Seatmate - 3

515 187 45
                                    

"...karena di setiap pertemuan pasti ada perpisahan."
-Orion Marvela-

Selasa, 16 September 2013.

Pagi ini, Vela terbangun. Dia melihat ibunya yang telah terbangun di dekatnya. Vela tersenyum tipis melihat ibunya sedang menghitung uang. Vela berdehem, sang ibu melihat ke arah Vela.

"Ma, Vela boleh minta uang untuk beli alat tulis gak? Hari ini ujian MTK, jadi tiap siswa disuruh bawa pena, pensil, penghapus, penggaris, jangka, busur, dan alat tulis lainnya."

Mendengar itu, sang ibu menggeleng, "Ibu belum punya uang buat kamu, Vel. Uang ini untuk biaya hidup kakakmu yang lagi kuliah di Jawa."

"Pinjem punya temenmu aja."

Vela menggeleng, mengingat bagaimana pertemuan terakhirnya bersama Marvel kemarin yang berlangsung buruk.

"Enggak bisa, Bu. Teman sebangku Vela waktu ujian itu nyebelin. Kemarin aja, Vela gak bisa ikut ujian karena dia ngajak ribut sama Vela," ujar Vela pada ibunya.

"Ya terus? Ibu harus ngorbanin uang ini buat kamu?"

Vela menunduk lesu. Ia terdiam beberapa saat. Setelahnya, ia memilih untuk mengalah.

Akhirnya, Vela pun memutuskan untuk mandi dan segera bergegas ke sekolah. Menghembuskan nafasnya secara kasar, Vela langsung berdiri dan pergi ke kamar mandi. Sebelum mencapai pintu keluar kamar, Vela memejamkan matanya sejenak. Dengan lirih, dia berkata, "mau sampai kapan Ibu seperti ini ke Vela, Bu?"

***

Sama seperti biasanya, Vela memasuki gerbang sekolahnya dengan riang. Vela di sekolah memang berbeda dengan sikap Vela di rumah. Di sekolah, dia menjadi lebih ceria.

Ia memasuki ruang ujiannya. Tak lama setelah ia masuk ruangan ujiannya, bel berbunyi dan pengawas ujian memasuki ruangan ujian itu. Vela melirik bangku yang berada di sebelahnya, bangku yang diduduki oleh Marvel. Dengan ragu, Vela memanggilnya, "Dora."

Marvel melihat ke arah Vela dengan malas, "apaan sih, Rion?" Vela menunjukkan deretan giginya yang rapi itu, "ntar gue boleh minjem alat tulis lo gak?"

Dengan cepat, Marvel berkata, "enggak!"

Vela memanyunkan bibirnya, "Dora, lo kok pelit banget sih! Gak ada salahnya kali minjemin alat tulis ke orang."

"Rion, lo kok maksa banget sih jadi orang?!"

"Bukan gue yang maksa kali, Dor. Lo nya aja yang pelit sama gue!" ujar Vela sambil menunjuk muka Marvel.

"Kemarin, saya baca berita acara. Disana tertulis bawa Orion Marvela dan Pandora Marvela tidak boleh mengikuti ujian tengah semester dikarenakan ribut. Kalian mau mengulangi kesalahan yang sama, Mr. and Mrs. Marvela?"

Dalam sekejap, tubuh mereka berdua menengang. Ini kedua kalinya mereka di tegur pengawas ujian karena ribut. Vela menundukkan kepalanya dan bergumam, "memangnya, apa susahnya sih bagi lo buat minjemin itu ke gue?"

"Yaudah, ntar gue pinjemin."

Vela menunjukkan jejeran giginya yang rapi. "Thanks, Dora," ujarnya.

Marvel hanya tersenyum, lalu mulai mengerjakan soal-soal ujian tengah semesternya.

Beberapa lama kemudian, Vela memanyunkan bibirnya.

"Dora," ujarnya memanggil Marvel.

Namun, orang yang di panggil tak kunjung melihat ke arahnya.

"Doraaa."

Masih tidak di respon. Dia mendengus kesal dan kembali memanyunkan bibirnya.

"Marvel!"

Marvel melihat ke arah suara yang berasal dari belakangnya. Vela makin merasa kesal, kenapa pada saat dia memanggil Marvel tidak kunjung melihat ke arahnya?

"Kenapa, Randi?"

"Vela, tadi manggil lo. Lo gak denger?"

"Oh."

Lalu, Marvel melihat ke arah Vela, "Apa Ri?" Vela mendengus kesal, "Gak jadi!"

"Jangan ngambek dong, Ri. Apaan? Lo mau nyontek? Kan paket kita beda. Lo itu gimana sih, Ri?" ucap Marvel dengan suara pelan.

Vela mendelik. "Ih! Siapa juga yang mau nyontek. Gue cuma mau nanya tau!"

Marvel tersenyum miring, "Nyontek sama nanya itu sama, bego!"

Vela menghela napas panjang. Ia rasa, akan lebih baik jika ia mengalah.

***

Vela keluar dari ruang ujian. Dia bertemu dengan sahabatnya yang bernama Salsha. Salsha mengerutkan keningnya, "lo gak mau salam perpisahan sama Orlando, Vel?"

"Salam perpisahan apaan sih, Sha?" tanya Vela bingung.

"Hah?! Jadi lo gak tau, kalau Orlando mau pindah keluar kota?"

Vela menggelengkan kepalanya. Melihat respon dari sahabatnya itu, Salsha menghembuskan nafasnya, "lo kok bego sih, Vel?! Jelas-jelas nama depan lo O sama kayak Orlando. Ya pastinya, kalau dia masih tetap akan sekolah disini, dia ikut ujian dan seruang sama lo. Lo selama ujian gak pernah ngeliat dia kan? Nah, alasannya karena besok dia pindah sekolah."

"Mendingan lo sekarang susulin dia gih, di ruang guru," lanjut Salsha penuh keyakinan.

Tetapi Vela hanya meresponnya dengan gelengan, "Gak usah deh, Sha. Lagian, kalo dia nganggep gue salah satu temen terbaiknya, dia pasti ngasih tau gue, 'kan?" Setelah mengatakan itu, Vela pergi meninggalkan Salsha disana.

***

Di sisi lain, Orlando duduk di sebuah ruangan guru menunggu surat pindah nya keluar. Orlando mengingat Vela, seseorang yang pertama kali ia kenal di sekolah yang sebentar lagi akan ia tinggalkan ini.

Beberapa saat kemudian, ia telah mendapatkan surat pindahnya. Dia segera beranjak pergi meninggalkan sekolahnya ini.

Kemudian, dia berbalik arah menuju ke lapangan tempat dimana kini Vela mengikuti pelajaran olahraga. Dia mengamati gadis itu dari kejauhan. Tak jarang, dia tersenyum kecil.

Tanpa ia sadari, ia telah menghabiskan banyak waktu untuk melihat Vela dari kejauhan. Dan tanpa ia sadari pula, Vela melihat dirinya. Vela menyadari bahwa ia sedang diperhatikan.

Tak terasa, Vela telah selesai mengikuti pelajaran olahraga. Lapangan kini telah sepi, tetapi entah kenapa Vela masih berada di sana. Vela kini menghadap ke arah Orlando begitu juga sebaliknya, Orlando juga melihat ke arah gadis itu.

Dengan langkah yang mantap, Orlando maju ke depan dan berdiri di hadapan Vela. Orlando tersenyum kaku, lalu berkata, "Sorry, Vel. Gue baru ngasih tau lo, besok gue pindah sekolah keluar kota. Maaf ngasih tau lo mendadak gini."

Vela hanya mampu tersenyum tipis. "Gapapa sih. Gak masalah juga kalau lo gak ngasih tau gue," ujar Vela penuh penekanan.

"Udah dulu ya, gue mau balik ke kelas," lanjutnya. Vela pun berbalik arah, tetapi tangannya dicegah oleh Orlando. "Tunggu gue kembali, okay?"

Dengan yakin, Vela menganggukkan kepalanya, lalu melepaskan tangannya dan tangan Orlando. Setelah itu, Vela pergi ke kelasnya, demikian juga dengan Orlando yang pergi meninggalkan sekolah.

***

SeatmateWhere stories live. Discover now