Part 14

1.4K 123 0
                                    

Adrina tidak ingin pergi begitu saja sedangkan Sean masih dikurung Willys Brande. Tapi.. bagaimana jika ia tidak berhasil melawan Willys Brande? Pasti ia juga akan mengikuti jejak Sean dan ia tidak mau itu terjadi.

Adrina memutuskan untuk bertarung dengan Willys Brande dan membebaskan Sean. Apapun yang terjadi, yang penting ia sudah berusaha membebaskannya.

Saat Adrina akan membuka mulutnya, ia berpindah tempat menjadi berada di tempat buku- buku pemburu hantunya, tempat yang sama sebelum ia pergi ke tempat perkumpulan hantu.

Adrina sangat bingung, padahal ia sama sekali tidak mengucapkan mantra. Siapa yang memindahkannya lagi kesini? Apa mungkin.. Willys Brande? Atau.. Sean? Tapi itu gak mungkin.

Adrina mengacak rambutnya, ia merasa frustasi karena tidak bisa menyelamatkan Sean. Ia merasa dirinya melarikan diri. Ia merasa dirinya tidak berhasil menjadi sahabat yang baik, padahal Sean lah yang selama ini menolongnya saat keadaan mendesak.

Ia keluar dan kembali ke kamar tidurnya. Pikirannya masih bertanya- tanya, siapa yang membuatnya kembali ke rumahnya?

Ia merebahkan dirinya di tempat tidurnya. Ia berpikir, untuk apakah Willys Brande mengurung Sean di tempat perkumpulan hantu? Apakah karena dirinya? Ia merasa sangat- sangat bersalah kepada Sean jika karena dirinya. Sean sangat baik menurutnya.

Ia pergi ke kamar mandi sambil membawa handuk dengan langkah pelan. Setelah selesai mandi, ia menghabiskan waktu liburannya untuk berdiam diri di kamarnya.

***

Hari keempat dalam waktu lima hari

Adrina dari tadi mondar- mandir di kamarnya. Sean masih tidak masuk sekolah dengan kata lain Sean masih dikurung Willys Brande. Jadi.. apa yang harus ia lakukan?

Ia tidak memiliki kekuatan berpindah tempat. Jadi.. ia tidak bisa pergi ke tempat perkumpulan hantu lagi.

Waktunya juga semakin sedikit, besok adalah hari terakhir kesempatannya untuk membunuh Willys Brande, jika tidak.. ia akan mati. Adrina tidak mau itu terjadi, tapi ia juga tidak yakin dengan dirinya sendiri apakah ia bisa membunuh Willys Brande dan membebaskan Sean atau tidak. Banyak hal yang dipikirkan oleh Adrina.

Sampai akhirnya Adrina memilih untuk tidur. Ia sudah capai memikirkan itu semua. Menurutnya, kejadian aneh yang menimpanya tidak ada habis- habisnya.

Angin berhembus membuat Adrina merinding. Adrina membuka matanya dan mendapati sesosok yang tidak asing baginya. Sesosok itu bukanlah Sean yang sering melakukan hal yang sama seperti itu, suka datang dengan tiba- tiba.

Mulut Adrina tidak bisa diajak kompromi. Otaknya memerintahkan untuk berbicara, tapi rasanya mulutnya tidak bisa bicara. Ia bangkit dari tidurnya. Matanya berkaca- kaca sampai air matanya menetes dan mengalir di pipi putihnya.

"Ma..ma," cicitnya pelan. Akhirnya mulutnya berbicara juga walaupun suaranya serak.

Sesosok yang tidak asing bagi Adrina itu ialah mamanya. Orang yang paling ia cintai di dunia ini. Mamanya tersenyum hangat, senyum yang sangat dirindukan Adrina. Senyum yang membuat semua beban yang ada dipikiran Adrina menghilang semuanya.

"Mama.. aku rindu sama mama," ucapnya ia mendekati mamanya. Ingin rasanya ia memeluk dan menumpahkan semua rindunya. Tapi.. ia tau ia tidak bisa memeluk mamanya, karena mereka sudah berbeda dunia.

"Mama juga rindu sama kamu," ucapnya dengan nada lembut, suara yang sangat dirindukan Adrina.

Adrina tersenyum tulus. "Aku tau kok ma.."

"Mama minta maaf sama kamu karena tidak bisa menemanimu sampai saat ini dan juga mama minta maaf karena membuatmu diterror Willys Brande, itu semua kesalahan mama. Maafin mama Adrina.." ucap mamanya, air matanya juga sudah menetes sama seperti Adrina.

"Itu semua bukan kesalahan mama kok. Aku gak merasa sama sekali keberatan dengan itu semua."

"Tapi.. apa boleh aku tau, apa yang mama lakuin sampai Willya Brande benci sama mama?" Lanjutnya.

Mamanya mengangguk sambil tersenyum. "Tentu saja boleh, itu juga tujuan mama datang kesini. Itu semua hanya salah paham. Willys mengira mama membunuh adiknya, padahal mama hanya saksi yang melihat pembunuhan itu. Kamu percaya kan sama mama?"

"Iya.. aku percaya sama mama," ucap Adrina. Ia menganggukkan kepalanya. Ia merasa tidak mungkin sama sekali mamanya berbohong kepadanya. Baginya, mamanya berhati seperti malaikat.

"Mama juga kesini untuk memberi ini ke kamu." mamanya memberi kalung ke Adrina. Adrina langsung mengambilnya. Kalung itu memiliki liontin berbentuk hati. Sangat cantik menurut Adrina.

"Kalung itu harus kamu pakai dan simpan baik- baik."

"Iya.. ma. Aku akan memakainya dan menjaganya."

Mamanya lagi- lagi tersenyum. "Baiklah Nak. Mama harus pergi lagi, waktu mama untuk menemui kamu sudah habis."

"Sampai jumpa ma.. lain kali temuin aku lagi ya ma."

"Iya.." ucap mamanya kemudian menghilang.

Adrina melihat kalung yang diberikan mamanya sambil tersenyum. Ia memakai kalung itu. Ia berjanji akan menjaga kalung itu dengan baik karena kalung itu pemberian mamanya.

***

Maaf, part yang ini agak pendek dan juga maaf ya kalau jelek.

Terimakasih yang udah vote cerita ini.

Love you all

Pemburu Hantu [End]Where stories live. Discover now