#4 - Victor Duras

12K 832 74
                                    

Hai semuanya..udah nggak sabar nglanjutin ke next part?
Tenang, ini author bawain update.an Escaped part #4
Buat yang penasaran sama sosok Victor Duras. Nah, yang di mulmed itu adalah gambar si Victor ya^^

Oke deh, cuus aja ya.

***

"Ve, kemarilah.", Salvatore memanggilku dengan antusias untuk segera menuruni panggung dan mendekat pada mereka. Aku melangkahkan kakiku dengan berat karena ada Victor disana. Aku tidak siap untuk berhadapan dengan laki-laki itu lagi. Tidak pernah kubayangkan jika akan ada kesempatan untuk bertemu lagi dengannya. Dan ya Tuhan, ia terlihat semakin tampan dan matang. Bagaimana aku bisa berhasil melupakannya jika ia semakin tampan seperti ini.

"Venus kenalkan, ini adalah sahabatku Victor Duras.", Salvatore menatapku seakan mengirim sinyal untuk segera mengulurkan tanganku pada Victor, maka aku melakukannya. Kuulurkan tanganku untuk menjabatnya seolah ini adalah pertemuan pertama kami. Tapi Victor justru mengabaikan uluran tanganku lalu melipat kedua tangannya di depan dadanya dan senyumnya muncul.

"Ve, apa kau yakin sudah lupa padaku?", Victor memiringkan kepalanya dengan seringai yang mulai menggantikkan senyumnya. Hal yang dilakukan oleh Victor selanjutnya benar-benar membuatku terkejut hingga harus melangkah mundur. Sepersekian detik kemudian ia sudah berhasil mencium pipiku lembut,"begitulah cara yang benar untuk menyapa seseorang yang kau kenal sejak lama."

Mataku melebar menerima ciuman itu, hanya ciuman ringan di pipi dan itu sudah berhasil membuat tubuhku merasa panas dingin.

"Kau mengenal Victor?", Salvatore tampak terkejut menatap bergantian ke arahku dan Victor. Aku hanya mampu mengangguk lemah sebagai jawaban untuknya.

"Bukan hanya kenal. Dia begitu mencintaiku.", Mataku melebar mendengar pernyataan Victor itu. Bagaimana bisa ia mengatakan hal itu kepada orang lain. Kau tahu itu memang sebuah kenyataan. Tapi itu adalah masa lalu.

"Ya, itu hanya masa lalu.", aku mencoba mengatakannya sambil melemparkan senyum setenang mungkin kepadanya. Namun yang kudapatkan berikutnya adalah seringainya yang memudar digantikan dengan tatapannya yang dingin. Tapi tatapan dingin itu kembali digantikan oleh seringai kecilnya yang mendominasi. Ia menekatkan wajahnya padaku lalu membisikan sesuatu di telingaku.

"We'll see. I know you will never get over me babe.", aku benar-benar tidak percaya dengan apa yang baru saja aku dengar. Bagaimana ia bisa begitu besar kepala berfikiran bahwa aku masih mencintainya dan tidak akan pernah bisa berpaling darinya? How funny! Aku hanya bisa menundukkan kepalaku. Yeah, how funny. Sebenarnya siapa yang ingin kubohongi? Aku memang masih menyukainya. Menyukainya...bukan mencintainya.

"Ah, aku ingin muntah. Bisakah kalian hentikan ini semua?", suara berat Damien tiba-tiba menyeruak di antara ketegangan yang aku rasakan. Tapi ya, dia benar. Aku juga ingin muntah mendengar semua kata-kata Victor.

Tidak ingin berlama-lama berada di antara mereka, aku pun memilih untuk pergi. Namun Salvatore benar-benar mempersulitku, ia tidak membiarkanku pergi begitu saja. Ia hanya akan melepasku dengan satu syarat. Satu ciuman di pipi. Aku memutar bola mataku jengah, but well, it's not a big deal anyway. Hanya mencium pipi tidak akan menjadi masalah besar bukan. Lagi pula aku ingin membuat Victor...cemburu?

"See you later babe.", aku mendengar Salvatore berteriak dengan girang. Dasar playboy gila.

"Bagaimana? Bagaimana? apakah semuanya berjalan lancar?", suara Dave memenuhi ruangan. Ia menggenggam tanganku beruhasa mendapatkan jawaban dari rasa penasarannya.

ESCAPEDWhere stories live. Discover now