#8 - What's the Deal?

11K 830 107
                                    

Hallooo semuanya, maaf ya agak lama updatenya. Lagi sibuk cari kerja nih authornya hihi

Oke deh, langsung aja ya^^

***
Jam sudah hampir menunjukkan pukul dua belas malam. Itu artinya waktu kerja Dave akan segera berakhir. Aku menatap Daniel yang sudah kembali tertidur dengan lelap. Keadaannya sudah lebih baik saat ini. Semalam ia sempat sadarkan diri hingga membuatku terkejut. Setelah dilakukan pemeriksaan lebih lanjut, dokter menjelaskan bahwa keadaannya tidak terlalu parah dan akan segera sembuh. Selain itu ia bisa menjalani perawatannya sampai sembuh karena Victor telah menjaminnya dengan membayar seluruh biaya pengobatan Daniel.

Kupejamkan mataku bimbang,"apakah aku harus mengabari Dave sekarang juga? Ia bisa sangat khawatir jika sampai di rumah dan tidak menemukanku juga Daniel.", kuhembuskan nafasku berat, tidak siap untuk mengabari Dave. Pagi ini ia sudah mengawali harinya dengan mood yang buruk karena aku. Dan sekarang ia harus mendapat kabar bahwa adik kesayangannya tertabrak dan kini terbaring di rumah sakit.

Sekali lagi kuhembuskan nafasku berat kemudian kuraih ponselku dan mulai menghubunginya. Sudah lima kali aku mencoba menggubunginya namun tidak bisa, sepertinya ia sedang melakukan panggilan sehingga aku tidak bisa menjangkaunya.

"Apa dia sedang menghubungi seseorang?", siapa yang dihubungi oleh Dave pada jam-jam seperti ini? Mungkin aku harus mencobanya sekali lagi.

Terdengar nada sambung yang cukup panjang kali ini. Tidak beberapa lama kemudian ia mengangkatnya.

"Ve?!...Ve, dimana kau? Apa kau pergi bersama Daniel? Hah?", Oh God, sepertinya Dave sudah sampai di rumah.

"Dave..Dave, tenangkan dirimu. Daniel ada bersamaku. Kami ada di rumah sakit.",nah akhirnya berhasil kukatakan juga.

"Di rumah sakit?! Ada apa? Okay okay, sebutkan saja nama rumah sakitnya. Aku akan segera kesana.", Indeed. Harusnya aku tahu, Dave selalu bisa mengontrol emosinya. Ia selalu tenang dan tidak gegabah, itu akan lebih baik jika aku mengabarinya sejak awal. Ya, seharusnya aku melakukannya.

Aku menyebutkan nama rumah sakit juga nomor kamar Daniel. Dan setelah menanti kurang lebih satu jam Dave pun tiba.

"Dave..", aku menyapa laki-laki itu begitu ia masuk ke dalam ruangan.

"Ssshh..",ucapnya lirih sambil menempelkan satu telunjuknya di bibir. Mungkin karena suaraku yang terlalu keras? Hhm. Ia berjalan mendekat ke sisi lain ranjang Daniel kemudian ia menatap lekat wajah adiknya itu,"bagaimana keadaannya? Apa yang terjadi?"

Aku menatap Daniel sekilas lalu menatap Dave ragu,"keadaannya sudah lebih baik. Semalam ia sempat sadarkan diri. Kata dokter ia hanya perlu melakukan beberapa perawatan dan ia akan segera sembuh.", kutatap Dave yang justru sibuk memperhatikan perban di pelipis Daniel.

"Apa yang terjadi?", tanyanya tanpa menoleh ke arahku.

"Aku belum tahu mengenai kronologisnya tapi ia tertabrak mobil.", kini tatapannya terfokus padaku.

"Lalu?"

Kutelan salivaku karena semakin gugup, aku bahkan tidak mengerti kenapa justru aku yang merasa gugup,"pelakunya tidak melarikan diri. Dia lah yang membawa Daniel kemari dan dia juga menjamin seluruh biaya pengobatannya. Victor, dia yang tidak sengaja menabrak Daniel.", Dave mengangkat sebelah alisnya bingung.

"Victor?"

Kuanggukan kepalaku pelan dan mulai menjelaskan padanya,"Laki-laki yang kau pukul di bar beberapa waktu yang lalu, kau ingat?"

ESCAPEDWhere stories live. Discover now