#5 - Ares Swarovski

11.7K 862 77
                                    

Siap lanjut lagiii??

Yuk cuus, jangan lupa vote dan komennya yah :D

***
Aku dan Diego sudah berada di dalam mobil setelah dari apartemen Victor.

Aku berusaha membasahi kerongkonganku karena suasana di antara kami terasa sedikit awkward,"ehm, Diego.",hening. Ia hanya merespon dengan deheman yang hampir tak terdengar,"terima kasih.",ucapku sedikit lirih tapi masih bisa didengar olehnya.

"Untuk apa?", ia tampak bingung.

"Karena tadi kau tidak meninggalkanku disana. Dan karena aku merasa kau sudah membelaku dengan menawarkan bantuan untuk membayar biaya pengobatannya.", Diego hanya mengangguk lemah, namun kemudian ia menatap ke arahku sekilas.

"Tidak masalah. Aku tidak suka sikapnya yang mempersulitmu.", nah, aku tidak tahu bahwa Diego adalah laki-laki yang cukup baik. Kurasa.

Aku menerima alasannya, tapi jika ia memang tidak suka Victor mempersulitku lalu untuk apa ia membawaku ke apartemennya?

"Lalu kenapa kau membawaku ke apartemennya?", aku benar-benar penasaran dengan pola pikir bosku ini.

Ia tampak menaikkan sebelah alisnya.

"Tentu agar semuanya jelas. Aku membawamu menemuinya agar kita bisa membicarakan masalah "kecil" ini baik-baik. Victor sahabatku, kau ingat? Aku mengira ia hanya ingin permintaan maafmu atas sikap Dave. Meskipun aku tidak tahu masalah sebenarnya yang terjadi di antara kalian. Bisa kau jelaskan padaku?", Diego kembali menatapku sekilas miminta penjelasanku.

"Aku juga tidak tahu, aku tidak mengingat apapun. Tapi aku percaya pada Dave. Dia bukan tipe orang yang akan menyerang tanpa alasan. Dan jika benar Dave yang memukulnya semalam, kenapa harus aku yang kau bawa untuk menemui Victor? Atau setidaknya kau juga harus membawa Dave bersamaku.", Diego menghela nafas tampak lelah. Mungkin ia tidak ingin terlibat dalam masalah ini. Bagaimana pun Victor adalah sahabatnya.

"Listen Ve. Aku tahu itu, Victor mengadu padaku bahwa karyawanku memukul wajahnya semalam dan dari ciri-ciri yang ia berikan, aku tahu itu si bartender boy. Aku sudah menjanjikan padanya bahwa aku akan memberi peringatan pada karyawanku agar tidak mengulanginya juga untuk meminta maaf padanya. Tapi ia menolaknya mentah-mentah. Ia mengatakan bahwa kau terlibat dalam kejadian semalam dan ia justru memintaku untuk mempertemukan kau dengannya. Aku hanya berusaha mempermudah segalanya jika kau ingin tahu.", ia kembali menghela nafasnya kasar. Apa aku terdengar seperti telah menyalahkannya? Semoga tidak.

"Ia hanya mencari alasan.", gumamku perlahan. Tapi rupanya Diego mendengarnya.

"I know right? Aku rasa ia sengaja ingin bertemu dan mempersulitmu. Aku tahu ia memang sedikit brengsek tapi ini adalah pertama kalinya ia melakukan cara yang paling tidak bermutu untuk mendapatkan seorang gadis, sungguh.", wait. Mendapatkan seorang gadis? Aku?

"Apa maksudmu?"

Diego tersenyum sinis,"Kau tidak buta Ve. Kurasa kau bisa melihat betapa ia menginginkanmu sejak semalam. Ia terus memperhatikanmu saat bernyanyi semalam. Dan aku tahu tatapannya itu. Percayalah padaku. Aku sudah mengenalnya sejak di bangku kuliah."

Oh, jadi mereka berteman sejak kuliah. Pikirku dalam hati.

"Itu tidak mungkin. Aku tahu dia memiliki kekasih yang begitu sempurna.", aku tidak ingin munafik. Memang aku merasa sedikit senang saat Diego mengatakan bahwa Victor menginginkanku. Tapi bagaimana bisa ia menginkan gadis lain saat ia sudah memiliki seorang wanita sempurna disisinya. Jessica. Dia dan Victor sudah menjadi sepasang kekasih sejak di bangku SMA. Dan semua orang tahu bahwa nantinya mereka akan menuju ke pelaminan.

ESCAPEDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang