Part 5

3.9K 163 1
                                    

Saat aku mendongak, aku melihat mata itu lagi. Mata dengan iris hitam terang yang bersinar. Sangat indah. Aku terpaku beberapa saat menatap mata itu. Mata yang membuatku jatuh cinta. Mata tajam dan tegas namun dibalik semua itu aku tau tersimpan kelembutan dan ketulusan.

Hatiku berdebar kencang saat pertama kalinya melihat lebih dekat dan lebih lama. Darahku berdesir. Nafasku tertahan. Getaran ini. Sungguh aku tak pernah merasakan ini sebelumnya. Fall in love? Mungkin saja.

Aku tak pernah merasakan apa itu cinta? Aku juga tak mengerti artinya. Aku hanya mendengar dari orang saja.

Cinta itu buat kamu bahagia sekaligus tersakiti. karena cinta tak sesempurna itu, yang selalu berakhir bahagia. Tidak. Itu hanyalah omong kosong. Cinta hanya buat kamu menderita.

Itulah mengapa aku tak ingin merasakan cinta, buat apa mencintai jika harus tersakiti? Aku tak ingin merasakan sakit itu. Aku takut merasakan sakitnya jatuh cinta. Tapi bukankah itu resiko awalnya? Jika kamu berani jatuh cinta, berarti kamu juga harus berani tersakiti.

Tapi lagi lagi mata hitam terang teduh itu membuatku merasakan ada sesuatu yang aneh di diriku. Sungguh aku tak mengerti. "Ah mungkin menganggumi saja bukan fall in love"sanggah Keenan.

Buru-buru aku tersadar dari lamunan ku karena mata hitam terang itu menatap ku lama. Tersirat kebingungan di tatapannya. Mungkin dia aneh melihatku yang menatapnya lama tanpa berkedip. Oh Astaga. Aku tak ingin dia mendengar detak jantungku. Akuuu maluuu ya Tuhan...

"Terima kasih"ucap ku parau habis menangis.

"Its okay, lo baik-baik aja? Siapa yang ngelakuin ini ke lo"

"Haters mungkin" aku hanya mengedikkan bahu tak tahu.

"Oh gitu" aku hanya mengangguk.

"Ayo keluar" ucapnya. Ia mengulurkan tangannya dan menarikku berdiri.

"Thanks" ucapku tulus. Dia hanya mengangguk dan pergi ninggalin aku yang masih mematung mencoba mengatur detak jantungku. Aku menghembuskan nafasku dan pergi dari toilet terkutuk ini. Tapi sebelum itu, aku membersihkan mukaku yang kusut ini.

***

Aku selalu memikirkan cowok itu. Sepertinya aku pernah melihatnya. Sosok itu tak asing di otak Keenan. Dimana gue ngeliat tu cowoknya? Ehmm oh yaa dia kan yang manggil gue di kantin itu terus kalau gak salah tu cowok kan yang bantu cewek di jalanan kemarin. Gue baru ingat. Ya iyalah gimana bisa ingat kalau gak pernah kenal terus sekilas lagi ngeliatnya. Ishhh.

Keenan hanyut dalam pikirannya, bahkan ia tak sadar telah sampai di parkiran mobilnya hingga ia tidak sengaja menabrak sebuah mobil yang teparkir.

"Astaga ngangetin aja sih" gerutu Keenan kesal.

"Hah? Gue tadi ngapain sih kok gak sadar udah di parkiran gini" gerutu Keenan lagi.

Keenan membuka pintu mobilnya namun tak sengaja matanya menangkap seseorang yang sedari tadi dipikirnya sedang mengobrol dengan seorang cewek.

"Cewekk??? Bukankah itu Ayra??? Masa sih? Gak mungkin. Ahhhh bomat banget gue pusing pasti itu cuman orang yang mirip Gavin Ayra.. iiyaaa pasti gitu" ucap Keenan seraya pergi meninggalkan pelataran sekolah.

***

"Kamu udah gak papa Ay?" Ucap Gavin lembut.

"Iya kak, cuman lecet doang. Tunggu kering aja nih lukanya"ujar Ayra.

"Ehm bagus deh, ya udah kamu mau pulang? Aku anterin aja."ajak Gavin.

"Gak usah repot-repot kak. Aku bisa naik taksi kok"tolak Ayra halus.

"Gak kok, ayo aku antar. Itu motor ku disana" Ayra pun menerima ajakan Gavin itu dan melaju pergi.

"Ehmm makasih kak udah nganterin. Maaf ngerepotin"kata Ayra ketika sampai di depan gerbang rumahnya.

"Gak kok, oh ya besok aku jemput kamu ya."

"Heh? Gak usah kak beneran. Aku bisa kok pergi sendiri."

"Aku gak nerima penolakan. Yasudah aku pergi dulu. Sampai jumpa besok"

Ayra melihat punggung Gavin yang menjauh dengan tersenyum. Ia merasakan kupu-kupu beterbangan di perutnya saat Gavin memerhatikannya bahkan mengantarkannya pulang. Bahagia. Mungkinkah ini cinta pandangan pertama?

Ayra melangkah ke rumahnya dengan senyum yang masih terbit di bibir ranumnya itu.

"Lo kenapa senyam senyum gitu Ay? Cieee jatuh cinta ya. Tadi kakak liat kamu dianter Gavin. Ehmm gak jomblo lagi ni yee"canda Ara. Kakak Ayra.

"Siapa yang senyam senyum? Sembarangan."

"Ya udah kalau gak mau ngaku. Yang penting semangat ya moga taken"canda Ara. Ara kelas 12 IPS 2 satu sekolah dengan Ayra. Ara sangat menyanyangi adiknya itu. Ia selalu menjaga dan melakukan apapun untuk Ayra semenjak ayahnya pergi meninggalkan mereka selamanya. Ara hanya memiliki ibu dan adik. Hanya itu yang harta berharga yang ia miliki. Semoga adiknya itu bahagia dengan Gavin. Semoga.
***

Gavin duduk di balkon kamarnya. Pandangannya menerawang ke kejadian kemarin dan tadi pagi. Entah mengapa ia merasakan dirinya berbeda ketika berhadapan dengan gadis itu. Ayra Fanya. Nama itu selalu terngiang di otak gantengnya. Sukses membuat dirinya seperti orang berbeda. Senyum senyum sendiri.

"Ahhhh gue kenapa sih. Senyum-senyum sendiri."gerutu Gavin mengacak rambutnya frustasi. Ia mengedarkan pandangannya ke sudut kamarnya dan pandangannya terjatuh pada sebuah benda yang tergeletak di nakas.

"Ehmm gue sms aja kali ya"

Besok aku jemput ya.
Pesan itu terkirim ke Ayra. Gavin harap harap cemas. Sebenarnya ia tidak pernah sampai begininya ke cewek. Aneh.

"Ehmmm" dehem seseorang memudarkan senyum Gavin yang indah itu.

"Bisa kan ngetuk dulu!"

"Hehehe maaf bang, lagian abang sih Karin ketok pintunya gak nyahut-nyahut ya udah Karin masuk aja" cengir Karin -adik Gavin-

Gavin memutar bola mata malas. "Ada apa kamu kesini? Tumben"

"Hehehe. Mau minta bantuan bang, susah banget tuh pr."ujar Karin memohon.

"Gak kerjain aja sendiri."

"Ihhh abang, ya udah aku bilangin mamah kalau abang udah punya cewek kelas 10. Makanya senyam senyum sendiri" kata Karin menjulurkan lidah.

Gavin terlonjak kaget. "Darimana kamu tahu abang deket sama anak kelas 10? Tapi abang gak pacaran ya"

"Namanya Ayra Fanya kan bang."

"Kamu tau darimana?"tanya Gavin lagi.

"Hehehe she's my chairmate"cengir Karin.

"OH YA???? ya udah abang bantuin asalkan kamu bantuin abang ya deket dengan Ayra"

Karin melongo sekaligus mengerutkan kening dalam. "Gak salah denger?"

"Nope"

"OMG !!kemana bang Gavin yang dingin kaya es batu itu? Kenapa bisa gayanya kaya lenong gini"celutuk Karin asal.

"Language, please!"

"HEHE sorry sir. Okay, now you must help me."ucap Karin menyodorkan buku ke Gavin.

TBC

Night Is Gone AgainWhere stories live. Discover now