Part 3

2.6K 208 3
                                    

-Adrina-

Aku menatap laki-laki yang sekarang sedang mengulurkan tangannya padaku. Ya, Sean. Aku tersenyum kecut. Rasa sakit efek serangan dadakan dari hantu itu masih menjalar di tubuhku. Aku menerima uluran dari Sean.

Dia tersenyum kecil kepadaku, "Kau harus lebih berhati-hati, kamu tidak apa-apa?" Ucapnya padaku sambil menatapku dengan tatapan khawatir.

"Aku gak papa, makasih udah nyelamatin aku."

Aku sangat-sangat bersyukur, Sean datang menyelamatkanku. Jik tidak, apa jadinya aku? Apa aku sekarang sudah mati jika tidak ada Sean? Ngomong-ngomong tentang mati, aku jadi teringat tulisan di buku pemburu hantuku LAGI.

"Tanganmu.. Berdarah," ucap Sean sambil melihat tanganku

Aku melihat tanganku. Ada darah memang, tapi tidak terlalu banyak. Aku saja tidak sadar tanganku terluka.

"Kamu benar tidak apa? Mau aku obatin gak tangannya?"

"Iya gak papa. Aku bisa obatin kok dirumah. Lagian juga gak parah kok."

"Baiklah," ucap Sean akhirnya.

Sean masih berdiri dihadapanku. Aku bingung apa yang harus kulakukan sekarang.

"Baiklah, sekarang aku akan balik ke rumah, sampai jumpa besok," ucapku akhirnya.

Sean hanya mengganggukkan kepalanya. Terlihat tidak berniat membalas ucapanku.

Aku memejamkan mata dan mengucapkan mantra. Sedetik kemudian, aku sudah kembali ke kamar tidurku, tempat yang paling nyaman menurutku di dunia ini.

Kejadian tadi masih teringat di kepalaku. Aku malu! Bagaimana bisa, aku yang selama ini sudah bertahun-tahun menjadi pemburu hantu kalah dengan laki-laki yang baru menjadi pemburu hantu kemarin? Mau ditaruh mana mukaku? Tapi, jujur saja, aku merasa bingung. Dia kan baru jadi pemburu hantu, tapi kekuatannya sudah seperti itu.

Aku melirik jam dinding di kamarku. Jam 09.30. Aku memejamkan mata dan akhirnya aku pergi ke alam mimpi.

- Author-

Adrina menundukkan kepalanya. Ia malu! Tapi ia masih tetap mendengarkan ocehan dari mulut Sean.

"Kenapa kamu menundukkan kepala terus? Apa wajahku menakutkan bagimu?" Tanya Sean kepada Adrina yang membuat Adrina langsung mengangkat wajahnya.

Sean tersenyum puas melihat Adrina mengangkat kepalanya.

"Sean... Aku mau nanya sesuatu," ucap Adrina ragu-ragu

"Ya.. Silakan saja."

"Dari cara kamu mengelak dan menggunakan kekuatan kamu, kamu kelihatan sudah menjadi pemburu hantu bertahun-tahun, padahal kamu baru jadi pemburu hantu. Kok bisa seperti itu?"

Pertanyaan Adrina membuat mimik Sean langsung berubah. Ia terlihat tidak suka ditanyai seperti itu.

Adrina yang melihat perubahan mimik Sean langsung berkata ,"Kalau kamu gak mau jawab juga gak papa kok."

"Maaf, tapi suatu saat nanti aku pasti akan menjawabnya," ucap Sean yang dianggapi anggukan oleh Adrina.

-

Buku pemburu hantu Adrina berwarna merah, tapi Adrina tidak menyadarinya. Ia masih tetap sibuk mengerjakan PRnya. Mulutnya sesekali menguap lebar, ia juga sesekali mengucek-ngucek matanya. Ia merasa pusing mengerjakan PR dari gurunya itu. Ia sama sekali tidak mengerti.

Akhirnya ia beranjak dari meja belajarnya ke tempat tidurnya. Sebelumnya, ia melihat buku pemburu hantunya yang berwarna merah. Dengan cekatan ia mengambilnya dan membukanya. Tertulis di lembar pertama.

Waktumu berkurang satu hari.

Lagi-lagi ia dibuat bingung dengan tulisan di buku pemburu hantunya.

Apa aku akan mati? Apa hari hidupku berkurang satu hari? Kenapa? Apa aku melakukan kesalahan? Tidak kan?

Berbagai pertanyaan muncul di benak Adrina. Adrina akhirnya memutuskan untuk tidur.

-
Adrina mengawali paginya dengan senyuman. Jika memang ia akan mati, ia akan menikmati hidupnya.

Ia berjalan terus menuju kelasnya. Adrina akhirnya berhenti di depan kelasnya. Tapi ia tidak memasuki kelasnya. Matanya melebar, melihat hantu yang ada di dekat pintu kelasnya.
Hantu itu memakai gaun panjang berwarna putih. Wajahnya sangat cantik dengan rambut yang sedikit bergelombang. Tingginya kira-kira hampir mirip dengan Adrina, hanya lebih beberapa cm dari Adrina. Ia bukan takut pada hantu itu! Ia merasa kenal, dekat dengan hantu itu.

Hantu itu memandanginya dengan sedih. Merasa dilihat terus oleh Adrina, ia menundukkan kepalanya lalu berjalan keluar sekolah.

Adrina merasa yakin, ia kenal dengan hantu itu. Ingatannya seperti berputar-putar di kepalanya.

Mulutnya melongo. Ia ingat! Sesosok wanita yang ia sangat cintai. Sesosok wanita yang ia tau sangat menyayanginya dengan sepenuh hati.

Mamanya!

------------------------------------------------------

Terimakasih yang udah mau baca cerita ini. Jangan lupa vote dan comentnya ya!

Pemburu Hantu [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang