Part 13

1.4K 121 0
                                    

Hari ketiga dalam waktu lima hari

Adrina membuka matanya. Hari ini yang pertama kali dia ingat adalah Sean yang menghilang. Pikirannya pagi- pagi sudah kacau karena memikirkan itu. Tidak adanya Sean membuat dirinya takut untuk menghadapi hantu Willys Brande, karena Seanlah yang membantunya selama ini.

Dia memandang langit- langit kamarnya sejenak, kemudian ia beranjak dari tempat tidurnya. Semalam saja ia tidak bisa tidur dengan nyenyak karena memikirkan Sean yang hilang seperti di telan bumi.

Ia pergi ke kamar mandi dan membasuh wajahnya dengan air. Setelah itu, ia pergi ke tempat disimpannya buku- buku pemburu hantunya, sekedar untuk menenangkan pikirannya.

Ia duduk dikursi yang terletak di tengah- tengah ruangan dan berada di depan lemari buku- bukunya. Ia menenggelamkan kepalanya di lipatan tangannya. Ia suka berdiam diri disini saat pikirannya tidak tenang. Tempat yang sunyi hanya ada bunyi burung- burung yang bernyanyi- nyanyi, angin yang menerpa rambutnya, itu menurut Adrina tempat yang sangat nyaman.

Ting.. Ting..

Buku pemburu hantunya berbunyi. Ia mendekati buku pemburu hantunya dan membukanya di lembar pertama.

Rodi Binson
Tempat perkumpulan para hantu

Dahinya berkerut. Tempat perkumpulan para hantu? Ia baru pertama kali mendengarnya. Selama ini ia tidak tau bahwa hantu- hantu juga ada tempat perkumpulan. Adakah Sean disana? Pertanyaan itu sempat hinggap di kepalanya.

Ia segera memejamkan matanya dan mengucapkan mantra. Sedetik saja ia sudah berada di tempat yang belum pernah ia temui.

Bau harum khas bunga tercium di hidung Adrina. Ia melihat sekelilingnya, ia merasa sangat takjub. Taman kecil dengan penuh bunga, di tengah- tengah taman itu terdapat air mancur.

Tapi sedetik kemudian, ia tersadar apa yang akan ia lakukan disini. Matanya lagi- lagi bergerak memandang sekeliling, tapi dengan tujuan yang berbeda. Ia mencari hantu yang berada disekelilingnya.

Angin kencang berhembus. Sekejab saja, muncul hantu yang sekarang sedang menatapnya sambil menaikkan kedua alisnya.

"Wah.. ini pertama kalinya aku melihatmu, Adrina.." ucap hantu itu.

Adrina terkejut hantu itu mengetahui namanya. Bagaimana ia bisa mengetahui namanya?

"Bagaimana kau bisa mengetahui namaku?" Tanyanya dengan rasa penasaran yang tinggi.

"Memangnya siapa yang tidak mengenal Adrina? Perempuan yang menjadi incaran 'Willys Brande' ketua hantu kita."

Jantung Adrina terpompa lebih cepat. Willys Brande lagi? Adrina menghela nafas.

"Oh ya.. dan juga temanmu entah namanya siapa sekarang sedang dikurung Willys Brande."

Adrina terkejut. Temannya? Jangan- jangan.... Sean?

"Dimana dia sekarang? Beritahu ku!" Tanya Adrina, nada bicaranya sudah meninggi.

"Aku tidak akan memberi taumu. Dan juga.. jika kau mengetahuinya, percuma."

"Apa maksudnya?"

"Karena tempat itu dilindungi oleh kekuatan hantu. Jadi tidak bisa sembarang orang yang masuk."

Adrina meremas ujung kaosnya. Sial!

"Baiklah.. ingat tujuanmu kesini, untuk membunuhku kan? Kalau begitu ayo kita bertarung dan melihat siapa pemenangnya Adrina."

Sedetik kemudian mereka sudah bertarung mati- matian. Adrina mengeluarkan kekuatannya tanpa merasa takut. Tubuhnya dengan lincah mengikuti gerakan hantu itu dan mengeluarkan kekuatannya. Dan.. kena. Tapi lagi- lagi Adrina dibuat terkejut. Hantu itu tidak merasa kesakitan sama sekali, persis seperti Willys Brande.

Mati kau Adrina, ucap Adrina dalam hati.

"Aku tidak selemah yang kau bayangkan. Aku Rodi Binson, wakil ketua hantu," ucapnya sambil menyeringai.

Tapi ia tidak putus asa, ia teringat kata- kata Sean. Kata- kata itu selalu ia ingat di kepalanya.

Jangan takut mengeluarkan kekuatanmu. Fokus, hilangkan rasa takut itu. Dia tidak sehebat itu. Dan.. aku cukup tau kelemahannya, kekuatan Elysdendra.

Kekuatan Elysdendra?! Bisa saja itu kelemahan hantu ini juga, batin Adrina.

Ia menaruh kedua tangannya di depan dada sambil memejamkan matanya. Disekelilingnya berkumpul putih- putih seperti kapas. Hantu itu mengeluarkan kekuatannya dan mencoba menyerang Adrina, tapi putih- putih itu seperti memantulkan kembali kekuatan hantu itu. Adrina membuka matanya dan ia mendorong kedua tangannya kearah hantu itu.

Hantu itu tidak menghindar. Tubuhnya terjatuh ke belakang. Adrina tersenyum puas, ia tidak menyia- nyiakan kesempatan itu.

Adrina mengambil botol di sakunya dan membukanya. Sebelum membukanya, ia berkata "Aku tidak selemah yang kau bayangkan juga Rodi Binson, beri tahuku dimana temanku!"

Hantu itu melihat Adrina, ia tampak ragu untuk menjawab pertanyaan Adrina.

"Di gedung tempat perkumpulan hantu.. aku tidak akan memberi taumu dimana letak gedung itu. Dan juga.. kau tidak akan bisa masuk kesana," ucapnya setelah itu Adrina membuka botol yang sekarang sedang dipegangnya, tubuh hantu itu tersedot kearah botol.

Adrina menutup botol itu, lalu ia memandang lagi ke sekeliling taman itu. Matanya berhenti pada sebuah batu yang ada di ujung taman. Dia mendekati batu itu dan menggesernya, batu itu tidak seberapa besar, jadi Adrina saja bisa menggesernya.

Dinding yang dibelakang batu bergeser dan tampaklah sebuah jalan yang besar. Tanpa ragu Adrina melangkahkan kakinya masuk lebih dalam lagi. Ia tidak takut sama sekali, ini demi sahabatnya, Sean.

Saat masuk lebih dalam, Adrina melihat sebuah gedung yang sangat besar. Gedung itu bercat putih. Ia mendekati gedung itu, sampai di depan pintu, tubuhnya terdorong ke belakang.

Inikah yang dimaksud hantu tadi? Tidak bisa sembarang orang masuk? Ahh... bagaimana ini?

"Diammm!!!!! Bebaskan aku dari sini Willys Brande!" Ucap seseorang dari dalam gedung, suaranya sangat besar.

Adrina merasa ia mengenal suara itu. Suaranya tampak tidak asing di telinga Adrina.

Itu.. suara Sean?

"Seannnn!!!!" Teriak Adrina tanpa takut, yang terpikir olehnya adalah menyelamatkan Sean.

Drekkk!

Pintu itu terbuka dari dalam. Dan tampaklah hantu yang selama ini ditakuti oleh Adrina. Willys Brande.

"Wahhh.. aku tidak meyangka kau mau repot- repot datang kesini hanya untuk menemuiku Adrina."

"Aku tidak mau menemuimu! Bebaskan Sean!" Emosi sudah meluap- luap di tubuh Adrina.

"Tidak akan P.E.R.N.A.H"

"Bebaskan diaaa!!!!"

"Bagaimana kita bertarung dulu sebelumnya? Begitu lebih baik."

"Adrina!! Pergi! Pakai kekuatan berpindah tempatmu!" Ucap Sean dari dalam, dari tadi ia mendengar percakapan mereka, saat itu juga Willys Brande sudah mendekat dan bersiap- siap menyerang Adrina.

Kekuatan berpindah tempat Adrina hanya bisa dipakai saat mendapat panggilan untuk berburu hantu, jadi.. saat buku pemburu hantunya tidak berbunyi, ia tidak bisa berpindah tempat.

Adrina tampak bingung, apakah ia memakai kekuatan berpindah tempatnya atau bertarung dengan Willys Brande?

***

Gimana cerita part ini? Semoga kalian suka deh.

Terimakasih yang sudah vote n coment!

Jangan lupa ya vote dan comentnya! Aku tunggu lho!

Pemburu Hantu [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang