Seatmate - 4

469 166 22
                                    

"Anak kecil gak boleh pacaran."
-Orion Marvela-

Rabu, 17 September 2013.

Tanpa ragu, Vela masuk ke kelas yang berada di kelas nya, yaitu kelas VII B. Disana, terlihat Salsha yang kaget atas kedatangan sahabatnya, Vela. Mereka memang sudah bersahabat sejak dari Sekolah Dasar.

"Eh Vela, nyariin Orlando ya? Kan dia udah pindah, lagian juga biasanya dia yang ke kelas lo," celetuk Salsha dengan santainya.

Vela melotot horror ke arah Salsha. Salsha hanya menunjukkan cengirannya itu, "peace, bro! Gitu aja mata lo sampe mau keluar, woles aja kali, Vel."

"Woles-woles lo kira balsem!"

"Hah? Kok jadi balsem sih, Vel?" tanya Salsha.

Sementara itu Vela menunjukkan deretan giginya dan berkata, "Balsem kan diwoles, Sha."

Salsha hanya terdiam sejenak, lalu kembali mengeluarkan suaranya, "Vel, lo kok bego sih? Balsem itu dioles bukan diwoles."

"Ya, itu kan mirip. Cuma beda W doang," celetuk Vela.

"Terserah lo deh, Vel. Gue cuma heran, sahabat gue yang satu ini kok goblok sih? Anehnya, kok bisa sih si Orlando kayaknya suka sama lo," ujar Salsha.

"Hah? Suka apaan, Sha?"

"Ya suka, Vel. Ehm gimana ya bilangnya. Intinya sih, kalo suka berarti ada kemungkinan buat jadian."

Vela mengerutkan keningnya. "Jadian apaan lagi sih, Sha?" tanyanya.

"Pacaran," balas Salsha singkat.

Sontak, mata Vela membulat. Ia memukul pelan lengan Salsha. "Apaan sih, Sha. Kita 'kan masih kecil, ngapain coba bahas pacar-pacaran," ucapnya.

"Yaelah, Vel. Kita ini udah SMP loh. Anak SD aja udah pada ngerti pacaran. Masa elo kagak."

Vela berdecak sebal. "Ngapain coba elo nyontoh anak SD yang sesat itu?! Denger ya, Sha, kita itu masih kecil, gak boleh pacaran," tukasnya.

"Jadi bolehnya kapan dong?"

Kening Vela berkerut. Ia tampak berpikir. "Ehm, mungkin pas SMA?" ucapnya dengan ragu. Salsha mengangguk-angguk tanda menyetujuinya.

"Jadi pas SMA lo bakal pacaran sama Orlando?"

"Ya mana gue taulah, Sha! Gue 'kan bukan cenayang."

"Kalo bisa jangan ya, soalnya gue suka sama dia," ucap Salsha sambil tertawa cekikikan.

Vela mendengus sebal. Sahabatnya ini benar-benar menjengkelkan. Salsha masih terus saja membahas tentang rasa suka, padahal ia sudah mengatakan bahwa belum waktunya bagi mereka untuk membahas itu.

"Ekspresi lo gitu amat sih, Vel," ucap Salsha sembari mengerucutkan bibirnya.

"Ya elo sih, 'kan udah gue bilang kalo kita masih kecil buat bahas ginian."

"Tapi sebenernya gapapa loh, Vel. Wajar loh cinta monyet gini," ucap Salsha membela diri.

"Ya, ya, ya, terserah elo deh." Vela mengalah lagi. Sepertinya, Vela memang selalu ditakdirkan untuk mengalah pada siapa saja. Dan sekarang, Salsha tersenyum penuh kemenangan.

Bel masuk berbunyi membuat Vela langsung berpamitan pada Salsha untuk kembali ke kelasnya. Sebenarnya, ia tambah merasa jengkel karena waktunya habis dengan sia-sia karena membahas hal yang seharusnya tidak mereka bahas saat ini. Namun apa boleh buat, waktu tak dapat diputar kembali. Lagi pula, Vela sudah bersikeras menghentikan Salsha untuk membahas soal pacaran. Tetapi, Salsha sepertinya sudah terkontaminasi generasi micin yang telah pacaran sebelum waktunya.

"Gue balik ke kelas dulu ya, Sha. Udah bel soalnya," ucapnya.

"Yaelah Vel, baru aja bunyi itu bel. Kelas lo 'kan deket banget dari sini. Entar lagi gapapa kali, santai aja, gak bakal telat kali."

Vela menggelengkan kepalanya dengan tegas. "Disiplin itu penting loh," ucapnya.

Salsha mencibir dengan maksud bercanda. Keduanya lalu tertawa bersama. "Yaudah, sana, hati-hati. Kalo jatuh, berdiri sendiri, ya!" ucap Salsha sembari menyengir lebar.

Vela mengangguk lalu bergegas pergi. Mendengar perkataan Salsha mengingatkannya pada kejadian beberapa waktu yang lalu, saat ia jatuh di dekat Marvel. Kejadian yang terasa memalukan bagi Vela saat ini.

***

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jun 24, 2018 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

SeatmateWhere stories live. Discover now