#9 - Trouble

10K 779 81
                                    

I'm baaaack! Yo~ ada yang udah kangen sama author?? Enggak ada lah ya, kalian mah kangennya sama Ares, Diego, Victor atau Dave. Ya kan, ya kaaan?? Oke deh langsung cuus ya.

***

Ares benar-benar membuatku kesulitan. Ia sama sekali tidak memberi kan kemudahan untukku memilih. Belum juga aku resmi menjadi istrinya namun ia sudah menutup segala kebebasanku. Aku tidak bisa menyentuh ponselku, pergi kuliah, bekerja atau kemanapun sebelum aku menyetujui lamarannya. Sudah dua hari aku di kamar ini sebagai tawanan. Meskipun aku tidur dengan nyaman juga makan enak namun ini semua mulai membuatku stress. Jadi aku harus menyusun sebuah rencana, tapi bagaimana?? Apa yang harus aku lakukan?? Apa? Apa!!

Kupejamkan mataku untuk memikirkan caranya namun yang muncul dipikiranku justru Daniel dan Dave. Dave pasti sangat khawatir karena tidak mendapat kabar dariku sama sekali,"aku harus memikirkan sesuatu.", tiba-tiba kudengar pintu kamar terbuka dan munculah si iblis tampan itu.

"Hey baby girl, good morning. What are you doing huh? Tidak mencari cara untuk kabur bukan?", kemudian matanya tersenyum menatapku. Membuat bulu kuduku meremang ngeri. Bagaimana ia bisa menebak dengan jitu seperti itu? Apakah dia memiliki indra ke-enam atau semacamnya?

"Oh yeah, kurasa aku baru saja memikirkannya.", jawabku acuh tak acuh. Niatku hanya iseng untuk menggodanya, but it was a wrong move. Kini wajah Ares tampak mengeras menatapku dingin.

"Kemana kau ingin kabur? Ke rumah kekasihmu itu? Daven Blairsville? Mungkin kau harus mencari tempat persembunyian yang baru, yang lebih aman sehingga aku tidak akan menemukan dan menjemputmu kembali dengan sangat mudah."

Aku hanya bisa mendengus perlahan. Sikap dominannya itu benar-benar membuatku jengkel. Bagaimana aku bisa menikah dan hidup dengan laki-laki yang penuh dengan dominasi seperti Ares?

"Venus, aku ingin kau datang bersamaku besok malam untuk menghadiri sebuah pesta.", mataku membulat seketika mendengar titah sang raja itu. Namun kemudian sebuah ide muncul di kepalaku. Ini bisa menjadi kesempatanku untuk mengajukan sebuah permintaan pada Ares, bukan untuk kabur tapi setidaknya untuk mengunjungi Daniel dan Dave.

"Baik lah. Tapi ijinkan aku untuk pergi dari tempat ini.", aku mengintip wajah Ares dan ia langsung menunjukkan wajah tidak setujunya,"Aku hanya butuh satu hari. Aku sangat bosan berada di kamar ini terus-terusan.", setelah terdengar hembusan nafas kasar, wajahnyapun melembut kemudian ia mengangguk lemah. Is it a yes???! A yes from Ares?? Omg, such a miracle.

Aku hampir saja melonjak girang di hadapan Ares, namun aku harus bertingkah senormal mungkin.

"Oh thanks Ares. Thank you.", tiba-tiba kulihat sebuah senyum tulus mengembang di wajahnya.

"I love it. The way you say my name. Do it often baby girl. I'd like to hear that from you.", speechless. Itulah yang aku rasakan. Aku sama sekali tidak tahu jika Ares adalah tipe laki-laki melankolis seperti ini yang mudah merasa terharu hanya karena namanya disebut seorang gadis.

Namun tiba-tiba sebuah peringatan muncul di kepalaku,"Oh ya by the way. Aku tidak ingin ada bodyguard atau pun supir yang mengantarku. Aku ingin pergi sendiri dan aku berjanji tidak akan kabur.", kulirik wajah Ares, mencoba menerka reaksi apakah yang akan muncul darinya. Namun wajahnya tampak tenang.

ESCAPEDWhere stories live. Discover now