Part 10

3K 142 0
                                    

"Ayra kenapa?"

"Ayra kritis Vin"

"Lo kenapa gak bilang gue? Dimana dia sekarang?"tanyaku cemas. Ara menunjukkan ruangannya.

Aku langsung masuk ke ruangan itu. Aku melihat gadisku terbaring lemah dengan alat-alat yang terpasang di badannya. Aku mendekatinya. Hatiku sakit melihatnya seperti ini.

"Sayang kamu kenapa? Kok bisa kaya gini? Bangun dong sayang, kamu gak cinta lagi sama aku? Kamu gak mau lagi pergi jalan-jalan sama aku? Makan bareng? Kamu gak mau" aku menggenggam tangan Ayra. Dingin. Sungguh aku tak sanggup melihatnya. Akhirnya air mata yang ku tahan sedari tadi mengalir di pipiku. Aku Gavin Kusuma si laki-laki es pertama kalinya menangis untuk seorang perempuan? .

"Ay ayo bangun sayang" aku menatap wajahnya yang damai.

Cklek. Ara masuk.

"Vin, Ayra tadi pagi pingsan lagi jadi ibu membawanya kesini"

"Lagi?"

"Iya, dia kemarin malam pingsan."

"Lo kok gak bilang ke gue?"emosi Gavin.

"Kata ibu gak usah kasih tahu elo. Lagian udah malam."

"Terus Ayra sakit apa?" Kata Gavin yang mulai sedikit tenang. Ara terdiam sesaat dan air mata mengalir di pipinya sebelum menjawab pertanyaanku.

"Kenapa dengan Ayra?"tanyaku mendesak.

"A..ra meng..idap kan..ker ot..ak vi...n"ucap Ara terbata sambil menangis terisak.

Ucapan Ara bagaikan sebuah peluru yang menembus tepat di jantungku. Sakit. Bagaimana bisa Ayra harus mengidap penyakit mengerikan itu. Dan dia tidak bilang apapun kepadaku? Aku hanya menatap datar Ara.

"Sejak kapan Ayra ngidap penyakit itu?"

"Kata dokter sudah lama cuma baru tau sekarang"

"kok bisa?"

"karena gejala kanker itu kita gak tau. kita nganggapnya biasa dan sekali tau langsung diagnosa kanker stadium 3"

Aku terdiam. Ara terdiam. Tak ada yang berbicara setelah itu.

***

AYRA POV

Aku mengerjapkan mataku, menatap sekeliling ruangan. Ini bukan kamarku. Lalu aku dimana? Tenggorokanku terasa perih. Aku haus. Aku perlu air.

Aku merasakan tanganku digenggam seseorang. Aku tersenyum tipis melihat orang yang menggenggam tanganku. Gavin. ia balik tersenyum kepadaku.

"Kamu haus? Aku ambilkan ya"tanyanya khawatir.

"Nih minum dulu." Gavin membantuku meminum air. Lega.

"Makasih"ucapku lirih sambil tersenyum kearahnya. Tapi aneh ia tak balas tersenyum? Ada apa? Apa aku buat kesalahan hingga dia marah sama aku?

"kamu kenapa?"tanyaku bingung melihat raut wajahnya yang datar dan menahan marah? Aneh sekali.

"Kenapa kamu gak bilang sama aku kalau kamu sakit?"ucapnya datar. Aku sedih mendengar nada datarnya itu. Aku tak pernah ia berbicara seperti itu padaku. Untuk pertama kalinya aku mendengar suara datar itu akibat kesalahanku. Aku mencoba tenang menjawab pertanyaannya tapi tak ku sangka respon terhadap jawabanku membuat ia membentakku lagi.

"Gak papa vin"ucapku terbata menahan tangis yang sebentar lagi mungkin akan pecah.

"Gak papa gimana?"bentaknya. Aku tak sanggup menahan tangisku akhirnya aku menangis. Matanya memancarkan rasa bersalah karena membuatku menangis.

Night Is Gone AgainWhere stories live. Discover now