kepalaku pada kemudi mobil, Nick masih belum tahu para Gultor itu memburuku karena mate Slayer yang dibunuh Morgan atau karena mereka mengincarku. Yang jelas kami tidak aman berada di Jersey. Kulihat jam di dashboard mobil menunjukkan pukul tiga sore, beberapa jam lagi sebelum malam Prom. Kuputuskan untuk datang ke Prom malam ini, setelah itu hal pertama yang akan aku lakukan adalah membujuk Morgan pergi dari kota ini. Nick juga memintaku meninggalkan Jersey secepatnya, Ia bersama Elaine sedang menyelidiki jumlah Gultor yang berada di kota ini. Kumatikan mesin mobilku, lalu membuka pintunya, angin sore yang dingin menerpa rambutku. Bahkan sinar matahari hari ini hampir tidak bersinar sama sekali, entah kenapa hari ini perasaanku tidak enak seakan-akan ada sesuatu yang salah. Aku berjalan menuju dapur berharap Morgan ada di sana, tapi Ia tidak ada disana. Aku menatap dapur yang sepi, penyesalan menghantuiku. Seharusnya aku menjelaskan semuanya agar Ia mempercayaiku, seharusnya aku bisa membuatnya percaya, seharusnya sekarang Ia sedang duduk di depanku menatapku dengan mata hijaunya yang menyebalkan. Secarik kertas di atas meja makan menarik perhatianku, kuambil kertas yang sudah kusut itu lalu membaca tulisan berantakan di atasnya. 

'Crestforest, sekarang. -M'  

M? Morgan? Kukerutkan keningku sambil kembali membacanya, tulisannya sangat berantakan, malah lebih berantakan daripada tulisan Morgan yang biasanya. Setengah terburu-buru aku kembali ke kamar, kuganti kaos dan jeansku dengan gaun biru musim panasku yang pernah kupakai saat pertama kali bertemu Morgan setelah aku hilang ingatan. Kurapikan rambutku lalu memakai sedikit parfum, well, aku lebih ingin mandi tapi Morgan sudah menungguku. Kuambil sebuah kotak beludru kecil berwarna hitam dari dalam laci meja lalu memasukkannya ke saku gaunku. Jantungku berdebar keras karena gugup, aku bahkan sudah tidak memikirkan Prom. Gaunku masih tergeletak rapi di atas tempat tidurku. Aku memandang Crestforest dari balik jendelaku, cuacanya masih mendung, kuambil sebuah lampu senter dari lemari lalu keluar dari kamarku. Samar-samar terdengar suara petir dari kejauhan. 

Aku berjalan menyusuri Crestforest melewati rumah lama Emily yang sekarang kosong, kegelapan menyelimutiku setelah masuk semakin dalam ke hutan. Kunyalakan lampu senterku lalu mengarahkannya ke jalan berbatu di depanku, jantungku masih berdebar keras bahkan bulu kudukku berdiri, berkali-kali aku menoleh ke belakang. Rasanya seseorang sedang memperhatikanku dari dalam kegelapan, untuk sesaat timbul perasaan ingin berbalik lalu berlari kembali ke rumah. Kupaksa kakiku untuk terus berjalan dalam kegelapan, satu-satunya tempat yang mungkin Morgan maksud adalah padang Clover di dalam hutan. Aku ingat saat bertemu Seth pertama kali di padang itu, aku bergidik memikirkannya. Kupercepat langkahku menyusuri jalan yang ridak rata, beberapa dahan pohon hampir menggoresku. 'Ugh, kenapa Morgan mengajakku bertemu di tempat seperti ini?' 

Dari kejauhan kulihat cahaya padang Clover, jantungku berdebar semakin keras, kumasukkan salah satu tanganku ke saku gaunku menggenggam kotak beludru di dalamnya. Cahaya yang tiba-tiba menyinariku membuat mataku buram, kututup mataku sejenak lalu membukanya, cahaya matahari menyinari padang Clover yang berwarna hijau kekuningan. Aneh, padahal sejak tadi pagi mendung menyelimuti seluruh Jersey. Padang ini masih sama seperti saat terakhir kali aku melihatnya, dipenuhi oleh bunga Clover yang berwarna kuning dan sebuah batu besar di tengahnya berdiri kokoh. Aku tidak melihat Morgan dimanapun. Ada yang salah, hutan ini terlalu... sepi. Biasanya ada suara burung ataupun serangga, tapi sejak aku masuk ke dalam hutan tidak ada satupun suara yang terdengar, suara gesekan daun yang terkena angin pun tidak. Bahkan tidak ada angin. Tiba-tiba perasaanku menjadi lebih tidak enak, kulihat sekelilingku mencari-cari sesuatu. 

Claire de Lune (Valerina #1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang